BAB II KAJIAN PUSTAKA. pertama kali saat terjadinya perang di Crimea, Malta pada tahun Gejala

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bujur Timur dengan jarak 149 km dari Dili, suhu maksimun 32 o C dan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

umum digunakan untuk brucellosis yang di Indonesia umumnya menggunakan teknik Rose Bengal Plate Test (RBPT), Serum Agglutination Test (SAT), dan Compl

PENGENDALIAN PENYAKIT BRUCELLOSIS DI KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2017

TINJAUAN PUSTAKA Bruselosis Etiologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan babi berperan penting dalam meningkatkan perekonomian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. protozoa Toxoplasma gondii, infeksi parasit ini dijumpai di seluruh dunia

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Protein berperan penting untuk perkembangan kecerdasan otak,

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat

AKABANE A. PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat

PENDAHULUAN. Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun Jumlah (ekor) Frekuensi

LAPORAN ANALISIS RISIKO PEMASUKAN SAPI BIBIT BALI YANG DIKIRIM DARI LOMBOK- NTB KE MAKASSAR TERHADAP PENYAKIT ANTHRAKS

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penyakit Surra merupakan penyakit pada ternak yang disebabkan oleh

TENTANG. wilayah Provinsi Sumatera Utara dapat menyebabkan penyebaran penyakit keluron menular (Brucr,llosis);

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis, yaitu bakteri berbentuk batang (basil)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGANTAR. Latar Belakang. Leptospirosis disebabkan oleh Spirochaeta termasuk genus Leptospira. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak

COXIELLA BURNETII OLEH : YUNITA DWI WULANSARI ( )

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Produksi susu segar dalam negeri hanya mampu

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hewan ke manusia. Toxoplasma gondii berperan sebagai parasit obligat

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. protein hewani oleh manusia. Komponen-komponen penting dalam susu adalah

BAB I PENDAHULUAN. Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di

Tabel 1 Daya tahan Brucella abortus pada berbagai kondisi lingkungan (Crawford et al. 1990). Terkena sinar matahari langsung Tanah : tanah kering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. protozoa parasit Toxoplasma gondii (T.gondii), parasit tersebut dapat menginfeksi

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

MATRIKS DOMESTIK MASUK MEDIA PEMBAWA HPHK BKP KELAS II GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. sapi secara maksimal masih terkendala oleh lambatnya pertumbuhan populasi sapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah: zat organik yang terdiri dari 1 atom oksigen dengan 2

Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin Jl. Mayjend Sutoyo S. No Banjarmasin

I. PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. rata-rata konsumsi daging sapi selama periode adalah 1,88

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penderitaan yang berat dengan gejala saraf yang mengerikan dan hampir selalu

KETERSEDIAAN TEKNOLOGI VETERINER DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT STRATEGIS RUMINANSIA BESAR

BAB I PENDAHULUAN. terkait meningkatnya konsumsi masyarakat akan daging babi. Khusus di Bali, ternak

BAB I PENDAHULUAN. komoditas ternak yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil daging

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat

KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENYAKIT ZOONOSIS PADA TELUR, SUSU, DAN DAGING

BAB I PENDAHULUAN. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis

Serodeteksi Brucella abortus pada Sapi Bali di Timor Leste

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB I PENDAHULUAN. kronik dan termasuk penyakit hati yang paling berbahaya dibandingkan dengan. menularkan kepada orang lain (Misnadiarly, 2007).

EPIDEMIOLOGI DAN PENGENDALIAN BRUCELLOSIS PADA SAPI PERAH DI PULAU JAWA

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan

2.1. Morphologi, etiologi dan epidemiologi bovine Tuberculosis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang

... "". t'..' KEMUNGKINAN Pasteurella multocida SEBAGAI ZOONOSIS B NASIP BIN ELI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR.

Komposisi per liter: Pancreatic digest of casein Enzymatic digest of soya bean Sodium chloride

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat

I. PENDAHULUAN. Ekonomi Pertanian tahun menunjukkan konsumsi daging sapi rata-rata. Salah satu upaya untuk mensukseskan PSDSK adalah dengan

KAJIAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN BRUSELOSIS DI KALIMANTAN ENDANG SRI PERTIWI

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus

BAB I PENDAHULUAN. oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berbentuk coccus (Rosenkranz et al., 2001). Secara serologis, sampai saat ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai

CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT ) UTAMA APBN PKH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dan kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. World Health Organization (WHO) pada berbagai negara terjadi

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

I. PENDAHULUAN. Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni ,07 sedangkan tahun 2013

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. TORCH merupakan suatu istilah jenis penyakit infeksi yang terdiri

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

I. PENDAHULUAN. Aeromonas salmonicida adalah salahsatu jenis dari bakteri Aeromonas sp. Secara

Brucellosis adalah penyakit hewan nenular yang disebabkan. oleh bakteri genus Brucella dan pada ternak

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif,

Proses Penyakit Menular

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 ANTRAKS. 1. Defenisi Penyakit Antraks

