BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikut menentukan sampai seberapakah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membayar hutang-hutangnya yang jatuh tempo.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan dalam melakukan kegiatan ekonomi menjadi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Situasi perekonomian global dan perdagangan bebas saat ini membuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawir (2010:2) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam bidang keuangan karena kesalahan dan kekeliruan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio hutang disebut juga dengan rasio leverage. Rasio leverage

BAB I PENDAHULUAN. tampak dari bertambahnya jumlah perusahaan-perusahaan baik pemerintah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat dan banyaknya persaingan dalam dunia usaha. Perkembangan suatu

BAB II LANDASAN TEORITIS. Ketatnya persaingan dalam bidang perekonomian dan bidang bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Martono dan Harjito (2014:51) analisis laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikarenakan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan makin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kaitannya dengan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORITIS. Djarwanto (2001) menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja dalam Meningkatkan Profitabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tujuan didirikan perusahaan, yang pertama adalah untuk UKDW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. dikemukakan adanya beberapa konsep, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Tujuan dan Metode Analisis Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. pendek tepat pada waktunya.pengendalian yang cukup diperlikan untuk

BAB II LANDASAN TEORITIS. dalamnya kas, sekuritas, piutang, persedian, dan dan dalam beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. telah ditetapkan. Tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan ada tujuan jangka pendek dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti misalnya untuk memberi uang muka pada pembelian bahan baku atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal kerja secara tradisional diartikan sebagai dana yang tersedia untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring bertambah dewasanya perusahaan, mereka harus dapat

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dagangan, membayar upah buruh dan gaji pegawai, dan biaya-biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Pengklasifikasian Utang. Utang Menurut Djarwanto (2004) merupakan kewajiban perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun

BAB I PENDAHULUAN. dana atau modal. Dalam memenuhi kebutuhan dana atau modal, perusahaan sering

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha menciptakan laba yang memadai bagi terjaminnya. komunitas perusahaan. Oleh karena itu, permasalahan dalam perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan. Menurut Kasmir (2011) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio merupakan persentase

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas perusahaan akan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTED DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan lebih baik dari

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau jangka waktu tertentu. Adapun tujuan dari laporan keuangan yaitu: perusahaan dalam menghasilkan laba.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soeprihanto (1997 : 27) modal kerja adalah nilai. industri/jasa untuk keperluan sehari-hari, misalnya membayar gaji pegawai,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Likuiditas Likuiditas merupakan salah satu faktor yang menentukan sukses atau kegagalan perusahaan. Penyediaan kebutuhan uang tunai dan sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikut menentukan sampai seberapakah perusahaan itu menanggung risiko. Menurut Wild (2005: 185) likuiditas merupakan kemampuan untuk mengubah aktiva menjadi kas atau kemampuan untuk memperoleh kas. Jangka pendek secara konvensional dianggap periode hingga satu tahun meskipun jangka waktu ini dikaitkan dengan siklus operasi normal suatu perusahaan (periode waktu yang mencakup siklus pembelianproduksi-penjualan-penagihan). ` Menurut Munawir (2002:31), likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Secara umum pengertian likuiditas (liquidity) mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang

harus segera dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid, dan sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah ilikuid. Kim et al.,(1998: 349) dalam penelitian Aldiyanti (2006) mengelompokkan faktor-faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan sebagai berikut: 1. cost of external financing Faktor cost of external financing ini berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan jika perusahaan menggunakan pendanaan dari luar perusahaan. Kim et al. (1998: 349) menggunakan proxy ukuran perusahaan (firm size) dan kesempatan bertumbuh (growth opportunities) untuk mengukur faktor cost of external financing tersebut. Barclay dan Smith (1996, dalam Kim et al., 1998) mengemukakan argumen bahwa, cost of external financing yang dihadapi oleh perusahaanperusahaan besar relatif lebih rendah dibanding perusahaan-perusahaan kecil, hal ini disebabkan perusahaan besar lebih mampu mencapai economic of scale terutama jika dikaitkan dengan biaya tetap pada saat melakukan emisi saham. Berdasarkan literatur tentang asymmetric information, pada perusahaanperusahaan yang menghadapi kondisi asymmetric information yang rumit antara insider dan outsider investors, maka perusahaan tersebut cenderung menghadapi cost of external financing yang besar. (Myers dan Majluf 1984, dalam Kim et al., 1998: 347), pada perusahaan-perusahaan yang nilainya sebagian besar ditentukan oleh growth opportunities akan menghadapi asymmetric information yang besar.

