BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. merupakan suatu hal yang tidak pernah habis untuk diperbincangkan. Hal tersebut

dokumen-dokumen yang mirip
ALIRAN PENDIDIKAN PROGRESIVISME DAN KONTRIBUSINYA DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN PANCASILA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK

RANGKUMAN Penggolongan Filsafat Pendidikan menurut Theodore Brameld: 1. Tradisi filsafat klasik yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh dari teori Plato,

BAB I PENDAHULUAN. 1. PERMASALAHAN Latar Belakang Permasalahan

BAB VI PENUTUP. Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang bertujuan untuk

Starlet Gerdi Julian / /

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

FILSAFAT PENDIDIKAN. Oleh Drs. Dwi Siswoyo, M. Hum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB V PENUTUP A. SIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami

Dasar-Dasar Etika Michael Hariadi / Teknik Elektro

BAB V PENUTUP. 1. Rekonstruksi teologi antroposentris Hassan Hanafi merupakan

BAB VII PENUTUP. dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan

Nama : Diana Lusi Rinasari NIM : Makul : Ilmu Pendidikan Dosen : Anik Ghufron, Prof. Dr. Judul : Pendidikan sebagai Ilmu BAB I

KAJIAN FILOSOFIS EDUKATIF PENDEKATAN PEMBELAJARAN RME (REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION) DI INDONESIA

FILSAFAT MANUSIA. Intelek dan kehendak manusia. Masyhar Zainuddin. Modul ke: Fakultas Fakultas. Program Studi Pendidikan Psikologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mubarak Ahmad, 2014

BAB VI PENUTUP Praktek Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Matauli Pandan mampu membangun interaksi komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ghina Afini Capriditi,2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bermartabat. Sebagai makhluk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I. pendidikan tidak akan pernah lepas dari kritik dan usaha untuk. perbaikan ke arah yang lebih baik. Salah satu usaha yang dapat dilakukan

Pembentukan Karakter dan Kaitannya dengan Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nita Awalita Sundari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Rohiman Lesmana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

2015 PEMBELAJARAN GITAR DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP AL-AZHAR SYIFA BUDI PARAHYANGAN PADALARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah,

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

STRUKTUR KURIKULUM 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA PRODI S3 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Novel sebagai karya sastra menyajikan hasil pemikiran melalui penggambaran wujud

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

IDEN WILDENSYAH BERMAIN BELAJAR

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pencapaian suatu tujuan pendidikan. Oleh sebab itu,

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Filsafat Pendidikan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam artikel Japan s Suicide Generation 1, dikatakan bahwa bunuh diri

KONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan

BAHAN AJAR PEMBELAJARAN I

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eka Kartikawati,2013

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

pembelajaran berbahasa dan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat.

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 KESIMPULAN. 79 Universitas Indonesia. Materi dan metode..., Muhammad Yakob, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang bermutu. Berkat pendidikan, orang terbebaskan dari

BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD

DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai

Pengertian Etika. Nur Hidayat TIP FTP UB 2/18/2012

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dunia memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usahausaha

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Paradigma inilah

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Masalah Penelitian Pendidikan merupakan suatu kata yang memiliki banyak definisi dan merupakan suatu hal yang tidak pernah habis untuk diperbincangkan. Hal tersebut berkaitan dengan kenyataan bahwa pendidikan merupakan kebutuhan dasar umat manusia dan merupakan titik awal bagi perkembangan peradaban. Manusia diarahkan untuk mampu mengatasi persoalan yang berubah dari masa ke masa. Kritik mengenai pendidikan akan selalu ada. Pendidikan merupakan investasi yang strategis untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Diperlukan suatu sistem yang kokoh dan benar untuk mendukung proses tersebut, kaitannya dengan tujuan pendidikan yang merupakan usaha untuk memanusiakan manusia. Sudarminta (1990:08-12), menyatakan bahwa pendidikan dimengerti secara luas dan umum sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik melalui bimbingan, pengajaran dan latihan untuk membantu peserta didik mengalami proses pemanusiaan diri ke arah tercapainya pribadi yang dewasa susila. Kata pendidikan mengandung sekurang-kurangnya empat pengertian, yaitu bentuk kegiatan, proses buah atau produk yang dihasilkan proses tersebut, serta sebagai

