TINJAUAN PUSTAKA. langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat,

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. menyebutkan bahwa otonomi daerah merupakan daerah otonom untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan di dalam ketentuan umum Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997, Pasal 1 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

I. PENDAHULUAN. Pemerintahan yang berhasil adalah pemerintahan yang harus mampu memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 73 TAHUN 2010

LAMPIRAN KEPUTUSAN. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan baik dan dapat memuaskan semua pihak. Terselenggarakannya pelayanan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi negara serta masyarakatnya. Penerimaan pajak mempunyai peranan yang

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 67 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. tanggapan, reaksi, jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2000 TENTANG DANA PERIMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN ALOKASI BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 28 TAHUN 2010 T E N T A N G TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. rangka pengembangan atau mengadakan perubahan-perubahan ke arah keadaan

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 88 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka

GUBERNUR SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia adalah Negara hukum yang berdaulat dimana wilayahnya

I. PENDAHULUAN. badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2015 T E N T A N G

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2000 TENTANG DANA PERIMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 13 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 15 TAHUN 2009 T E N T A N G ALOKASI BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 21 TAHUN 2007

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran. pemerintah di bidang pembangunan dan kemasyarakatan.

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2015

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERDA KABUPATEN KAYONG UTARA NO.1, LD.2011/NO.1 SETDA KABUPATEN KAYONG UTARA : 22 HLM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN Pajak Daerah dan Reformasi Pajak Daerah

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

PROGRAM DAN KEGIATAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. seperti jalan, jembatan, rumah sakit. Pemberlakuan undang-undang tentang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. daerah masalah perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

GUBERJAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2016 T E N T A N G

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Publik Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefenisikan sebagai berikut : pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain, sedangkan melayani adalah membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang. Pelayanan umum yang dilakukan oleh siapapun tidak terlepas dari tiga macam bentuk pelayanan menurut Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, yaitu: 1. Pelayanan Dengan Lisan Pelayanan denga lisan yang dilakukan oleh petugas-petugas dibidang hubungan masayarakat (Humas), bidang informasi dan bidang-bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atatu keterangan kepada siapapun yang memerlukan. Agar pelayanan dapat berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, antara lain:

14 Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang tugasnya. Mampu memberikan penjelasan apa yang diperlukan dengan lancar, singkat tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu. Bertingkahlaku sopan dan ramah. 2. Pelayanan Melalui Tulisan Pelayanan berbentuk tulisan merupakan bentuk pelayanan yang paling menonjol dalam pelaksanaan tugas. Tidak hanyak dari segi jumlah, tetapi juga dari segi perannya. Apalagi kalu dilihat bahwa sistem layanan jarak jauh karena faktor biaya agar layanan dalam bentuk tulisan dapat memuaskan pihak yang dilayani, suatu hal yang harus diperhatikan adalah faktor kecepatan, baik dalam pengolahan masalah maupun dalam proses penyelesaian (pengetikan, penandatanganan, dan pengiriman kepada yang bersangkutan). 3. Pelayanan Berbentuk Perbuatan Pada umumnya pelayanan berbentuk perbuatan 70% sampai dengan 80% dilakukan oleh petugas-petugas tingkat menengah dan bawah, karena hal ini adalah faktor keahlian dan keterampilan petugas tersebut yang sangat menentukan hasil perbuatan atau pekerjaan yang dilakukannya.

15 Pengertian publik menurut pendapat Oemi Abdurahman dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Public Relations adalah mereka yang memiliki kepentingan bersama, terstrukturisasi, serta memiliki solidaritas antar sesama seperti pendapatnya berikut ini : Sekelompok orang yang menaruh perhatian pada suatu hal yang sama, mempunyai minat dan kepentingan yang sama. Publik dapat merupakan kelompok kecil, terdiri atas orang-orang dengan jumlah sedikit, juga dapat merupakan sekelompok besar. Biasanya individu-individu yang termasuk kedalam kelompok itu mempunyai solidaritas terhadap kelonpoknya, walaupun tidak terikat oleh struktur yang nyata, tidak berada pada suatu tempat atau ruang atau tidak mempunyai hubungan langsung. (Abdurrahman, 1995: 28). Publik dapat diartikan sebagai kelompok kecil atau sekelompok besar yang terdiri dari orang-orang banyak maupun sedikit yang memiliki tingkat perhatian yang cukup tinggi terhadap suatu hal yang sama. Sekelompok orang tersebut memiliki tingkat solidaritas yang tinggi. Rachmadi membagi publik menjadi dua jenis, yaitu: 1. Publik intern Adalah publik yang menjadi bagian dari unit usaha atau badan atau instansi. Didalam birokrasi pemerintah, publik ini adalah para aparat pemerintah termasuk juga para pejabat pengambil keputusan.