2. cash flow uncertainty Cash flow uncertainty atau ketidapastian arus kas dapat menentukan keputusan manajer dalam menentukan tingkat likuditas perusahaan. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat ketidakpastian arus kas yang tinggi akan cenderung melakukan investasi dalam aktiva likuid dengan jumlah yang besar. 3. current and future investment opportunities Current and Future Investment Opportunities adalah kesempatan investasi yang dihadapi perusahaan, baik saat ini maupun saat mendatang. Current and future investment opportunities ini dapat mempengaruhi manajemen dalam memutuskan kebijakan likuiditasnya. Berkaitan dengan current and future investment opportunities ini manajemen akan mempertimbangkan, apakah lebih baik melakukan investasi dalam bentuk aktiva tetap atau melakukan investasi dalam aktiva likuid. 4. transactions demand for liquidity Transactions Demand for Liquidity ini berkaitan dengan dana atau kas yang diperlukan perusahaan untuk tujuan transaksi. Faktor transactions demand for liquidity ini juga merupakan faktor yang dipertimbangkan manajemen dalam menentukan likuiditas perusahaan. Pengukuran likuiditas dilakukan dengan membandingkan harta lancar dengan utang lancar. Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dapat dibagi dalam tiga bagian sebagai berikut:

1. Besarnya investasi pada harga tetap dibandingkan dengan seluruh dana jangka panjang Pemakaian dana untuk pembelian harta tetap adalah salah satu sebab utama dari keadaan tidak likuid. Jikalau makin banyak dana perusahaan yang dipergunakan untuk harta tetap, maka sisanya untuk membiayai kebutuhan jangka pendek tinggal sedikit. Oleh sebab itu, rasio likuiditas menurun. Kemerosotan tersebut hanya dapat dicegah dengan menambah dana jangka panjang untuk menutup kebutuhan harta tetap yang meningkat. 2. Volume kegiatan perusahaan Peningkatan volume kegiatan perusahaan akan menambah kebutuhan dana untuk membiayai harta lancar. Sebagian dari kebutuhan tersebut dipenuhi dengan meningkatkan utang-utang. Tetapi jika hal-hal lain tetap, investasi jangka panjang untuk membiayai kebutuhan modal kerja sangat diperlukan agar rasio dapat dipertahankan. 3. Pengendalian harta lancar Apabila pengendalian kurang baik terhadap besarnya investasi dalam persediaan dan piutang menyebabkan adanya investasi yang melebihi daripada yang seharusnya, maka sekali lagi rasio akan turun dengan tajam, kecuali apabila disediakan lebih banyak dana jangka panjang. Kesimpulannya ialah bahwa perbaikan dalam pengendalian investasi semacam itu akan dapat memperbaiki rasio likuiditas. Memperbaiki posisi likuiditas hanya dapat dilaksanakan dengan:

1. menambah lebih banyak dana jangka panjang, baik dari pemegang saham ataupun dengan pinjaman, 2. mengembalikan posisi investasi dengan menjual beberapa harta tetap, 3. mengatur harta lancar secara efisien. Menurut Riyanto (2001:28), apabila kita mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio sebagai alat ukurnya, maka tingkat likuiditas suatu perusahaan dapat ditingkatkan dengan jalan sebagai berikut: 1. dengan utang lancar tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva lancar 2. dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi utang lancar 3. dengan mengurangi jumlah utang lancar bersama-sama dengan mengurangi aktiva lancar. Hal ini dapat berlaku jika current ratio itu lebih dari satu. 2. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan secara langsung akan mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi maupun investasi perusahaan. Pada umumnya semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula kegiatan operasi dan investasi yang dilakukan perusahaan tersebut. Kegiatan operasi dan investasi yang dilakukan tersebut secara langsung akan mempengaruhi