2 ilmu. Pengertian yang diberikan oleh Sudarminta tersebut menjelaskan bahwa lembaga pendidikan diharapkan dapat mengantarkan cita-cita atau kemauan manusia atau subjek didiknya, bukan sebaliknya, subjek didik yang ditekan agar mengantarkan cita-cita suatu lembaga pendidikan. Melihat kenyataan yang terjadi pada lembaga pendidikan saat ini, justru peserta didik dibentuk oleh suatu lembaga pendidikan agar siap bertanding dengan lembaga pendidikan lain. Hal tersebut tentu jauh dari konsep pendidikan menurut Sudarminta, yakni suatu proses pemanusiaan diri. Manusia dalam hal ini subjek didik, bukan merupakan robot yang dapat dibentuk menjadi apapun yang orang lain kehendaki. Subjek didik tidak merdeka atau memiliki kebebasan untuk menentukan apa yang menjadi minat dan bakatnya. Pendidikan sesungguhnya memiliki tujuan untuk membebaskan manusia agar tidak mengalami penindasan dalam bentuk apapun. Driyarkara (1980:87), mengatakan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah suatu perbuatan fundamental dalam bentuk komunikasi antarpribadi, dan dalam komunikasi tersebut terjadi proses pemanusiaan manusia, dalam arti proses hominisasi (proses menjadikan seseorang sebagai manusia) dan humanisasi (proses pengembangan kemanusiaan manusia). Pendidikan harus membantu seseorang agar tahu dan mau bertindak sebagai manusia dan bukan hanya secara instingtif saja. Jadi pendidikan adalah proses hominisasi.

3 Peran seorang pendidik dalam proses pendidikan amatlah menentukan, pendidik merupakan salah satu pelaku pendidikan yang paling utama. Bagaimana suatu proses transformasi pengetahuan akan berjalan salah satunya tergantung dari peran pendidik. Pendidik memang memiliki otoritas tertentu, namun hendaknya pendidik mengesampingkan otoritasnya untuk menjadikan subjek didiknya semata-mata sebagai subjek didik yang pandai. Misi utama seorang pendidik adalah menyampaikan ilmunya dengan baik sehingga peserta didik dapat memahami apa yang ia sampaikan, serta mengantarkan subjek didik pada cita-citanya. Kenyataan yang sering dihadapi pada masa ini adalah adanya pendidik maupun lembaga pendidikan yang terlalu prosedural, sehinggga subjek didik juga dibebani oleh bermacam-macam kerumitan prosedur. Seseorang yang dididik hanya berdasarkan prosedur yang sudah ada di lembaga saja, tanpa melihat kebutuhan masing-masing individu hatinya akan tumpul karena tidak terbiasa diasah. Komputer, robot merupakan contoh benda-benda yang dapat melakukan segalanya sesuai prosedur, bahkan harus sesuai prosedur, karena memang diciptakan untuk itu. Lain halnya dengan manusia, manusia memiliki apa yang disebut sebagai hati nurani. Darmaningtyas (1999:184), menyatakan dalam hal metode mengajar misalnya, para pendidik dapat mengambil inspirasi dari model-model yang dikembangkan oleh orang lain, sebagai contoh metode yang dikembangkan seorang pendidik di Jepang, Sosaku Kobayashi melalui SD Tomoe antara tahun

