PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM ANALYSIS IMPLEMENTATION OF FIBER TO THE HOME (FTTH) NETWORK FOR PESONA CIWASTRA VILLAGE RESIDENCE BANDUNG USING OPTISYSTEM SOFTWARE SIMULATION Listhyani Dhianira Sarie, A.md. Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom Email: listhyanidhianira@students.telkomuniversity.ac.id ABSTRAK Perkembangan teknologi saat ini sudah demikian maju, terutama dalam bidang telekomunikasi. Teknologi sistem komunikasi serat optik merupakan salah satu terobosan baru yang memberikan kemudahan dalam pengiriman data antara pengirim hingga ke penerima dalam suatu jaringan yang memungkinkan pengguna dapat saling berkomunikasi dengan kecepatan tinggi, dibandingkan dengan menggunakan kabel jenis lainnya. Untuk mendapatkan layanan akses yang cepat, tentu dibutuhkan media akses yang memiliki bandwith cukup besar agar kebutuhan akses cepat dapat terpenuhi. Pada jurnal ini dirancang simulasi jaringan fiber optik (FTTH) untuk perumahan pesona ciwastra village menggunakan software simulasi optisystem. Dengan simulasi ini akan dihitung beberapa parameter-parameter baik disisi upstream maupun downstream. Dari hasil simulasi Optisystem didapatkan didapatkan nilai BER adalah 0 Nilai Q-Factor sebesar 161,543 untuk Upstream dan untuk Downstream BER adalah 4,72865 x 10-18, Q-Factor sebesar 8,58029 dan daya terima pada Optical Power Meter sebesar 10,987 dbm, Q factor dapat dikatakan memenuhi standar karena baik downstream maupun upstream menunjukan nilai diatas 6 dan nilai BER diatas ketentuan minimum 10-9, sehingga dapat dikatakan pengujian implementasi ini layak. Kata Kunci: FTTH, Optisystem, Bit Error Rate (BER), Q-Factor 1. Pendahuluan [1] Perkembangan dan penerapan teknologi telekomunikasi dunia yang berkembang dengan cepat, secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan sistem telekomunikasi Indonesia. Beroperasinya satelit telekomunikasi palapa dan kemudian pemakaian SKSO (Sistem Komunikasi Serat Optik) di Indonesia merupakan bukti bahwa Indonesia juga mengikuti dan menggunakan teknologi ini di bidang telekomunikasi. Serat optik adalah salah satu media transmisi yang dapat menyalurkan informasi dengan kapasitas besar dengan keandalan yang tinggi. Berlainan dengan media transmisi yang lainnya, maka pada serat optik gelombang pembawanya bukan merupakan gelombang elektromagnet atau listrik akan tetapi menggunakan sinar/ cahaya laser. Fiber to the Home (disingkat FTTH) merupakan suatu format penghantaran isyarat optik dari pusat penyedia (provider) ke kawasan pengguna dengan menggunakan serat optik sebagai medium penghantaran.
Perkembangan teknologi ini tidak terlepas dari kemajuan perkembangan teknologi serat optik yang dapat mengantikan penggunaan kabel konvensional. Penghantaran dengan menggunakan teknologi FTTH ini dapat menghemat biaya dan mampu mengurangkan biaya operasi dan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan. Sistem perancangan atau perencanaan dari jaringan optik tersebut lah yang nanti akan dibuat menggunakan software optisystem, dimana pada simulasi akan mempermudah kita melihat daya keluaran dari proses pentransmisian dan juga parameter-parameter lain yang dibutuhkan. 