MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi Ternak Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dengan menggunakan ternak, perlakuan dan rancangan percobaan yang sama berdasarkan Sitepu (2010). Ternak berjumlah 15 ekor, terdiri dari 10 ekor domba bunting dan 5 ekor tidak bunting. Bobot awal kebuntingan 19,8±1,21 kg sedangkan yang tidak bunting 20,4±1,95 kg. Domba tersebut diperoleh dari UP3 Jonggol, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Ternak domba lokal yang digunakan dikandangkan secara individu seperti yang disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan dalam penelitian adalah kandang individu, 2 minggu sebelum melahirkan induk dipindahkan ke kandang melahirkan. Apabila induk sudah memperlihatkan tanda-tanda kelahiran seperti vulva membengkak dan merah maka kandang beranak diberi bedding rumput kering. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat air minum. Alat lain yang digunakan adalah timbangan gantung kapasitas 50 kg untuk menimbang bobot domba, timbangan duduk dengan kapasitas 2 kg untuk menimbang hijauan, timbangan digital untuk menimbang pakan konsentrat dan sisa pakan. 13
Pakan Ransum yang digunakan terdiri atas rumput lapang dan konsentrat dengan perbandingan 30:70 serta air diberikan secara ad libitum. Konsentrat yang digunakan selama penelitian mengandung Total Digestible Nutrien (TDN) berkisar 65,37-66,16% sedangkan kadar protein kasar (PK) berkisar 15,58-16,50%. Secara lengkap komposisi bahan baku ransum yang digunakan tercantum pada Tabel 2, sedangkan kandungan zat makanan ransum penelitian berdasarkan bahan kering tercantum pada Tabel 3. Tabel 2. Komposisi Bahan Baku Ransum Bahan Pakan Ransum Penelitian* Pj Po Pj+o --------------------------------% BK--------------------------------- Rumput Lapang Jagung 30,50 20,62 29,50-30,10 8,77 Onggok - 17,67 8,25 Bungkil Kelapa 46,00 50,55 51,60 CaCO 3 2,60 2,00 1,00 Garam 0,14 0,14 0,14 Premix 0,14 0,14 0,14 Keterangan: * ) Hasil perhitungan berdasarkan NRC (1985) Pj = Ransum dengan sumber karbohidrat yang berasal dari jagung Po = Ransum dengan sumber karbohidrat yang berasal dari onggok Pj+o = Ransum dengan sumber karbohidrat yang berasal dari jagung dan onggok Tabel 3. Kandungan Zat Makanan Ransum Penelitian Berdasarkan Bahan Kering Zat Makanan* Perlakuan Pj Po Pj+o ----------------------------- %BK---------------------------- Bahan Kering 67,83 68,96 68,18 Abu 6,45 7,54 6,86 Protein Kasar 16,01 15,95 16,50 Lemak Kasar 6,25 6,26 6,07 Serat Kasar 21,27 22,15 22,25 Beta-N 50,02 48,10 48,32 TDN ** 65,37 65,52 66,16 Ca 1,65 1,72 1,71 P 0,42 0,42 0,44 Keterangan: * ) Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, IPB (2010) **) Hasil perhitungan menurut Hartadi et al. (1997) Pj = Ransum dengan sumber karbohidrat yang berasal dari jagung Po = Ransum dengan sumber karbohidrat yang berasal dari onggok Pj+o = Ransum dengan sumber karbohidrat yang berasal dari jagung dan onggok TDN = Total Digestibility Nutrient, BK = Bahan kering 14
Rancangan Percobaan Metode Desain percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah pemberian pakan dengan bahan baku sumber karbohidrat yang berasal dari jagung dan onggok. Perlakuan Pj = Ransum dengan sumber karbohidrat yang berasal dari jagung Po = Ransum dengan sumber karbohidrat yang berasal dari onggok Pj+o = Ransum dengan sumber karbohidrat yang berasal dari jagung dan onggok Peubah yang diamati Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah : 1) Konsumsi Pakan Konsumsi pakan didapatkan dengan cara menghitung selisih pakan yang diberikan dikurangi dengan sisa pakan. Konsumsi pakan (g) = pemberian (g) - sisa (g) Rataan konsumsi pakan (g/ekor/hari) = 2) Persentase Kebuntingan Konsumsi selama pemeliharaan (g/ekor) Lama penelitian Persentase kebuntingan dihitung dari banyaknya induk yang bunting dibagi dengan jumlah induk yang dikawinkan dalam satu perlakuan dan dinyatakan dalam persen. Jumlah induk bunting Persentase kebuntingan = x 100% Jumlah induk yang dikawinkan 3) Jumlah Fetus Jumlah fetus pada penelitian ini mengacu pada Sitepu (2010) yang melakukan pengecekan jumlah fetus dengan menggunakan alat USG (ultra sonografi). 15