4 1937-1945. Sekolah tersebut mengambil ruangan di bekas gerbong kereta api. Kecuali ruangannya itu, yang membedakan SD Tomoe adalah setiap hari subjek didik dapat memulai pelajaran dari yang disukai, sehingga dalam satu kelas tidak semua subjek didik menempuh pelajaran yang sama pada jam yang sama. Anakanak yang ingin memulai pelajaran dengan menggambar dipersilahkan, yang akan memulai dengan pelajaran berhitung dipersilahkan, demikian pula dengan yang akan memulai dengan pelajaran ilmu pengetahuan alam juga dipersilakan. Para pendidik juga harus menguasai landasan filosofis pendidikan. Landasan filosofis pendidikan harus dikuasai karena pendidikan bersifat normatif, maka dalam rangka pendidikan diperlukan asumsi yang bersifat normatif pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat normatif itu antara lain dapat bersumber dari filsafat. Landasan filosofis pendidikan yang bersifat preskriptif dan normatif akan memberikan petunjuk tentang apa yang dicita-citakan dalam pendidikan. Alasan penting lain yaitu bahwa pendidikan tidak cukup dipahami hanya melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang pula secara holistik. Adapun kajian pendidikan secara holistik dapat diwujudkan melalui pendekatan filosofis. Pendidikan merupakan cara yang strategis kaitannya dengan upaya individu mengembangkan potensinya. Strategi pembelajaran terus diperbaiki guna tercapainya cita-cita pendidikan itu sendiri.pendidikan holistik menjadi fokus kajian para aktivis dan pemerhati pendidikan. Model pendidikan holistik

5 menekankan pentingnya perilaku psikomotorik serta keaktifan yang menyeluruh.pengembangan kemampuan kognitif yang menyangkut nilai-nilai akademis tetap dianggap penting meskipun bukan merupakan satu-satunya tujuan utama yang harus diasah. Pendidikan holistik bukan merupakan strategi kemarin sore dalam dunia pendidikan nasional maupun internasional. Pendidikan holistik telah lama diterapkan di negara-negara maju seperti Jerman, Kanada, Perancis, Singapura, Jepang, Korea dan Australia. Semua negara pada dasarnya menjunjung tinggi pendidikan sebagai sarana mencerdaskan bangsa serta untuk mengatasi berbagai macam kemerosotan dalam hal materiil-spirituil. Strategi holistik dianggap sebagai strategi pendidikan yang utuh menyeluruh. Tujuan pendidikan holistik tidak hanya dalam aspek pencerdasaan intelektual saja, namun juga emosional, spiritual dan sosial, sehingga dianggap mampu mengatasi berbagai permasalahan suatu bangsa dan negara (Rubiyanto, 2010:05-06). Konsep pendidikan yang holistik dan humanis serta memanusiakan manusia memang tidak mudah begitu saja dilaksanakan. Hal tersebut mengingat pelaku dalam sebuah pendidikan itu sendiri masih terpaku pada sistem pendidikan tertentu, namun bukan berarti tidak mungkin. Banyak tokoh dan pemerhati pendidikan mendukung konsep pendidikan holistik sebagai usaha mencapai tujuan membangun dimensi manusia yang utuh. Terdapat beberapa tokoh klasik perintis konsep holistik diantaranya adalah Carl Jung, Ralph Waldo Emerson dan

6 Johan Pestalozzi.Tercatat pula beberapa tokoh yang dianggap sebagai pendukung pendidikan holistik. Salah satu tokoh pendukung konsep pendidikan holistik adalah Jiddu Krishnamurti. Diskursus mengenai pendidikan tidak akan pernah selesai untuk dikaji dan selalu menjadi hal yang menarik. Jiddu krishnamurti merupakan seorang pemikir dan pembicara yang unik. Jiddu Krishnamurti tidak pernah menulis secara langsung pemikiran-pemikirannya dalam sebuah buku, sehingga pemikiran dan sosoknya dianggap kurang familiar kecuali oleh para peneliti subjek-subjek spiritual. Pemikirannya mengenai pendidikan belum banyak yang mengkaji dan meneliti secara serius, padahal sangat relevan untuk perbaikan sistem pendidikan yang selalu menjadi sorotan dari waktu ke waktu. Persoalan mengenai pendidikan selalu menjadi kegelisahan penulis berdasarkan kenyataan-kenyataan di sekitar dan pengalaman-pengalaman yang penulis alami secara langsung. Alasan-alasan tersebut menjadi dasar bagi penelitian yang terkait dengan pemikiran Jiddu Krishnamurti mengenai pendidikan.

