BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang berfungsi untuk mendeskripsikan ragam kesulitan belajar Biologi yang dialami oleh siswa kelas X di MAN Kabupaten Wonosobo pada materi Protista dan faktor-faktor penyebabnya. Ragam kesulitan belajar terdiri dari letak kesulitan berdasarkan indikator kompetensi dan tingkat berpikir kognitif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di MA Negeri di Kabupaten Wonosobo yaitu MAN 1 Wonosobo dan MAN Kalibeber Wonosobo pada bulan Maret-April 2017. C. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA MAN di Kabupaten Wonosobo yang terdiri dari MAN Kalibeber dan MAN 1 Wonosobo yang mengalami kesulitan belajar materi Protista. Penelitian dilakukan pada madrasah yang berstatus negeri untuk mendapatkan gambaran kesulitan belajar pada madrasah yang penyelenggaraannya diatur oleh pemerintah. Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu setelah mengetahui karakteristik populasinya (Bambang Subali, 2010: 9). Pertimbangan dari penggunaan teknik ini adalah masing-masing madrasah memiliki kondisi lingkungan dan guru yang berbeda sehingga proses belajar 58
mengajar juga berbeda. Siswa dari kedua Madrasah Aliyah masing-masing diambil 1 kelas secara acak untuk kemudian dilakukan penelitian. Jumlah siswa yang terambil kemudian dijadikan sebagai sampel, yaitu masingmasing kelas 38 siswa dan 28 siswa. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes hasil belajar, kuesioner atau angket, wawancara dan observasi. 1. Tes Prestasi Belajar Tes prestasi belajar diberikan setelah peserta didik mendapatkan pembelajaran. Tes ini termasuk dalam evaluasi formatif yang salah satu fungsinya adalah untuk mendiagnosis ragam kesulitan belajar siswa pada materi Protista. Ragam kesulitan yang dimaksud terdiri dari letak kesulitan belajar berdasarkan indikator kompetensi dan tingkat berpikir kognitif. 2. Angket/Kuesioner Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa pada materi Protista. Jenis angket yang digunakan merupakan model angket tertutup dengan menggunakan skala Likert. Variabel yang akan diteliti dijabarkan menjadi indikator variabel yang kemudian dijadikan panduan dalam menyusun pertanyaan atau pernyataan. Skala pengukuran dijadikan sebagai pedoman untuk mengajukan pernyataan dengan empat alternatif 59
jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). 3. Wawancara Wawancara dengan guru digunakan sebagai konfirmasi untuk mengetahui metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur yakni wawancara yang dilakukan secara bebas, jawaban tidak perlu disiapkan oleh guru sehingga guru bebas mengemukakan pendapat. Informasi yang diperoleh dari metode wawancara lebih padat dan lengkap. Hasil wawancara dianalisis dengan melihat variabel jawaban sesuai dengan aspek yang diungkapkan. 4. Observasi Observasi dilakukan untuk mengetahui keadaan atau kondisi lingkungan sekolah. Keadaan sekolah yang diamati meliputi sarana dan prasarana, sedangkan proses pembelajaran tidak diamati karena materi Protista telah dilaksanakan pada semester I. Data hasil UN IPA SMP siswa juga dikumpulkan untuk mengetahui potensi akademik siswa karena tidak semua siswa mengetahui hasil tes IQ mereka. E. Validitas Instrumen Instrumen yang telah dibuat kemudian diuji validitasnya agar benarbenar dapat memberikan informasi empirik sesuai yang diukur. Ada dua jenis validitas yang diukur, yakni validitas isi (content validity) dan validitas muka (face validity). Validitas isi instrumen diuji agar item yang digunakan untuk 60
melakukan evaluasi benar-benar merepresentasikan komponen ranah yang akan diukur. Pemenuhan validitas isi dapat dibuat rentang kemampuan dan cakupan konsep keilmuan yang harus dikuasai (Bambang Subali dan Pujiati Suyata, 2012: 42). Validitas isi penelitian ini diukur melalui analisis rasional mengenai isi tes menggunakan pendapat para ahli (expert judgement). Suatu instrumen dikatakan valid secara isi apabila pertanyaan-pertanyaan di dalam tes yang representatif dan sesuai dengan isi dan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan. Apabila semua penilai sepakat bahwa butir tes tersebut sudah mencerminkan wilayah isi dengan memadai, maka tes tersebut dapat dikatakan telah memiliki validitas isi (Ary, 1982: 284). Validitas muka (face validity) didasarkan pada kenampakan luarnya dan berdasarkan pandangan orang yang lebih ahli dalam segi evaluasi atau segi bahasa. F. Teknik Analisis Data Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis statistika deskriptif kualitatif. 1. Analisis Soal Tes Prestasi Data hasil tes prestasi siswa dianalisis untuk menghitung persentase ketercapaian peserta didik. Data juga dianalisis dengan menghitung daya beda, dan persentase jumlah siswa yang menjawab salah pada setiap item soal. a. Persentase ketercapaian peserta didik Ketercapaian peserta didik dapat dilihat dari skor yang diperoleh dibandingkan dengan patokan skor sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Skor yang diperoleh siswa dihitung dengan rumus: 61
