BAB 1 PENDAHULUAN. Perawat memegang peran utama dalam menjalankan roda kehidupan pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan sumber pemberi jasa pelayanan kesehatan. Saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya (Hasibuan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. Mathis (2001) faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu: kemampuan, motivasi,

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai, produk yang dipakai sifatnya tidak berwujud (Intangible)

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan era globalisasi, setiap perusahaaan akan berusaha untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Salah satu profesi yang mempunyai peran penting di rumah

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, masalah yang dirumuskan, tujuan serta manfaat penelitian dilakukan.

BAB III METODE PENELITIAN. Indikator URI BOR LOS TOI BTO GDR NDR. Gambar 3.1 Kerangka Konsep

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber: diakses pada 25/04/2014 pukul WIB)

BAB 1 PENDAHULUAN. prioritas utama dari pemerintah, bahkan sebelum Millenium Development Goal s

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. (motivasi), karakteristik pekerjaan (beban kerja), kinerja perawat dalam

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa pelayanan dibidang kesehatan. Sebagai salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi tempat kerja merupakan wadah dimana para pegawai melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersedianya sumber daya manusia (SDM). Menghadapi era globalisasi, dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan upaya kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Dari 22 RSU di

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan. penelitian dan manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. baik dari pihak penyedia jasa pelayanan kesehatan itu sendiri, maupun dari

2 Sumber daya manusia medis dan non medis merupakan kunci keberhasilan rumah sakit, karena rumah sakit adalah suatu bentuk organisasi yang berfungsi s

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. profesional sesuai kebutuhan masyarakat (Wuryanto, 2010). swaktu diperlukan untuk berangkat dan pulang kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan. Pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah

BAB 1 : PENDAHULUAN (1, 2)

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

dalam bekerja, hal ini juga akan PENDAHULUAN Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. menyebabkan ketidakpuasan pasien dan Djamil Padang adalah rumah sakit Kelas

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diperlukan pegawai yang profesional, bertanggung jawab, jujur

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa diperkirakan pasien rawat inap per tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada prilaku guna mencapai tujuan tertentu. Proses psikologis tersebut merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan upaya kesehatan (Depkes RI, 2009). Salah satu pelayanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. sehat. Namun saat ini rumah sakit bukan hanya sebagai fasilitas sarana kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kolaborasi dengan berbagai pihak. Hal ini membuat perawat berada pada

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu reaksi yang diawali dengan adanya kebutuhan yang. menimbulkan keinginan atau upaya mencapai tujuan, selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. dalam memberikan asuhan keperawatan antara lain mengkaji kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai industri jasa kesehatan pada dasarnya bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI PERAWAT SUPERVISOR DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG INSTALASI RAWAT INAP RSUD 45 KUNINGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional menyebutkan bahwa salah satu bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global.hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan sebagai organisasi yang bergerak

I. PENDAHULUAN. Tuntutan persaingan dalam pengelolalan kegiatan usaha dari lingkup organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Hasibuan (2003), sumber daya manusia adalah. Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era global berdampak pada tingginya kompetisi dalam sektor kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberlakuan zona ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada 2015 nanti. ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan efektivitas kerja yang positif bagi pegawai. Adanya kepemimpinan yang

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, masyarakat kini sudah mengerti

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

BAB I PENDAHULUAN. Perum dan terakhir ini telah menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Dengan

BAB I PENDAHULUAN. agar staf medis di RS terjaga profesionalismenya. Clicinal governance (tata kelola

TESIS Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S 2 MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. Oleh : Agus Harjono Boediman E4A000002

BAB 1 : PENDAHULUAN. penunjang medis dan melaksanakan pelayanan administratif. Sumber Daya Manusia (SDM)

Rina Amelia Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kedokteran Pencegahan

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI INTRINSIK DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

TINJAUAN PELAKSANAAN SENSUS HARIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan keperawatan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari

Penilaian pelayanan di RSUD AM Parikesit menggunakan indikator pelayanan kesehatan, adapun data indikator pelayanan dari tahun yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan. 1

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu. pelayanan kesehatan demi kepuasan masyarakat yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu melahirkan menjadi 118 per kelahiran hidup; dan 4) Menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keperawatan menurut Virginia Henderson (1966) dapat didefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Tomey & Alligood, 2006) mendefinisikan caring sebagai suatu proses. merupakan sesuatu yang unik terhadap praktik keperawatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dokumen tempat mencatat segala transaksi pelayanan medis yang diberikan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai oleh perawat melalui berbagai bentuk kegiatan, seperti gugus

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

BAB 1 PENDAHULUAN. memelihara dan meningkatkan kesehatan klien, dimana pemberian layanan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki era reformasi yang ditandai. dengan berbagai perubahan di segala bidang khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan memperbaiki,