7 2. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian tesis ini dirumuskan sebagai berikut: a. Apa yang dimaksud dengan pendidikan holistik? b. Apa konsep pendidikan Jiddu Krishnamurti? c. Bagaimana relevansi filsafat pendidikan Jiddu Krishnamurti dengan pengembangan pendidikan di Indonesia? 3. Keaslian Penelitian Peneliti beranggapan belum ada penggalian atau penelitian di lingkungan Universitas Gadjah Mada, terhadap pemikiran Jiddu Krishnamurti terkait dengan tema Filsafat Pendidikan. Hal ini terbukti dari sejauh ini penulis hanya menemukan penelitian terhadap Jiddu Krishnamurti terkait tema filsafat manusia dan spiritualitas. Penelitian tersebut adalah tesis yang ditulis oleh Andrilolo yang berjudul Konsep Manusia Dalam Pandangan Jiddu Krishnamurti (1895-1986).Pada penelitian yang berupa tesis yang ditulis pada tahun 2010 ini, Andrilolo lebih memfokuskan pada konsep manusia dan bagaimana pandangan Jiddu Krishnamurti terhadap watak dan perilaku. Penelitian lain yang penulis temukan yaitu, skripsi yang ditulis oleh Sri Hartini pada tahun 1998 yang berjudul Makna Kebebasan Manusia Menurut Jiddu Krishnamurti (1895-1986) (Tinjauan Filsafat Moral).Penelitian ini fokus pada pandangan Jiddu Krishnamurti tentang kebebasan manusia, khususnya dari sudut pandang filsafat moral.

8 Penelitian lain yang terkait dengan tokoh Jiddu Krishnamurti yaitu: 1. Disertasi yang ditulis oleh Setiawan yang diiujikan pada tahun 2015 berjudul Hakikat Makyo menurut Shunryu Suzuki Dalam Perspektif Filsafat Manusia Jiddu Krishnamurti Kontribusinya Bagi Proses Penulisan Kreatif Sastra di Indonesia. Fokus kajiannya adalah konsep pemikiran manusia menurut Jiddu Krishnamurti yang digunakan untuk menelaah hakikat Makyo. 2. Disertasi yang ditulis oleh Ari Basuki pada tahun 2009 yang berjudul Revolusi Batin dan Transformasi Sosial Menurut Pemikiran Jiddu Krishnamurti (1895-1986). Ari Basuki membahas konsep manusia menurut Jiddu Krishnamurti dan kajiannya fokus terhadap konsep revolusi batin. 4. Manfaat yang diharapkan Penelitian filsafati ini diharapkan membawa manfaat: a. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan pemahaman menyeluruhdan mendalam tentang pemikiran Filsafat Pendidikan Jiddu Krishnamurti dari segi Filsafat Pendidikan, yang kemudian dapat dijadikan acuan pengembangan pribadi. b. Bagi ilmu, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan studi filosofis terkait Filsafat Pendidikan.

9 c. Bagi bidang penelitian terkait, bermanfaat sebagai inventaris kepustakaan, wahana diskusi, dan memperkaya kajian teoritis Filsafat Pendidikan. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumbangan pandangan baru dalam melihat problem aktual pendidikan yang ada. d. Bagi Bangsa dan Negara Indonesia, penelitian tentang pemikiran Jiddu Krishnamurti diharapkan dapat menyumbang khasanah acuan cara berpikir filosofis dan akademis, serta menjadi sumbangan kritis bagi pengambil kebijakan sehingga mampu mendukung pembangunan intelektualitas Bangsa dan Negara. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menemukan apa yang dimaksud dengan pendidikan holistik. 2. Menemukan konsep pendidikan menurut Jiddu Krishnamurti. 3. Menemukan relevansi konsep pemikiran Jiddu Krishnamurti dengan pengembangan pendidikan di Indonesia. C. Tinjauan Pustaka Pemikiran Jiddu Krishnamurti menurut Andrilolo adalah upaya yang revolusioner yang mengarah pada kebebasan mutlak manusia dari apapun. Pemikiran yang digagas Krishnamurti juga dapat dilihat dalam pandangan Nietzche, Husserl, Descartes dan Bergson, walaupun dalam beberapa hal ada yang berbeda bahkan bertolak belakang.