kondisi likuiditas perusahaan, sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan antara ukuran perusahaan dengan tingkat likuiditas. 3. Modal Kerja Menurut Wild (2005, 186), modal kerja adalah selisih aktiva lancar setelah dikurang kewajiban lancar. Menurut Brigham (2001: 150), modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek yaitu kas, sekuritas yang mudah dipasarkan, persediaan, dan piutang usaha. Modal kerja selalu diperlukan untuk membiayai kegiatan perusahaan sehari-hari dan untuk menjaga kontinuitas perusahaan selama masih beroperasi. Menurut Riyanto (1995:51) modal kerja dapat dibagi menurut konsep sebagai berikut : a. konsep kuantitatif Modal kerja menurut konsep kuantitatif menggambarkan keseluruhan atau jumlah dari aktiva lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang persediaan atau keseluruhan dari pada jumlah aktiva lancar dimana aktiva lancar ini sekali berputar dan dapat kembali ke bentuk semula atau dana tersebut dapat bebas lagi dalam waktu yang relatif pendek atau singkat. Konsep ini biasanya disebut modal kerja bruto (gross working capital), b. konsep kualitatif Menurut konsep kualitatif modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Defenisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari utang lancar dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan operasi di mana mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan jangka pendek dengan jaminan aktiva lancar. Konsep ini biasa disebut dengan modal kerja neto (net working capital), c. konsep fungsional Modal kerja menurut konsep ini menitikberatkan pada fungsi dari pada dana dalam menghasilkan pendapatan (income) dari usaha pokok perusahaan. Modal kerja adalah dana yang digunakan untuk

menghasilkan pendapatan pada saat ini sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan. Modal kerja sangat berpengaruh bagi suatu perusahaan. Adanya modal kerja yang cukup memungkinkan suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya tidak mengalami kesulitan dan hambatan yang mungkin akan timbul. Adanya modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif dan hal ini memberikan kerugian karena dana yang tersedia tidak dipergunakan secara efektif dalam kegiatan perusahaan. Sebaliknya, kekurangan modal kerja merupakan sebab utama kegagalan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Penetapan besarnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan berbeda-beda, salah satunya tergantung pada jenis perusahaan dan besar kecilnya perusahaan itu sendiri. Kebijakan perusahaan dalam mengelola jumlah modal kerja secara tepat akan menghasilkan keuntungan yang benarbenar diharapkan oleh perusahaan sedangkan akibat pengelolaan modal yang kurang tepat akan mengakibatkan kerugian. Kegiatan penyediaan modal tersebut bersifat dinamis sehingga harus disesuaikan dengan perkembangan perusahaan. Besarnya modal kerja merupakan salah satu alat ukur yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan masalah likuiditas perusahaan. Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan.

Menurut Munawir (2002:125) penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut: 1. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, supplies kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya. 2. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau efek, maupun kerugian yang insidentil lainnya. 3. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang. 4. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya utang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja. 5. Pembayaran utang-utang jangka panjang yang meliputi utang hipotik, utang obligasi maupun bentuk utang jangka panjang lainnya. 6. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadi (prive) atau adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik dalam perusahaan perseorangan dan persekutuan atau adanya pembayaran dividen dalam perseroan terbatas.

Disamping penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan berkurangnya modal kerja tersebut, Munawir (2002:129) mengemukakan bahwa adapula pemakaian aktiva lancar yang tidak merubah jumlahnya baik jumlah modal kerjanya maupun jumlah aktiva lancarnya itu sendiri, yaitu pemakaian atau penggunaan modal kerja/aktiva lancar yang hanya menyebabkan berubahnya bentuk aktiva lancar (modal kerja tidak berkurang), misalnya: 1.pembelian efek (marketable securities) secara tunai 2.pembelian barang dagangan atau bahan-bahan lainnya secara tunai 3.perubahan suatu bentuk piutang ke bentuk piutang yang lain, misalnya dari piutang dagang (account receivable) menjadi piutang wesel (notes receivable) Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam suatu perusahaan. Selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) dimulai saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya. Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen modal kerja tersebut. Perputaran modal kerja menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat