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat dan rumah sakit merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Perawat memegang peran utama dalam menjalankan roda kehidupan pada pelayanan di rumah sakit. Apabila perawat memiliki produktivitas dan motivasi kerja yang tinggi, maka laju roda pun akan berjalan baik, yang akhirnya akan menghasilkan kinerja dan pencapaian yang baik bagi rumah sakit. Di sisi lain, roda tidak berjalan baik kalau perawat bekerja tidak produktif, artinya perawat tidak memiliki semangat kerja yang tinggi, tidak ulet dalam bekerja dan memiliki moril yang rendah (Depkes RI, 2004). Motivasi merupakan faktor penting yang merupakan proses membangkitkan semangat bekerja, prilaku mempertahankan, dan prilaku penyaluran dalam kegiatan yang positif. Seorang perawat harus termotivasi untuk memiliki kualitas perawatan pasien, untuk mengembangkan efisiensi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Motivasi terbentuk dari sikap seorang perawat dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi perawat merupakan kondisi yang menggerakkan diri perawat yang terarah untuk mencapai tujuan kerja (Ilyas, 2001). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Moody (2006) di salah satu rumah sakit di Indiana di Amerika Serikat menggambarkan model motivasi kerja perawat relevan dengan sikap kepedulian manusia kerja keperawatan profesional.

Model ini berasal dari teori-teori yang dipilih dari prilaku motivasi dan motivasi kerja. Teori berbasis bukti menangani motivasi kerja perawat. Penelitian yang dilakukan oleh Sarminah (2006) di salah satu perusahaan manufaktur di Malaysia, menyatakan bahwa ada hubungan motivasi terhadap kinerja karyawan yang dinyatakan dengan kepuasan kerja karyawan di perusahaan tersebut. Ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan menurut Herzberg (1966), dua faktor itu disebut faktor hygiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor hygiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk di dalamnya adalah kebijakan personalia dan praktek praktek manajemen perusahaan dimana suatu pekerjaan dilakukan, supervisi teknis yang diterima pada pekerjaan tersebut, hubungan antara individu dengan supervisor dengan kolega, dan kualitas kerja (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk di dalamnya adalah pencapaian/penyelesaian pada suatu pekerjaan, pengenalan untuk menyelesaikan pekerjaan, sifat pekerjaan dan tugas itu sendiri, kelanjutan dan pertumbuhan dalam kemampuan pekerjaan (faktor intrinsik) (Hasibuan, 1999). Penelitian yang dilakukan oleh Ocampo (2010) di salah satu rumah sakit di Ekuador, menganalisis hubungan motivasi dokter dan mengidentifikasi aspek administrasi pekerjaan yang bisa memiliki korelasi langsung dengan personal motivasi dokter dengan kinerja. Studi ini meneliti motivasi dokter Ekuador oleh

menerapkan teori motivator-hygiene Herzberg tentang kepuasan kerja. Hasil mengkonfirmasi bahwa faktor administrasi mempengaruhi motivasi dokter kinerja sektor publik Ekuador. Motivasi yang maksimal dihubungkan dengan kinerja yang baik. Sebaliknya, motivasi yang kurang dihubungkan dengan kinerja yang buruk. Kinerja seseorang kadang-kadang tidak berhubungan dengan kompetensi yang dimiliki, karena terdapat faktor diri dan lingkungan kerja yang mempengaruhi kinerja. Kinerja yang maksimal adalah fungsi dan interaksi antara kompetensi dan peluang sumber daya pendukung (Gibson, 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Botez (2002) di salah satu rumah sakit di Roma yang menyatakan bahwa motivasi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kinerja sumber daya manusia di rumah sakit (perawat) yang mempengaruhi dari faktor intrinsik dan ekstrinsik perawat saat bekerja. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2009) di medan, yang menyatakan bahwa, motivasi berpengaruh terhadap kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, Medan. Hasil yang sama juga ditemukan oleh Soehartono (2004) yang menyatakan bahwa motivasi berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perawat. Hasil tersebut dapat diartikan dengan motivasi tinggi maka kinerja perawat dalam mendukung penerapan program di rumah sakit akan semakin tinggi pula. Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu

maupun kelompok kerja personal. Penampilan hasil karya tidak terbatas pada personel yang memangku jabatan fungsional dan struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel dalam organisasi (Ilyas, 2002). Kinerja perawat harus sesuai dengan standar kinerja, yaitu memberikan pelayanan perawatan pada pasien dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi lima tahap yaitu: pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang masing-masing berkesinambungan dan berkaitan satu sama lainnya yang sesuai dengan penilaian kinerja perawat di rumah sakit. Sesuai dengan standar penilaian kinerja perawat yaitu standar I: Pengkajian Keperawatan, standar II: Diagnosa Keperawatan, standar III: Perencanaan Keperawatan, standar IV: Pelaksanaan Tindakan (Implementasi), standar V: Evaluasi Keperawatan. Kinerja yang dilakukan sesuai standar akan membuat proses pelayanan di rumah sakit berjalan dengan lancar dan memudahkan tercapainya tujuan pelayanan perawatan pada pasien (Potter & Perry, 2005) Oleh karena itu untuk meningkatkan motivasi dan kinerja, maka dibutuhkan pengawasan yang baik dari pimpinan dalam bentuk supervisi. Tujuan pokok dari supervisi adalah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanaakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif, efisiensi, sehingga tujuan dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli, 2002). Supervisi adalah kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih manusiawi, bukan hanya mencari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki sehingga

kepuasan kerja perawat lebih banyak tercapai melalui sistem supervisi yang menciptakan hubungan yang baik antara supervisor (kepala ruangan) dan supervisee (perawat) (Sitorus & Panjaitan, 2011). Proses supervisi yang baik akan meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja perawat pelaksana yang bertugas di ruangan dalam melakukan asuhan keper awatan terhadap pasien. Supervisi sangat berhubungan dengan kepuasan kerja perawat. Perawat yang merasa mendapat dukungan dari supervisor dan disupervisi dengan baik dalam melakukan pekerjaannya akan merasa lebih puas terhadap pekerjaannya (Gibson, 2000). Pelaksanaan supervisi bukan hanya ditujukan untuk mengawasi seluruh staf keperawatan menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan instruksi dan ketentuan dan memperbaiki proses keperawatan yang sedang berlangsung. Seluruh staf keperawatan dalam kegiatan supervisi bukan sebagai obyek tetapi juga sebagai subyek. Perawat diposisikan sebagai mitra kerja yang memiliki ide-ide, pendapat dan pengalaman yang perlu didengar, dihargai dan diikutsertakan dalam melakukan asuhan keperawatan (Suyanto, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Samad (2005) di salah satu perusahaan di Malaysia tentang hubungan motivasi dan supervisi dengan kinerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi kerja (hygiene factor dan faktor motivator) berperan dalam memoderasi hubungan supervisi dan kinerja karyawan. Berdasarkan hasil penelitian Agung (2004) pelaksanaan supervisi yang dilakukan kepala ruangan kepada perawat pelaksana di salah satu ruang rawat

inap RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo bahwa terdapat pengaruh supervisi terhadap kinerja perawat. Penelitian Siswana (2009) Pekan Baru, Riau. Hubungan peran supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Petala Bumi, bahwa ada hubungan yang signifikan antara peran kinerja kepala ruangan dalam melakukan supervisi dengan perawat di ruangan. Hasil penelitian ini merekomendasikan untuk menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan supervisi klinis sebagai bentuk model akademik supervisi klinis diterapkan di ruang rawat inap. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada Nopember 2013 dengan kepala seksi keperawatan diperoleh informasi bahwa belum pernah dilakukan penelitian mengenai motivasi perawat dan supervisi kepala ruangan terhadap kinerja perawat secara formal. Data yang diperoleh pada pelaksanaan misi pelayanan medis dan sistem kerja yang terstandar sudah berjalan optimal, hal ini terlihat pada data rekam medis menunjukkan angka produktifitas rumah sakit tahun 2012 (Lampiran 1) sudah mencapai angka ideal menurut Depkes (2008) yaitu BOR= 60-85%, a-los= 6-9 hari, TOI= 1-3 hari, BTO= 40-50 pasien per tahun, NDR= 25 per 1000 pasien keluar, GDR= 45 per 1000 pasien keluar (Rekam medis RS-GM, 2012).

motivasi 10 11 12 10 8 6 4 2 0 1 2 3 4 motivasi 9 5 8 7 6 Keterangan Gambar: : Titik Dasar 1 s.d 12 (motivasi): Standarisasi kegiatan pada motivasi perawat Standarisasi kegiatan motivasi perawat yaitu; (1) Melakukan morning briefing secara rutin, (2) Melakukan spritual corner sebelum beraktifitas (menurut agama masing-masing), (3) Melakukan repetitive magic power (budaya kerja dan keyakinan dasar) dibacakan, (4) Punishment (insentif negatif), (5) Reward (insentif positif), (6) Share informasi dan kepada sesama perawat dengan materi terbaru mengenai tindakan keperawatan yang disiapkan, (7) Melakukan klarifikasi apa yang telah disampaikan kepada kepala ruangan atas tindakan yang tidak sesuai, (8) Saling memberikan kesempatan kepada perawat untuk mengungkapkan permasalahan yang muncul di ruangan, (9) Bersama-sama sesama perawat dan kepala ruangan mendiskusikan pemecahan masalah yang dapat ditempuh, (10) Saling memberi motivasi kepada sesama perawat, (11) Komunikasi yang baik dan saling mendukung harus selalu dibangun antara kepala ruangan dan sesama