16 2. Publik ekstern Adalah orang luar atau publik umum (masyarakat), yang mendapatkan pelayanan dari birokrasi pemerintah dibidang pelayanan publik, maka publik atau khalayak eksternal adalah rakyat atatu masyarakat secara keseluruhan. Pemerintah dituntut untuk mampu mengelola dan memanfaatkan sarana-sarana yang dipilih bagi pengadaan pelayanan umum terpadu secara tepat, cepat, dan lengkap untuk menghasilkan pelayanan yang lebih baik seperti yang dikemukakan oleh Sedarmayanti, sebagai berikut: Pemanfaatan sarana dan prasarana yang baik akan mencerminkan kualitas yang baik pula. Tjiptono berpendapat bahwa yang akan timbul sebagai manfaat dari kualitas pelayanan yang baik adalah: 1. Hubungan perusahaan dan para pelanggannya menjadi harmonis. 2. Hubungan tersebut merupakan dasar bagi pembelian secara berulang. 3. Dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggan. 4. Membentuk rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan bagi perusahaan. 5. Laba yang diperoleh semakin meningkat. (Tjiptono, 2000: 60)

17 B. Faktor Pendukung Pelayanan Publik Pelayanan publik pada dasarnya memuaskan kebutuhan masyarakat yang diberikan oleh pemerintah, oleh karena itu Moenir berpendapat bahwa pemerintah dalam memberikan pelayanan publik terbaik kepada publik, dapat dilakukan dengan cara: 1. Kemudahan dalam pengurusan kepentingan. 2. Mendapatkan pelayanan secara wajar. 3. Mendapatkan perlakuan yang sama tanpa pilih kasih. 4. Mendapatkan perlakuan yang jujur dan terus terang. (Moenir, 2006: 47) Pelayanan yang memuaskan dapat memberikan dampak yang positif untuk masyarakat, sesuai dengan pendapat Moenir bahwa dampak positif tersebut adalah: 1. Masyarakat menghargai kepada korps pegawai. 2. Masyarakat patuh terhadap aturan-aturan layanan. 3. Masyarakat akan merasa bangga kepada korps pegawai. 4. Adanya kegairahan usaha dalam masyarakat, dan 5. Adanya peningkatan dan pengembangan dalam masyarakat menuju segera tercapainya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. (Moenir, 2006: 47) Pada dasarnya pelayanan publik dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan terpadu yang bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar, dan terjangkau. Oleh sebab itu setidaknya mengandung asas-asas antara lain:

18 1. Hak dan kewajiban, baik bagi pemberi dan penerima pelayanan publik tersebut, harus jelas dan diketahui dengan baik oleh masing-masing pihak, sehingga tidak ada keragu-raguan dalam pelaksanaannya. 2. Pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar, berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, dengan tetap berpegang pada efisiensi dan efektifitasnya. 3. Mutu proses keluaran dan hasil pelayanan publik tersebut harus diupayakan agar dapat memberikan keamanan, kenyamanan, kelancaran dan kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. 4. Apabila pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Instansi atau Lembaga Pemerintah atau Pemerintahan terpaksa harus mahal, maka Instansi atau Lembaga Pemerintah atau Pemerintahan yang bersangkutan berkewajiban memberi peluang kepada masyarakat untuk ikut menyelenggarakannya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Ibrahim, 2008 : 19-20) Komitmen pelayanan jasa yang baik dalam upaya mempertahankan dan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang berkualitas, maka suatu institusi pemerintah atau organisasi publik harus melakukan pengukuran terhadap kualitas pelayanan yang telah disajikannya. Tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat, untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan publik yang tercermin dari:

19 1. Transparansi Transparansi adalah pelayanan yang bersifat terbuka, mudah, dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. 2. Akuntabilitas Akuntabilitas adalah pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3. Kondisional Kondisional adalah pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan. 4. Partisipatif Partisipatif adalah pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat. 5. Kesamaan hak Kesamaan hak adalah pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apa pun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan lain-lain. 6. Keseimbangan hak dan kewajiban Keseimbangan hak dan kewajiban adalah pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik. (Sinambela, 2006: 6)