diperoleh perusahaan (jumlah rupiah) untuk tiap rupiah modal kerja. Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang mungkin disebabkan rendahnya perputaran persediaan, piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar. 4. Arus Kas Kas merupakan aktiva yang paling likuid serta menawarkan likuiditas dan fleksibilitas bagi perusahaan. Kas merupakan awal sekaligus akhir siklus operasi perusahaan. Aktivitas operasi perusahaan melibatkan konversi kas menjadi berbagai aktiva (seperti persediaan) yang digunakan untuk menghasilkan piutang dari penjualan kredit. Siklus operasi menjadi lengkap saat kas kembali ke perusahaan melalui proses penagihan, yang memungkinkan dimulainya siklus operasi baru. Sesungguhnya kas merupakan ukuran akhir profitabilitas. Kas lah yang digunakan untuk membayar utang, mengganti peralatan, memperluas fasilitas, dan membayar dividen. Dengan demikian, analisis arus kas masuk dan arus kas keluar perusahaan dapat membantu menilai salah satunya likuiditas. Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya. mengetahui: Menurut Harahap (2008: 257), kegunaan laporan arus kas untuk 1. kemampuan suatu perusahaan meng generate kas, merencanakan, mengontrol arus kas masuk dan arus kas keluar perusahaan pada masa lalu; 2. kemungkinan keadaan arus kas masuk dan keluar, arus kas bersih perusahaan, termasuk kemampuan membayar dividen di masa yang akan datang; 3. informasi bagi investor dan kreditor untuk memproyeksikan return dan sumber kekayaan perusahaan; 4. kemampuan perusahaan untuk memasukkan kas ke perusahaan di masa yang akan datang; 5. alasan perbedaan antara laba bersih dibandingkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas; 6. pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi lainnya terhadap posisi keuangan perusahaan selama satu periode tertentu. Laporan arus kas melaporkan penerimaan kas dan pembayaran kas berdasarkan aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan yang merupakan aktivitas utama dalam bisnis perusahaan. Arus kas dari operasi sering dikaitkan dengan laba bersih untuk menilai kualitasnya. Arus kas dari operasi menjadi penguji yang efektif atas laba bersih, namun bukan pengganti laba bersih. Arus kas dari operasi meliputi elemen pendanaan serta bermanfaat untuk evaluasi dan proyeksi likuiditas jangka pendek maupun solvabilitas jangka panjang.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 2.1 Hasil Penelitian terdahulu Nama Judul Variabel yang digunakan Aldiyanti Listi Faktor Faktor Ukuran (2006) Penentu Likuiditas perusahaan, Perusahaan kesempatan Manufaktur di Bursa bertumbuh, return Efek Jakarta Tahun spread, dan debt 2000-2004. ratio. Farhan Akhmad (2005) Fanny Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas Perusahaan (Studi Survei Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar di BEJ) Perputaran Modal Kerja, Likuiditas dihitung menggunakan rasio lancar, rasio cepat, dan rasio kas. Hasil Penelitan menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, kesempatan bertumbuh, return spread berpengaruh signifikan terhadap likuiditas perusahaan, sedangkan debt ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara perputaran modal kerja dengan tingkat likuiditas perusahaan Kim et al. (1998) dalam penelitian Aldiyanti (2006) The Determinants of Corporate Liquidity: Theory and Evidence. Ukuran perusahaan, kesempatan bertumbuh, variabilitas arus kas operasi, variabilitas arus free cash flow, return spread, perkiraan kondisi ekonomi masa mendatang, siklus kas, variabilitas arus kas, debt ratio, arus kas, dan prediktor kebangkrutan. menunjukkan bahwa rasio market to book value berpengaruh positif dan signifikan sedangkan return spread, siklus kas, debt ratio, arus kas, kemungkinan kebangkrutan berpengaruh negative dan signifikan. Sumber: Penulis, 2009

Penelitian yang dilakukan oleh Aldiyanti (2006) tersebut bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penentu likuiditas. Faktor-faktor yang digunakan sebagai prediktor likuiditas perusahaan adalah ukuran perusahaan, kesempatan bertumbuh, return spread, dan debt ratio. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Jakarta. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas perusahaan, (2) kesempatan bertumbuh berpengaruh signifikan dan positif terhadap likuiditas, (3) return spread berpengaruh signifikan dan positif terhadap likuiditas perusahaan, (4) debt ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Penelitian yang dilakukan oleh Kim et al. (1998) tersebut bertujuan untuk mengetahui secara empiris faktor-faktor yang mempengaruhi atau menentukan likuiditas perusahaan. Faktor-faktor yang diduga menentukan likuiditas adalah: (1) ukuran perusahaan, (2) kesempatan bertumbuh (growth opportunities), (3) variabilitas arus kas operasi, (4) variabilitas free cash flow, (5) return spread, (6) perkiraan kondisi ekonomi masa mendatang, (7) siklus kas, (8) variabilitas siklus kas, (9) debt ratio, (10) arus kas, (11) prediktor kebangkrutan. Penelitian dilakukan terhadap 915 perusahaan manufaktur di AS dengan periode pengamatan tahun 1975-1994. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kim et al. (1998) ini menunjukkan: (1) rasio market to book value berpengaruh positif dan signifikan, (2) Return spread berpengaruh negatif dan signifikan, (3) Siklus kas berpengaruh