10 Kajian terhadap Jiddu Krishnamurti merupakan persoalan yang signifikan bagi perkembangan keilmuan dan bahkan perkembangan manusia secara khususnya (Andrilolo, 2010: 142). Andrilolo menyimpulkan bahwa Jiddu Krishnamurti merupakan seorang eksistensialis. Jiddu Krishnamurti menempatkan manusia sebagai aku yang selalu hadir dalam aku-aku yang lain. Posisi aku sebagai penentu kehidupannya, seperti karakteristik yang dimiliki oleh eksistensialisme. Begitu pula tentang keberanian manusia dalam berdiri sendiri mengartikan semua yang dilihatnya. Dalam proses pencapaian pengetahuanatau epistemologinya, Krishnamurti memiliki kesamaan dengan fenomenologi yang menekankan pengetahuan langsung menggunakan intusi (Andrilolo, 2010: 144). Setiawan (2015: 40-41), pemikiran tentang konsep manusia menurut Jiddu Krishnamurti senada dengan konsep pemikiran Shunryu Suzuki, manusia memiliki dua eksistensi, yang pertama dapat dilihat dan yang kedua tidak dapat dilihat. Antara yang pertama dan yang kedua tersebut selalu tarik menarik dan sifatnya imperative, karena terdapat unsur kehendak dan unsur keinginan. Jalan pemikiran Jiddu Krishnamurti menurut Oto Suastika (1981: 05) sejajar dengan jalan pemikiran Ki Ageng Suryomentaram, seorang spiritualis Jawa, walaupun kedua tokoh tersebut tidak saling terkait dan tidak saling mempengaruhi karena perbedaan waktu, tempat dan juga bahasa. Jiddu Krishnamurti mendasarkan ajarannya pada Self Knowledge begitu pula Ki Ageng Suryomentaram mendasarkan ajarannya pada pangawikan pribadi (pengertian tentang diri sendiri).

11 Jiddu Krishnamurti, laki-laki kelahiran India (1895-1986) ini mengaku tidak menjadi warga negara manapun. Karl Marx dan Jiddu Krishnamurti sama-sama mempunyai pemikiran tentang suatu perubahan. Jika Marx menitikberatkan pada perubahan sistem, maka Jiddu Krishnamurti menitikberatkan pada perubahan batin manusia. Bagi Jiddu Krishnamurti, hanya melalui perubahan batin radikal dan menyeluruh pada individu dapat terjadi perubahan pada sosial masyarakat, karena masyarakat adalah perpanjangan individu. Seperti apa wujud individu, demikian pula wujud masyarakat (Basuki, 2008:306). Ari Basuki (2009: 01) mengatakan bahwa tidak seperti Ivan Illich maupun Paulo Freire yang menekankan perubahan pada sistem dan dominasi pemerintah, jiddu Krishnamurti menekankan perubahan pada pikiran individu, atau yang sering disebutnya sebagai revolusi batin. Perubahan bukan hanya mengenai adanya transfer pengetahuan semata, akan tetapi juga sebuah proses pemahaman terhadap diri sendiri. Guru dan siswa harus merasa bebas, bahagia, penuh cinta kasih, penuh perhatian dimana scientific mind dan religious mind dapat dipisahkan dan disadari secara simultan. Menurut Ari Basuki, Jiddu Krishnamurti percaya bahwa revolusi batin adalah yang paling penting diaktualisasikan dalam masyarakat. Jiddu Krishnamurti yakin bahwa perubahan radikal melalui revolusi batin dapat terjadi dalam setiap individu, bukan secara bertahap melainkan seketika. Jiddu Krishnamurti membantu diri sendiri untuk melihat dalam keadaan yang sebenarnya, karena dalam penglihatan yang benar-benar jelas itulah revolusi batin timbul (Lutyens, 1982:05). Orang-orang yang relijius menurut Jiddu Krishnamurti,