20 C. Pengertian, Fungsi, Manfaat dan Prinsip Pengenaan Pajak Daerah Pajak disamping berperan sebagai sumber pendapatan yang utama juga berperan sebagai alat pengatur. Oleh karena itu perlu dipahami bagaimana penerimaan pajak dikumpulkan dan apa dampaknya terhadap individu wajib pajak maupun terhadap perekonomian secara keseluruhan. 1. Pengertian Pajak Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Mardiasmo, 2002:98) Pajak daerah adalah: Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. 2. Fungsi Pajak Fungsi pajak dalam masyarakat suatu negara terbagi dalam dua fungsi, (mardiasmo, 2002:2) adalah sebagai berikut: a. Fungsi Budgeter yaitu fungsi pajak yang bertujuan untuk memasukkan penerimaan uang kas negara sebanyak-banyaknya dalam mengisi RAPBN, sesuai dengan target penerimaan pajak yang telah ditetapkan. Fungsi budgeter ini berlaku baik penerimaan pajak pusat dalam RAPBN, maupun untuk penerimaan pajak daerah dalam APBN. b. Fungsi Reguler (mengatur) yaitu fungsi tidak langsung untuk memasukkan uang sebanyak mungkin, tetapi pajak dipakai sebagai alat untuk menggerakkan perkembangan sarana perekonomian yang produktif

21 karena adanya fasilitas = fasilitas pajak, maka hal demikian dapat menumbuhkan obyek pajak dan subyek pajak yang lebih banyak lagi sehingga tumbuhnya basis pajak lebih meningkat. 3. Manfaat Pajak a. Sebagai sumber penerimaan negara Penerimaan pajak dimaksudkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dalam sisi penerimaan digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. b. Sebagai fasilisator penyelenggaraan pembangunan nasional Pajak mempunyai peranan penting sebagai sumber dana pembiayaan pembangunan nasional karena sejak tahun 1980-an penerimaan pajak memiliki jumlah diatas jumlah pos-pos penerimaan lain. c. Sebagai alat pemerataan pembangunan Untuk mewujudkan keadilan sosial, dibutuhkan instrumen-instrumen yang menjamin pemerataan sosial ekonomi masyarakat. Pajak sebagai alat pemerataan pendapatan dilakukan dengan penerapan tarif pajak progresif dan dana yang terkumpul dialokasikan untuk kepentingan golongan masyarakat menengah kebawah misalnya dengan perbaikan fasilitas kesehatan dam pendidikan bagi warga kurang mampu. 4. Prinsip Pengenaan Pajak Sebagai sumber pendapatan dari pemerintah daerah, dalam pengenaan pajak harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: a. Unsur keadilan Yaitu bahwa besaran pengenaan pajak harus adil bagi seluruh masyarakat.

22 b. Unsur kepastian Yaitu bahwa pajak hendaknya dikenakan secara jelas, pasti dan tegas kepada setiap wajib pajak. Hal ini akan menolong pemerintah dalam membuat perkiraan rencana pendapatan daerah yang akan datang. c. Unsur kelayakan Bahwa dalam pemungutan pajak daerah, wajib pajak harus dengan senang hati membayar pajak kepada pemerintah karena pajaknya harus dibayarnya layak dan tidak memberatkan wajib pajak. d. Unsur ekonomi (efisien) Yaitu bahwa pajak daerah yang dipungut pemerintah daerah jangan samapi menciptakan biaya pemungutan yang lebih tinggi daripada pendapatan pajak yang diterima pemerintah daerah. e. Unsur ketepatan Yaitu bahwa pajak tersebut dipungut tepat pada waktunya dan jangan samapi memperberat anggaran pendapatan dan belanja pemerintah daerah yang bersangkutan. D. Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama - Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama - Kendaraan Bermotor (BBN-KB) adalah pajak atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor. Pajak Kendaraan Bermotor pada dasarnya merupakan pajak pusat, namun setelah dikeluarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah maka Pajak Kendaraan Bermotor menjadi pajak daerah yang dalam pengelolaannya diserahkan kepada daerah, dimana hasilnya setelah disisihkan untuk pemasukan

23 provinsi atau daerah yang kemudian oleh daerah dipergunakan untuk pembiayaan dalam berbagai kegiatan pembangunan. 1. Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor Dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor dihitung sebagai perkalian dari dua unsur pokok yaitu: a. Nilai jual kendaraan bermotor. b. Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat pengunaan kendaraan bermotor. Sedangkan untuk menghitung dasar pengenaan PKB, dihitung berdasarkan faktorfaktor sebagai berikut: a. Tekanan gandar. b. Jenis bahan bakar kendaraan bermotor. c. Jenis penggunaan, tahun pembuatan dan ciri-ciri mesin dari kendaraan bermotor. Besarnya tarif PKB adalah sebagai berikut: a. 1% untuk kendaraan bermotor umum. b. 1,5% untuk kendaraan bermotor bukan umum. c. 0.5% untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan besar ( Peraturan Daerah No.2 tahun 2011).