negatif dan signifikan, (4) Debt ratio berpengaruh negatif dan signifikan, (5) arus kas berpengaruh negatif dan signifikan, (6) kemungkinan kebangkrutan berpengaruh negatif dan signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Farhan (2005) dilakukan pada perusahaan telekomunikasi yang telah go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) untuk periode tahun 2002 sampai dengan 2004. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan menguraikan terlebih dahulu kondisi objek penelitian atau perusahaan yang diteliti berdasarkan fakta dan data yang ada untuk menguji hipotesis. Berdasarkan data yang ada, dilakukan penghitungan perputaran modal kerja, tingkat likuiditas dengan menggunakan rasio lancar, rasio cepat, dan rasio kas. Hasil penelitian Farhan ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara perputaran modal kerja dengan tingkat likuiditas perusahaan. C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan diatas, pengaruh modal kerja, usuran perusahaan, arus kas terhadap likuiditas dapat digambarkan dalam kerangka sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual H 4 Faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas Ukuran Perusahaan (X 1 ) Modal Kerja (X 2 ) Arus Kas (X 3 ) H 1 H 2 H 3 L i k u i d i t a s (Y) Ukuran perusahaan secara langsung akan mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi maupun investasi perusahaan. Pada umumnya semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula kegiatan operasi dan investasi yang dilakukan perusahaan tersebut. Kegiatan operasi dan investasi yang dilakukan tersebut secara langsung akan mempengaruhi kondisi likuiditas perusahaan, sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan antara ukuran perusahaan dengan tingkat likuiditas. Penelitian yang telah dilakukan oleh Kim et al (1998) dalam penelitian Aldiyanti (2006) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas perusahaan. Modal kerja digunakan untuk membiayai operasi sehari-hari perusahaan, dimana dana yang telah dikeluarkan tersebut diharapkan akan kembali dalam

jangka waktu yang relatif pendek melalui hasil aktivitas perusahaan tersebut, yang akan dipergunakan untuk operasi selanjutnya. Modal kerja yang cukup akan memungkinkan suatu perusahaan untuk beroperasi seekonomis mungkin, akan tetapi modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan, dan sebaliknya adanya ketidakcukupan modal kerja merupakan indikator utama kegagalan suatu perusahaan. Ukuran arus kas mengakui arus kas masuk saat kas diterima walaupun belum dihasilkan, dan mengakui arus keluar saat kas dibayarkan walaupun beban belum terjadi. Laporan arus kas melaporkan ukuran arus kas untuk tiga aktivitas utama dalam bisnis: operasi, investasi, dan pendanaan. Arus kas operasi, atau arus kas dari operasi, merupakan padanan dasar kas untuk laba bersih akrual. Informasi arus kas membantu menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya, membayar dividen, meningkatkan kapasitas, dan mendapatkan pendanaan. Informasi arus kas juga membantu menilai kualitas laba dan ketergantungan laba pada estimasi dan rentang arus kas dimasa depan. Arus kas dari operasi menjadi penguji yang efektif atas laba bersih, namun bukan pengganti laba bersih. Arus kas dari operasi meliputi elemen pendanaan serta bermanfaat untuk evaluasi dan proyeksi likuiditas jangka pendek maupun solvabilitas jangka panjang (Wild, 2005:17). Penelitian yang telah dilakukan oleh Anderson (2002) dalam penelitian Aldiyanti (2006) menunjukkan bahwa arus kas berpengaruh positif dan signifikan terhadap likuiditas perusahaan.

2. Hipotesis Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H 1 : terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap likuiditas pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2007 H 2 : terdapat pengaruh modal kerja terhadap likuiditas pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2007 H 3 : terdapat pengaruh arus kas terhadap likuiditas pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2007 H 4 : terdapat pengaruh, ukuran perusahaaan, modal kerja, arus kas secara simultan terhadap likuiditas pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2007