2. Landasan teori [1] 2.1 Serat Optik Fiber optik adalah sebuah media transmisi fisik yang terbuat dari kaca dilapisi isolator sebagai pelindung berguna untuk menyalurkan informasi berupa gelombang cahaya. Serat optik mempunyai bentuk yang halus dan memiliki ketebalan hingga 1 mm untuk dua puluh helai serat. Selain ringan, kapasitas kanal dari serat ini sangat besar. Struktur serat optik ada 3 yaitu core, cladding dan coating. Gambar 2.1 Bagian-bagian serat optik 2.2 Fiber to the Home [2] FTTH merupakan suatu format penghantar informasi berupa gelombang cahaya dari pusat penyedia (provider) ke kawasan pengguna dengan menggunakan serat optik sebagai medium penghantar. Perkembangan teknologi ini tidak lepas dari kemajuan perkembangan teknologi serat optik yang dapat menggantikan penggunaan kabel tembaga dengan kelengkapannya dalam menyediakan layanan triple play (suara, data, dan video). Berikut komponen dari FTTH utama: Optical Line Terminal (OLT) 1. OLT menyediakan interface antara sistem Optical Distribution Network (ODN) dengan penyedia layanan (service provider) data, video, dan jaringan telepon. OLT mengubah sinyal elektrik menjadi optik dan sebaliknya, dan berfungsi sebagai alat multiplex 2. Optical Ditribution Cabinet (ODC)/ Rumah Kabel dan Optical Distribution Point (ODP) ODC dan ODP adalah suatu perangkat pasif yang diinstalasi diluar STO bisa di lapangan (Outdoor) dan juga bisa didalam ruangan/ di MDF Gedung HRB (Indoor), yang mempunyai fungsi sebagai splitter. 3. Optical Network Terminal/Unit (ONT/ONU) ONU menyediakan interface antara jaringan optik dengan pelanggan. 2.3 Bit Error Rate (BER) Bit error rate merupakan laju kesalahan bit yang terjadi dalam mentransmisikan sinyal digital. Sensitivitas merupakan daya optik minimum dari sinyal yang datang pada bit error rate yang dibutuhkan. Kebutuhan akan BER berbeda-beda pada setiap aplikasi, sebagai contoh pada aplikasi komunikasi membutuhkan BER bernilai 10-10 atau lebih baik, pada beberapa komunikasi data membutuhkan BER bernilai sama atau lebih baik dari 10-12. BER untuk system komunikasi optik sebesar 10-9. Faktor-faktor yang mempengaruhi BER antara lain noise, interferensi, distorsi, sinkronisasi bit, redaman, multipath fading, dll 2.4 Q-Factor Q-Factor adalah faktor kualitas yang akan menentukan bagus atau tidaknya kualitas suatu link atau jaringan DWDM. Dalam sistem komunikasi serat optik khususnya GPON, minimal ukuran Q-Factor yang bagus adalah 6, atau 10-9 dalam Bit Error Rate (BER) 3. Perancangan 3.1 Diagram Alir Perancangan
Langkah awal dari penelitian ini adalah menentukan lokasi perancangan. Lokasi yang dipilih adalah di Pesona Ciwastra Village. Setelah didapatkan lokasi, dilakukan pengumpulan data-data yang diperlukan dalam perancangan ini seperti jumlah homepass (HP) dan fasilitas yang ditawarkan oleh pihak penyedia. Penentuan dan peletakan perangkat akan dipengaruhi oleh jumlah homepass dan fasilitas yang ditawarkan oleh pihak penyedia. Setelah semua data dikumpulkan dan peramalan dilakukan, perancangan jaringan FTTH sudah bisa dilakukan. Analisis dan evaluasi terhadap perancangan dilakukan setelah didapat hasil rancangan. Apabila hasil analisis perancangan yang dilakukan tidak memenuhi standar parameter yang ditentukan, maka harus dilakukan perancangan ulang sampai standar kelayakan parameter terpenuhi. Jika hasil evaluasi perancangan sudah memenuhi standar kelayakan parameter yang ditentukan maka perancangan sudah selesai. [3] Adapun beberapa parameter yang harus diketahui untuk membuat skema perancangan jaringan fiber to the home (FTTH) untuk perumahan Pesona Ciwastra Village Bandung, diantaranya: 1. Jarak terjauh OLT ke ONT = 2012 meter 2. Jarak OLT ke ODC = 1100 meter 3. Jarak ODC ke ODP = 837 meter 4. Jarak ODP ke ONT = 75 meter Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan 3.2 Perencanaan Letak ODC dan ODP Dari perancangan jaringan FTTH yang sudah dilakukan, sebelum membuat simulasi konfigurasi Downlik dan Upstream dengan menggunakan Optisystem dilakukan perancangan letak ODC dan ODP di Pesona Ciwastra Village. Perancangan ini berguna untuk mengetahui jarak terjauh perangkat ONT ataupun pelanggan yang akan gunakan sebagai acuan pada simulasi Optisystem.