24 2. Subjek dan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah setiap orang pribadi atau badan yang memiliki dan menguasai kendaraan bermotor dengan memperoleh manfaat atas kendaraan bermotor tersebut. Wajib pajak kendaraan bermotor adalah badan atau orang yang memiliki kendaraan bermotor dan berdomisili didaerah (Peraturan Daerah Provinsi Lampung Tingkat I Lampung Nomor 2 Tahun 2011), yang bertanggung jawab atas pembayaran PKB adalah sebagai berikut: a. Untuk milik perseorangan adalah orang yang bersangkutan, kuasanya atau ahli warisnya. b. Untuk badan adalah pengurusnya atau kuasanya. 3. Objek Pajak Kendaraan Bermotor Sedangkan yang menjadi objek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor, tidak termasuk kepemilikan penguasaan kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak digunakan sebagai alat angkutan orang dan barang dijalan umum, namun ada yang dikecualikan sebagai objek PKB adalah kepemilikan dan penguasaan kendaraan bermotor oleh pemerintah pusat dan daerah, kedutaan, konsulat dan perwakilan lembaga-lembaga internasional dengan subjek pajak lainnya yang diatur dengan peraturan daerah.

25 4. Kedudukan Pajak Kendaraan Bermotor Dalam Pajak Daerah Kedudukan pajak kendaraan bermotor didalam pajak daerah sangat besar potensinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dalam hal ini dapat dibuktikan dari pendapatan yang diterima dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) yang menyumbang paling besar terhadap PAD Provinsi Lampung. Pajak Kendaraan bermotor ini merupakan jenis pajak yang pengelolaannya diserahkan kepada Dinas Pendapatan Provinsi Lampung. Menurut Undangundang No.34 Tahun 2004 pasal 2 ayat (1) huruf (a) yang berbunyi pajak provinsi terdiri dari pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air. Dari rumusan pasal tersebut jelas bahwa pajak kendaraan bermotor itu ditarik oleh provinsi. Dengan demikian di daerah kabupaten/kota tidak diizinkan melaksanakan pungutan pajak kendaraan bermotor. Maka provinsi menyerahkannya kepada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Lampung sebagai pengelolaannya dan masalah pembagian hasil pajaknya diserahkan kepada biro keuangan sekretariat daerah Provinsi Lampung melalui kas daerah. E. Hubungan Keuangan Pemerintah Provinsi dan Kota Dalam penyelenggaraan pemerintah daerah ada tiga prinsip yang dipakai yaitu : 1. Digunakan asas Desentralisasi, Dekonstralisasi dan Tugas Pembantu. 2. Penyelenggaraan asas Desentralisasi secara utuh dan bulat dilaksanakan di daerah kabupaten dan kota.

26 3. Asas tugas pembantuan dilaksanakan di daerah provinsi, daerah kabupaten, daerah kota. Desentralisasi adalah pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat atau kepala wilayah atau kepala instansi vertikal tingkat atasnya kepada pejabat di daerah. Daerah yang di bentuk berdasarkan asas desentralisasi dan dekonsentrasi adalah daerah provinsi, sedangkan daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi adalah daerah kabupaten atau kota. Berdasarkan Pasal 21 ayat (1) Peraturan daerah Wilayah Kota Bandar Lampung Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama - Kendaraan Bermotor (BBN-KB), pembagian hasil Pajak Provinsi untuk bagian Masing-masing Daerah Kabupaten atau Kota ditetapkan dengan memperhatikan aspek pemerataan dan potensi. a. Dari hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di tetapkan sebagai berikut : 1. 70 % (tujuh puluh persen) untuk Pemerintah Provinsi 2. 30% (tiga puluh persen) untuk Kabupaten / Kota b. Dari hasil penerimaan Bea Balik Nama - Kendaraan Bermotor di tetapkan sebagai berikut : 1. 70 % (tujuh puluh persen) untuk Pemerintah Provinsi 2. 30% (tiga puluh persen) untuk Kabupaten / Kota Hasil penerimaan pajak tersebut, dibagi kepada kabupaten / kota setelah biaya pemungutan 5% (lima persen). Hasil penerimaan ini telah disepakati oleh Kabupaten atau kota.