Skor = Jumlah jawaban benar x100 Jumlah soal Menurut Safriya (Siti Sapuroh, 2010: 52), kriteria nilai yang digunakan dalam bentuk rentang skor adalah sebagai berikut: Tabel 4. Interval Kategori Kesulitan Pemahaman Konsep Rentang Skor Kategori Tingkat Kesulitan 80-100 Sangat rendah 60-79 Rendah 40-59 Sedang 20-39 Tinggi 0-19 Sangat tinggi Persentase ketercapaian peserta didik dihitung untuk mengetahui banyaknya peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dihitung dengan rumus: Persentase = jumlah siswa dengan skor tertentu jumlah total siswa x100% b. Persentase Siswa yang Menjawab Salah Letak kesulitan belajar siswa dapat diketahui dengan mencari persentase siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal. Semakin tinggi persentase siswa yang menjawab salah menunjukkan bahwa soal semakin sulit. % = S N x100 Keterangan: % : persentase siswa yang menjawab salah S N : jumlah siswa menjawab soal salah : jumlah keseluruhan siswa yang menjawab soal. 62
Persentase siswa yang menjawab salah tersebut sama nilainya dengan 100% dikurangi indeks kesukaran soal (P) karena indeks kesukaran soal diperoleh dari jumlah siswa yang menjawab benar dibandingkan dengan jumlah siswa, sehingga dari persentase tersebut dapat diketahui kategori kesulitan soal. Suharsimi Arikunto (2012: 225) menyatakan bahwa indeks kesukaran soal diklasifikasikan sebagai berikut. Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar (persentase siswa menjawab salah 70-100%) Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang (persentase siswa menjawab salah 30-69%) Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah (persentase siswa menjawab salah 0-29%) Dengan mengetahui persentase jawaban salah dari siswa, dapat diketahui ragam kesulitan siswa berdasarkan indikator kompetensi dan tingkat kemampuan kognitif. c. Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal merupakan kemampuan suatu item soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya beda soal dianalisis untuk meningkatkan validitas tes Protista karena baik tidaknya soal dapat diketahui dengan mengetahui daya beda soal tersebut. Bambang Subali dan Pujiati Suyata (2012: 48) menyatakan bahwa tes untuk mengukur keberhasilan belajar 63
menggunakan skor yang diinterpretasikan dengan mengacu pada kriteria (criterion-reference) sehingga item-itemnya memiliki tingkat kesulitan mudah hingga sulit dan tidak memiliki indeks daya beda yang negatif. Rumus yang digunakan untuk mengetahui indeks diskriminasi atau daya pembeda adalah sebagai berikut. Keterangan: D = BA JA BB = PA PB JB D JA JB BA : Jumlah peserta test : Jumlah peserta kelompok atas : Jumlah peserta kelompok bawah : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar Klasifikasi daya pembeda menurut Suharsimi Arikunto (2012: 225) adalah sebagai berikut. D : 0,00-0,20 D : 0,20-0,40 D : 0,40-0,70 D : 0,700-1,00 = Jelek = Cukup = Baik = Baik sekali D: Negatif = Semua soal tidak baik 64
2. Hasil Angket/Kuesioner Data hasil pengisian angket dianalisis dengan menghitung ratarata jawaban siswa berdasarkan skor pada setiap jawaban. Skor pada masing-masing jawaban adalah sebagai berikut. SS = Sangat setuju diberi skor 4 S = Setuju diberi skor 3 TS = Tidak setuju diberi skor 2 STS = Sangat tidak setuju diberi skor 1 Jawaban tiap pertanyaan atau pernyataan dihitung tingkat persetujuan dengan rumus sebagai berikut. Tingkat persetujuan pernyataan (TPP) = jumlah skor satu pernyataan jumlah skor ideal (Sugiyono, 2014: 139) Jumlah skor ideal dari seluruh pernyataan diperoleh dari skor paling tinggi (semua menjawab SS) dikalikan jumlah sampel penelitian. Berdasarkan tingkat persetujuan pernyataan dapat diketahui tingkat persetujuan faktor penyebab kesulitan belajar yang diperoleh dari: Tingkat persetujuan faktor (TPF) = 100% TPP 3. Hasil Wawancara Hasil wawancara terhadap guru dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif untuk memberi gambaran metode pembelajaran yang digunakan guru dan karakteristik siswa dalam pembelajaran. 65
4. Hasil Observasi Hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif untuk memberi gambaran kondisi sarana dan prasarana yang digunakan dalam pembelajaran. 66