Gambar 3.2 STO Cijawura ODC Pesona Ciwastra Village 4. Analisis dan Simulasi 4.1 Upstream Konfigurasi upstream maka yang pertama harus dilakukan adalah mengatur layout dengan nominal bit-rate 1,244 Gbps, dan sensitivity -29 dbm. Gambar 4.1 Konfigurasi Upstream pada optisystem Pada optisystem pertama-tama kita merancang terlebih dahulu skema uplink dimulai dari ONT ODP ODC FTM OLT. Pada masing-masing blok dibuat rancangan nya dan memasukan nilai ONT ke ODP sejauh 75 meter, ODP ke ODC sejauh 837 meter, ODC ke FTM 1100 meter. Kemudian klik >> Run setelah itu didapatkan hasil sebagai berikut: 4.1.1 BER BER merupakan laju kesalahan bit yang terjadi dalam mentransmisikan sinyal digital. Dimana BER dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: (S/N) = 20 Log 2Q
Gambar 4.1.1 Nilai BER pada hasil simulasi Upstream Gambar 4.1.2 Daya Terima pada konfigurasi Upstream Berdasarkan hasil simulasi perancangan tersebut didapatkan nilai BER adalah 0 Nilai Q-Factor sebesar 161,543 labih tinggi dari nilai Q Factor ideal tranmisi serat optik yaitu 6. Daya terima yang terukur pada Optical Power Meter (OPM) adalah 4,656 dbm. 4.2 Downstream Pada simulasi downstream maka yang harus pertama kali dilakukan adalah mengatur parameter layout dengan bitrate 2,488 Gbps dan sensitifitas -28 dbm Gambar 4.2.1 Konfigurasi Downstream pada Optisystem
Gambar 4.2.2 BER Analyzer pada konfigurasi Downstream Gambar 4.2.3 Daya terima pada konfigurasi Downstream Berdasarkan hasil simulasi perancangan tersebut didapatkan nilai BER adalah 4,72865 x 10-18 Nilai tersebut lebih kecil dari nilai BER ideal transmisi serat optik yaitu 10-9. Nilai Q-Factor sebesar 8,58029 lebih tinggi dari nilai Q Factor ideal tranmisi serat opyik yaitu 6. Daya terima yang terukur pada Optical Power Meter (OPM) adalah 10,987 dbm. 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil perancangan jaringan dengan menggunakan simulasi optisystem maka didapatkan beberapa hasil kesimpulan yaitu, 1. Berdasarkan data yang didapatkan jarak antara STO terdekat terhadap perumahan hanya berjarak 1100 meter sehingga pada simulasi hanya menggunakan 1 kabel otik. 2. Berdasarkan hasil simulasi pada konfigurasi upstream didapatkan nilai BER adalah 0 Nilai Q-Factor sebesar 161,543 labih tinggi dari nilai Q Factor ideal tranmisi serat optik yaitu 6. Daya terima yang terukur pada Optical Power Meter (OPM) adalah 4,656 dbm. 3. Berdasarkan hasil simulasi perancangan downstream tersebut didapatkan nilai BER adalah 4,72865 x 10-18 Nilai tersebut lebih kecil dari nilai BER ideal transmisi serat optik yaitu 10-9. Nilai Q-Factor sebesar 8,58029 lebih tinggi dari nilai Q Factor ideal tranmisi serat opyik yaitu 6. Daya terima yang terukur pada Optical Power Meter (OPM) adalah 10,987 dbm. 6. Saran 1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengukur langsung ke lapangan agar mendapatkan hasil yang akurat daripada di Google Map. 2. Pada penelitian selanjutnya diharapkan memasukan faktor ekonomi berupa biaya perancangan. 3. Sebaiknya dilakukan perhitungan manual selain menggunakan hasil dari simulasi optisystem agar dapat dibandingkan hasil nya. 7. Daftar Pustaka
[1] Tanjung, Fajri. 2015. PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) MENGGUNAKAN TEKNOLOGI COARSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (CWDM) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG [2] Guskarini, Arlita. 2014. Analisis Implementasi Perangkat untuk Jaringan Akses Fiber to the Home (FTTH) Menggunakan Teknologi Coarse Wavelength Division Multiplexing (CWDM) Studi Kasus di Rumah Kos Sukabirus. Bandung: Universitas Telkom [3] PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk, Direktorat Network dan Solution. 2010. Pedoman Pemasangan Jaringan Akses Fiber Optik. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Bandung