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

PENYAKIT STRATEGIS RUMINASIA BESAR DAN SITUASINYA DI KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. disebabkan oleh organisme dari genus Streptococcus, merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Potensi budidaya ikan air tawar di Indonesia sangat baik, mengingat

STANDAR PELAYANAN PUBLIK

I. PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan air tawar

LAPORAN BULANAN SEPTEMBER 2016 BALAI BESAR PENELITIAN VETERINER BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Maternal antibodi atau yang bisa disebut maternally derived antibodies atau

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

2. TINJAUAN PUSTAKA Etiologi

Transkripsi:

5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Etiologi Brucellosis Penyakit keguguran / keluron menular pada hewan ternak kemungkinan telah ada sejak berabad-abad lalu seperti deskripsi dari Hippocrates dan mewabah pertama kali saat terjadinya perang di Crimea, Malta pada tahun 1805. Gejala khas pada penyakit ini adalah terjadinya demam dalam waktu beberapa minggu, sehingga penyakit ini disebut Undulant Fever atau Crimean Fever, karena terjadi pertama kali di Crimea, Malta (Adman, 2008). Brucellosis dikenal sebagai penyakit keluron menular yang disebabkan bakteri dari genus Brucella. Genus ini termasuk famili Brucellaceae seperti Pasteurella sp., Bordetella sp., Haemophilus sp., dan Actinobacillus sp., berbentuk coccobacillus atau batang pendek dan termasuk gram negatif yang kesemuanya bersifat patogenik, baik pada manusia maupun hewan. Bakteri ini adalah parasit obligat karena berpredileksi di dalam sel (intraseluler) dan berkemampuan untuk menginvasi semua jaringan hewan sehingga dapat menyebabkan bermacam-macam infeksi (Gul dan Khan, 2007; Chin, 2007). Brucellosis dapat menyerang bebagai ternak diantaranya sapi, domba, kambing dan babi. Brucelosis ini bersifat zoonosis sehingga dapat menyerang manusia. Sumber penularan penyakit ini adalah cairan genital, semen dan susu. Dijelaskan juga bahwa padang rumput, pakan dan air yang tercemar merupakan sarana utama penyebarannya. Pada sapi dewasa yang sudah dewasa kelamin

6 terutama sapi bunting sangat peka terhadap infeksi Brucella abortus. Namun sapi dara dan tidak bunting banyak yang resisten terhadap infeksi ini. Penularan penyakit ini juga dapat melalui kontak langsung dengan kulit luka, ambing terinfeksi dan inseminasi dengan semen yang tercemar (Manthei et al, 1950; Neta et al., 2009). Organisme ini bersifat patogen intraselular fakultatif. Kekerabatan di dalam famili Brucellaceae sangat erat sekali, sangat kecil perbedaan genetik diantara serovar yang ada. Salah satu serovar yang penting adalah Brucella abortus (1-9) (CFSPH, 2009). Kondisi lingkungan dengan kelembaban tinggi, suhu rendah, dan tidak ada sinar matahari, organisme ini dapat bertahan hidup selama beberapa bulan dalam air, fetus abortus, wol, jerami, lumpur, peralatan dan pakaian. Brucella mampu bertahan pada kondisi kering, terutama bila ada bahan organik dan dapat bertahan hidup dalam debu dan tanah (Boschiroli et al., 2002; Corbel, 2006). Bakteri ini mempunyai komponen yang terdiri dari membran sitoplasma dan dinding sel. Dinding sel Brucella abortus terdiri dari peptidoglikan, protein dan membran luar. Membran luar terdiri dari peptidoglikan dan lipopolisakarida. Protein dinding sel dari setiap galur Brucella abortus sebagian mempunyai kesamaan dalam komposisi asam aminonya. Namun juga mempunyai perbedaan seperti dalam komposisi metionin, isoleusin, tirosin dan histidin (Verstreate et al., 1982). Protein yang paling bersifat antigenik diharapkan mampu merangsang timbulnya antibodi spesifik sedini mungkin. Antibodi tersebut berguna dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi Brucella abortus, sedangkan proteinnya sangat berguna sebagai reagen diagnosis (Noor, 2006).