perawat, dan (12) saling memberikan pujian atas setiap hasil kinerja yang baik oleh kepala ruangan. 22 21 20 19 18 17 16 15 23 24 10 8 6 4 2 0 14 1 13 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 supervisi Keterangan Gambar: : Titik Dasar 1 s.d 24 (supervisi): Standarisasi kegiatan pada supervisi kepala ruangan Standarisasi kegiatan pada supervisi kepala ruangan yaitu; Sebelum pertukaran Shift, (1) Mengecek kecukupan fasilitas/peralatan/sarana untuk hari itu, (2) Mengecek jadwal kerja, Pada waktu mulai Shift, (3) Mengecek personil yang ada, (4) Menganalisa keseimbangan tenaga, (5) Mengatur pekerjaan, (6) Mengidentifikasikan kendala yang muncul, (7) Mencari alternatif penyelesaian masalah supaya dapat diselesaikan, Sepanjang hari, (8) Mengecek pekerjaan setiap perawat, mengarahkan, mengintruksi, mengoreksi atau memberi latihan sesuai kebutuhan, (9) Mengecek kemajuan pekerjaan, (10) Mengecek kemajuan rumah tangga, (11) Mengecek personil, kenyamanan kerja terutama personil baru, (12) Berjaga di tempat bila ada pertanyaan, permintaan bantuan lain-lain, (13) Mengatur jam istirahat perawat, (14) Mendeteksi dan mencatat problem yang muncul pada saat itu dan mencari

cara memecahkannya, (15) Mengecek kembali kecukupan alat/fasilitas/sarana sesuai kondisi operasional, (16) Mencatat fasilitas/sarana yang rusak kemudian melaporkannya, (17) Mengecek kecelakaan kerja, (18) Menyiapkan laporan mengenai pekerjaan secara rutin, (19) Mengobservasi satu personil atau aneka kerja secara kontiniu untuk 15 menit sekali, (20) Melihat dengan seksama hal-hal yang mungkin terjadi, seperti keterlambatan pekerjaan, lamanya mengambil barang dan kesulitan pekerjaan, (21) Membuat daftar masalah yang belum terpecahkan dan berusaha untuk memecahkan keesokan harinya, (22) Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dengan mengecek hasilnya, kecukupan material dan peralatannya, (23) Melengkapi laporan harian, dan (24) Membuat daftar pekerjaan untuk keesokan harinya. Berdasarkan latar belakang tersebut dan fenomena-fenomena dari hasil penelitian sebelumnya yang terkait, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan motivasi perawat dan supervisi kepala ruangan terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam sehingga dapat dimanfaatkan untuk pelayanan yang lebih baik oleh perawat. 1.2. Pemasalahan Perumusan masalah dalam penelitian ini mengacu pada latar belakang dari hasil-hasil penelitian terdahulu. Maka permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi hubungan motivasi perawat dan supervisi kepala ruangan terhadap kinerja perawat.

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui motivasi perawat di rumah sakit 2. Untuk mengetahui supervisi kepala ruangan terhadap perawat di rumah sakit 3. Untuk mengetahui kinerja perawat di rumah sakit 4. Untuk menganalisa hubungan motivasi perawat dan kinerja perawat di rumah sakit 5. Untuk menganalisa hubungan supervisi kepala ruangan dan kinerja perawat di rumah sakit 1.4. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan keterlibatan motivasi perawat dengan kinerja perawat di rumah sakit. 2. Ada hubungan keterlibatan supervisi kepala ruangan terhadap perawat dengan kinerja perawat di rumah sakit. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif untuk pengembangan keilmuan baik secara teoritis dan praktik bagi dunia keperawatan diantaranya: 1. Pendidikan keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengembangan pengetahuan serta menjadi evidence base khususnya

dalam pengajaran diperkuliahan pada manajemen keperawatan yang berhubungan dengan kinerja perawat. 2. Manfaat praktis bagi rumah sakit Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak manajemen rumah sakit untuk menanamkan bahwa motivasi perawat supervisi kepala ruangan sangat penting dengan kinerja perawat dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit. 3. Bagi penelitian keperawatan Memberikan informasi tentang hubungan motivasi perawat supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat di rumah sakit sehingga berguna bagi para peneliti yang ingin meneliti faktor-faktor lain yang berkaitan dengan kinerja perawat.