12 bukanlah orang-orang yang memuja dewa, sebuah patung yang dibuat oleh tangan atau oleh akal budi, tetapi orang-orang yang benar-benar menyelidiki apa kebenaran itu, apa Tuhan itu, dan orang yang seperti itu benar-benar terdidik. Jiddu Krishnamurti mengatakan, orang-orang itu mungkin tidak bersekolah, ia mungkin tidak mempunyai buku-buku, ia bahkan mungkin tidak dapat membaca, tetapi ia telah membebaskan dirinya dari rasa takut, dari egoisme, dari mementingkan diri sendiri serta dari ambisi. Fungsi pendidikan pertama-tama ialah membantu manusia untuk membebaskan diri dari kepicikannya sendiri dan dari ambisi-ambisinya yang bodoh (Lutyens, 1982:231-232). Jiddu Krishnamurti dalam pandangannya menolak semua metode untuk mendapatkan sesuatu. Jiddu Krishnamurti mengatakan bahwa tidak ada jalan menuju Tuhan dan dalam hal kebebasan menurutnya tidak ada suatu teori atau metode yang dapat mengantarkan manusia ke dalam kebebasan. Tidak ada jalan menuju kebebasan karena kebebasan bukan merupakan suatu tujuan. Jiddu Krishnamurti menginngkari semua metode, sehingga menurutnya kebebasan itu hanya dapat ditemukan oleh dirinya sendiri di dalam dirinya sendiri (Osho, 1992:61). D. Landasan Teori Pendidikan merupakan institusi yang pada masa sekarang merupakan kebutuhan yang umum. Oleh karena itu, kajian tentang filsafat pendidikan merupakan kajian yang dibutuhkan dan fundamental. Penekanan yang menjadikan kajian mengenai hal tersebut adalah penting yaitu adanya temuan-temuan formula

13 pendidikan secara holistik tentang apa dan bagaimana suatu pendidikan seharusnya dilakukan, sehingga relevansi kegiatan pendidikan bagi kehidupan dapat dialami di dalam kehidupan sehari-hari (Gandhi HW, 2011: 84). Teori dalam pendidikan seringkali merupakan turunan dari suatu pemikiran besar tertentu yang komprehensif. Teori-teori besar yang kemudian menjadi aliran dalam pendidikan tersebut misalnya Idealisme, Realisme, maupun Tomisme. Teori tersebut tidak secara eksplisit dan spesifik membangun suatu sistem pemikiran yang berhubungan dengan sekolah maupun kurikulum. Filsuf yang fokus terhadap persoalan pendidikan kemudian mencoba menyusun bangunan pemikiran yang secara khusus membahas pendidikan melalui pendekatan aliran-aliran dalam filsafat. Aliran dalam filsafat pendidikan juga seringkali merupakan turunan dari beberapa aliran filsafat tertentu seperti misalnya akar dari perenialisme adalah tomisme dan realisme, progresivisme memiliki dua elemen pembentuk yaitu naturalisme dan pragmatism serta idealism dan realisme yang merupakan elemen pembentuk esensialisme, hal tersebut berimplikasi pula dalam filsafat pendidikan (Gutek, 2010: 251). Pendekatan mengenai apa dan bagaimana filsafat pendidikan, dapat dilakukan melalui beberapa sudut pandang. Esensialisme merupakan teori pendidikan konservatif yang merupakan respon terhadap aliran filsafat pendidikan progresivisme. Akar dari aliran pendidikan esensialisme adalah idealisme dan relativisme. Pendidikan esensialisme menekankan otoritas guru dan nilai-nilai dari kurikulum.bagi pandangan aliran esensialisme, pendidikan melibatkan pembelajaran kemampuan dasar, kesenian, dan sains yang sudah dibentuk sebelumnya (Ornstein,