7 2.2 Kejadian Brucellosis di Indonesia Kejadian infeksi brucellosis meluas hingga seluruh dunia, sekarang ini terutama pada negara-negara berkembang. Akan tetapi, kasus brucellosis dapat menjadi sangat umum di negara yang program pengendalian penyakit hewannya belum dapat mengurangi jumlah penyakit antar hewan. Negara-negara ini biasanya tidak memiliki program kesehatan hewan domestik dan kesehatan masyarakat yang efektif dan sesuai standar (Karimuribo, et al, 2007; Aulakh, et al., 2008; Widiasih dan Budiharta, 2012). Di Indonesia, secara serologi penyakit brucellosis dikenal pertama kali pada tahun 1935, ditemukan pada sapi perah di Grati-Pasuruan, Jawa Timur. Kuman Brucella abortus berhasil diisolasi pada tahun 1938. Pada tahun 1940 brucellosis dilaporkan muncul di Sumatera Utara dan Aceh, dikenal dengan sebutan sakit sane (radang sendi) atau sakit burut (radang testis). Tingginya angka prevalensi brucellosis pada ternak di Indonesia mencapai angka 40 % dan menyebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Data Direktorat Jenderal Peternakan di tahun 2000 menyebutkan bahwa kerugian ekonomi industri peternakan sapi akibat brucellosis mencapai 138,5 milyar rupiah setiap tahun meskipun angka mortalitasnya relatif kecil (Noor, 2006). 2.3 Kejadian Brucellosis di Sulawesi Selatan Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan terdiri dari 24 kabupaten / kota dengan luas wilayah 62.482,54 km² dan populasi sapi sebanyak 1.152.053 ekor pada data sensus ternak tahun 2012. Jumlah sapi potong Provinsi Sulawesi Selatan berada di

8 urutan ketiga setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan populasi 983.985 ekor, dimana rata-rata kenaikan populasi 12,83% lebih tinggi dari rata-rata nasional yang hanya sebesar 6,4%. Hal ini membuktikan bahwa potensi Sulawesi Selatan sangat tinggi untuk mensukseskan program swasembada daging. Kejadian brucellosis di Provinsi Sulawesi Selatan mengalami penurunan secara signifikan namun jumlah kasus masih cukup tinggi, dimana pada tahun 2012 saja terdapat 684 kasus (Noor, 2006). Target untuk membebaskan Provinsi Sulawesi Selatan dari brucellosis merupakan prioritas yang tidak bisa ditunda lagi, sehingga diperlukan terobosan penelitian terkait seroprevalensi brucellosis dengan metode diagnosis yang lebih baik agar hasilnya benar-benar akurat dan data yang diperoleh merupakan data yang sahih sebagai dasar langkah penanggulangan lebih lanjut. 2.4 Diagnosis Brucellosis Diagnosis definitif kejadian brucellosis harus didukung oleh uji laboratorium, meliputi uji serologis atau melalui direct diagnostic test, seperti isolasi dan karakterisasi sifat biokimia agen infeksi. Diagnosis berbasis biologi molekuler telah banyak dilakukan dalam pendeteksian secara tepat kejadian brucellosis pada manusia. Metode molekuler yang terus dikembangkan untuk mendeteksi brucellosis pada manusia dan hewan yaitu PCR-based assay (Widiasih dan Budiharta, 2012). Uji screening terhadap kejadian brucellosis biasanya menggunakan buffer acidified plate antigen test dan Milk Ring Test (MRT), kedua uji screening

9 tersebut merupakan uji serologis dengan sensitifitas paling tinggi. Metode uji tidak langsung seperti uji competitive ELISA dan flourescent polarisation assay dapat juga digunakan sebagai uji konfirmasi. Uji serologi yang sering digunakan di laboratorium adalah Serum Agglutination Test (SAT), Complement Fixation Test (CFT) dan Rose Bengal Test (RBT) yang telah digunakan secara luas di berbagai negara untuk menentukan diagnosis brucellosis (Mohammed et al, 2011; Scacchia et al., 2013; Widiasih dan Budiharta, 2012). 2.5 Metode Uji ELISA Terhadap Brucellosis Uji ELISA adalah salah satu metode yang sederhana, mudah dilakukan, cepat, sensitif, akurat, dan dapat digunakan untuk menguji sampel dalam jumlah banyak. Cara kerja ELISA didasarkan pada konjugasi antara virus, antibodi, dan enzim, dengan menambahkan substrat pewarna (Tittarelli, 2008). Hasil uji ELISA lebih spesifik dibandingkan dengan CFT. Uji ELISA mampu mendeteksi antibodi dalam jumlah kecil dan khususnya IgG dalam serum. Kemampuan ini diperoleh karena adanya antibodi monoklonal yang digunakan dalam kit diagnosis. ELISA mampu mendeteksi antibodi pada seluruh kasus infeksi Brucella abortus dan pada ternak yang mendapatkan vaksin dan mengkonfirmasi pada daerah yang tidak divaksin (Tittarelli, 2008) 2.6 Faktor Risiko Brucellosis Kemampuan daya tahan hidup Brucella sp. pada tanah kering selama 4 hari di luar suhu kamar, selama 66 hari pada tanah yang lembab, pada tanah yang

10 becek 151-185 hari dan 180 hari pada fetus yang diabortuskan. Faktor yang berisiko terhadap penularan brucellosis antar ternak adalah status vaksinasi, ukuran/skala peternakan, kepadatan populasi, model atau tipe kandang, cara pemeliharaan dan sistem perkawinan (Makita et al, 2011; Putra, 2006; Widiasih dan Budiharta, 2012) Brucella abortus tahan hidup di luar tubuh hospes antara 4-180 hari tergantung pada kondisi lingkungan dan hal ini mempengaruhi cara penyebaran penyakit di lapangan (Crawford et al., 1990).