14 1985:196). Salah satu akar dari pendidikan esensialisme adalah idealisme. Penganut idealismemenyatakan bahwa proses dari pembangunan manusia terletak pada kesadaran dan spiritual yang ada dalam dirinya. Diri atau personalitas individu dianggap penting. Aliran lain yang merupakan akar dari aliran filsafat pendidikan esensialisme yaitu realisme. Pandangan filsafat pendidikan realisme, pendidikan merupakan proses membangun kapasitas seorang manusia agar memiliki kemampuan mengetahui kebenaran sebagaimana adanya. Tujuan pengetahuan sendiri bagi aliran pendidikan realisme yaitu pencapaian pengetahuan tentang alam dan kerja alam semesta, sehinggga seseorang dapat menyesuaikan dirinya pada sesuatu yang nyata (Akinpelu, 1988:134-139). Esensialisme memiliki pandangan bahwa manusia itu adalah makhluk budaya, artinya makhluk yang hidupnya dilingkupi oleh nilai dan norma budaya. Ibarat orang yang berjalan atau melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan maka yang dimaksud dengan rambu-rambu lalu lintas perjalanannya nilai dan norma budaya. Jadi, manusia selalu mempunyai ikatan dengan nilai dan norma budaya tersebut. Kedudukan manusia bukan sebagai makhluk yang pasif sebab sebagai makhluk budaya manusia juga mempunyai peran sebagai kontributor bagi pengembangan maupun perubahannya. Nilai dan budaya bukan semata-mata mengenai seni, tetapi lebih luas dari itu. Di dalamnya tercakup segala sesuatu mengenai hasil budaya pikir manusia (Barnadib, 2002:59).

15 E. Metode Penelitian 1. Bahan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan berdasarkan dua macam bahan yakni pustaka utama dan pustaka sekunder. Pustaka utama adalah karya-karya Jiddu Krishnamurti, sedangkan pustaka sekunder merupakan materi yang bersumber dari buku, jurnal, artikel dan tulisan lain, yang terkait dengan tema penelitian ini. Data kemudian ditelaah dengan seksama, sehingga mencapai sebuah kesimpulan akhir sesuai dengan tujuan penelitian ini. Objek formal, yang merupakan sudut pandang dari penelitian ini adalah filsafat pendidikan esensialisme sementara objek material, yang merupakan fokus dari penelitian adalah pemikiran seorang tokoh Filsafat Timur yaitu Jiddu Krishnamurti. a. Pustaka utama: 1) Krishnamurti, Jiddu. 1959. Education and The Significance of Life. United Kingdom: Gollancz. 2) Krishnamurti, Jiddu. 1974. On Education. London: Krishnamurti FoundationTrust. 3) Krishnamurti, Jiddu. 1975.Beginning of Learning. 4) Krishnamurti, Jiddu. 1981. Letters To The Schools. London: Krishnamurti FoundationTrust. b. Pustaka Sekunder 1) Lutyens, Mary. 1982. Pustaka Krishnamurti. Jakarta: Yayasan Idayu.

16 2) Yayasan Krishnamurti Indonesia. 1976. Perkenalan dengan J. Krishnamurti. Malang: Yayasan Krishnamurti Indonesia. 3) Lutyens, Mary. J. Krishnamurti: A Life. 2005. India: Penguin Books. 4) Lutyens, Mary. 1975. Krishnamurti: The Years of Awakening. London: John Murray. 5) Barnadib, Imam. 1982. Filsafat Pendidikan (Pengantar Mengenai Sistem dan Metode). Yogyakarta: Yayasan Penerbit FIP. 6) ---------------. 2002. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Adicita. 7) Ali, H.B Hamdani. 1987. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Kota Kembang. 8) Ornstein, Allan C & Levine, Daniel U. 1985. An Introduction to The Foundation of Education. Boston: Houghton Mifflin Company. 2. Jalan Penelitian Proses penelitian akan dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut: a. Inventarisasi data. Pada tahap ini penulis mengumpulkan data yang dapat dibagi menjadi dua bagian. Pembagian data tersebut berdasarkan pada objek material dan objek formal penelitian. Data yang pertama berisi pustaka tentang Filsafat Pendidikan. Data yang kedua berisi tentang pustaka mengenai pemikiran Jiddu Krishnamurti yang terdapat dalam karya-karyanya. Data-data tersebut dikumpulkan sebanyak mungkin melalui penelusuran di berbagai perpustakaan maupun melalui penelusuran internet.

17 b. Pengklasifikasian data. Jika pada tahap pengumpulan data penulis mengumpulkan data sebanyak mungkin, maka pada tahap ini data yang telah diperoleh mulai diklasifikasikan dan dipilah-pilah berdasarkan bab dan subbab yang telah penulis susun sesuai dengan rencana dan kebutuhan. c. Analisis data. Data yang telah diklasifikasikan mulai dianalisis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. d. Penyajian data, yaitu memaparkan hasil analisis secara sistematis dan teratur berdasarkan sub-sub bab yang telah ditentukan. Penyajian data diawali dari pokok-pokok pikiran atau unsur-unsur yang paling mendasar dan sederhana, kemudian menuju pada pokok pembahasan yang lebih rumit. 3. Analisis Hasil Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan menggunakan metode hermeneutika filosofis (Bakker dan Charis Zubair, 1990:41), dengan unsur-unsur metodisnya sebagai berikut: a. Deskripsi Metode ini dimaksudkan untuk memaparkan konsep pendidikan holistik menurut Jiddu Krishnamurti dengan berdasarkan data-data yang terkumpul. b. Komparasi Langkah ini dimaksudkan untuk membandingkan antara pandangan yang satu dengan pandangan yang lainnya, juga dengan realitas

18 pendidikan di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan filsuf yang diteliti. Hasilnya akan tercermin dalam evaluasi. c. Interpretasi Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan penafsiran-penafsiran yang penting terhadap konsep pendidikan holistik menurut Jiddu Krishnamurti. d. Refleksi Langkah ini mempunyai arti bahwa analisis yang telah diperoleh dengan keyakinan peneliti dicoba diberi interpretasi yang lebih baru untuk menentukan suatu pemahaman yang lebih komprehensif. Langkah ini digunakan untuk membahas dan menyoroti kontribusinya bagi pendidikan di Indonesia. F. Hasil yang Dicapai Hasil yang dicapai oleh penulis dalam penelitian ini yaitu: 1. Memahami dan mengetahui tentang konsep pendidikan holistik. 2. Pemaparan secara jelas tentang konsep pendidikan menurut Jiddu Krishnamurti. 3. Penjelasan tentang relevansi konsep pemikiran Jiddu Krishnamurti dengan pengembangan pendidikan di Indonesia.

19 G. Sistematika Penulisan Hasil penelitian ini disusun dalam enam bab sesuai dengan sistematika berikut: Bab pertama, memaparkan penjelasan umum tentang penelitian ini. Secara berurutan terdiri latar belakang penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil yang akan dicapai, dan sistematika penelitian. Bab kedua, berisi paparan Filsafat Pendidikan, terdiri dari pengertian filsafat pendidikan, pendekatan filsafat pendidikan, serta aliran esensialisme dalam filsafat pendidikan dan keterkaitannya dengan pendidikan holistik. Bab ketiga, berisi biografi intelektual Jiddu Krishnamurti beserta apa yang melatarbelakangi pemikirannya. Pada bagian ini dijabarkan secara garis besar pemikiran Jiddu Krishnamurti yang terdapat dalam karya-karyanya. Bab keempat, memaparkan hasil analisis atas pemikiran filosofis Jiddu Krishnamurti tentang pendidikan. Urutan penyusunan hasil analisis penelitian ini adalah analisis filosofis pemikiran Jiddu Krishnamurti tentang pendidikan, Bab kelima, memaparkan relevansi pemikiran Jiddu Krishnamurti dengan pengembangan pendidikan di Indonesia. Urutan penyusunannya adalah pemaparan kondisi pendidikan di Indonesia dewasa ini, kontribusi

20 pemikiran Jiddu Krishnamurti dengan pengembangan pendidikan di Indonesia serta akan dipaparkan kekuatan dan kelemahan pemikiran Jiddu Krishnamurti. Bab keenam merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan mengusulkan beberapa saran oleh peneliti.