4) Jumlah Anak Sekelahiran Jumlah anak sekelahiran dapat dihitung dari banyaknya anak yang lahir dibagi dengan banyaknya induk yang beranak dalam satu kali kelahiran. Jumlah anak sekelahiran = Jumlah anak lahir Induk 5) Mortalitas Fetus Mortalitas fetus didapatkan dengan cara jumlah anak sekelahiran dibagi dengan jumlah fetus hasil USG dan dinyatakan dalam persen. 6) Lambing Rate Lambing rate dapat dihitung dari banyaknya anak yang lahir dibagi dengan banyaknya induk yang berhasil bunting setelah dikawinkan dan dinyatakan dalam persen. Jumlah anak lahir Lambing rate = x 100% Jumlah induk bunting 7) Rasio Anak Lahir Rasio anak jantan dan betina dengan tipe kelahiran pada induk diperoleh dengan cara melihat langsung saat induk melahirkan dan hasil yang didapatkan dinyatakan dalam persen. 8) Pertambahan Bobot Badan Induk Pengukuran pertambahan bobot badan (PBB) induk dilakukan dengan penimbangan ternak per 30 hari dengan menggunakan timbangan gantung kapasitas 50 kg. Penimbangan dilakukan pada pagi hari sebelum ternak diberi pakan. PBB harian (g/ekor/hari) = Bobot akhir Bobot awal 30 hari 16
9) Bobot Lahir Anak Bobot lahir anak domba didapatkan dengan cara menimbang anak domba sesaat setelah lahir dalam kurun waktu 24 jam. Bobot yang didapatkan saat penimbangan merupakan data bobot lahir anak. Rataan bobot lahir (kg/ekor) = Total bobot lahir anak dalam satu perlakuan Jumlah anak yang lahir dalam satu perlakuan 10) Bobot Sapih Anak Bobot sapih anak domba didapatkan dengan cara menimbang anak domba saat dipisahkan pemeliharaannya dengan induk. Bobot yang didapatkan saat penimbangan merupakan data bobot sapih anak. Anak domba pada penelitian ini di sapih saat umur 56 hari. Total bobot sapih anak dalam satu perlakuan Rataan bobot sapih (kg/ekor) = Jumlah anak yang disapih dalam satu perlakuan 11) Pertambahan Bobot Badan Anak Pertambahan bobot badan (PBB) anak domba dapat diketahui dengan cara melakukan penimbangan bobot hidup. PBB (kg/ekor) = BB sapih BB lahir Pertambahan bobot badan (g/ekor/hari) = Bobot sapih Bobot lahir (g/ekor) Lama pemeliharaan anak 12) Produksi Susu Induk Produksi susu induk pada penelitian ini didapatkan dengan cara melakukan perhitungan antara pertambahan bobot badan anak dikalikan enem, hasil yang didapatkan merupakan prediksi produksi susu induk. Dove (1988) menyatakan bahwa untuk menghasilkan 1 kg pertambahan bobot badan anak, anak domba perlu mengkonsumsi susu sebanyak 6 kg. Produksi susu (kg) = pertambahan bobot badan anak (kg) x 6 17
Prosedur Penelitian Pemeliharaan Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan sehingga tidak dilakukan preliminary lagi. Pemeliharaan induk pada penelitian ini dilakukan selama tiga bulan akhir kebuntingan hingga dua bulan laktasi. Domba yang tidak bunting tetap dilakukan pengamatan hingga berakhirnya masa penelitian untuk mengetahui rataan konsumsi selama penelitian. Domba yang akan digunakan ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot awal pemeliharaan. Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore hari. Pagi hari pemberian pakan sekitar pukul 08:00 WIB, diawali dengan pemberian konsentrat sebanyak setengah bagian dari kebutuhan harian domba lalu satu jam kemudian diberikan hijauan. Sore hari dilakukan pemberian konsentrat pada pukul 14:00 WIB dan hijauan sekitar pukul 15:00 WIB. Penimbangan Bobot Badan Induk dan Anak Penimbangan bobot badan dilakukan untuk mengetahui pertambahan bobot badan induk dan anak. Penimbangan bobot badan induk dilakukan per 30 hari sedangkan pertambahan bobot badan anak dilakukan per 14 hari hingga sapih. Penimbangan bobot badan dilakukan pada pagi hari sebelum ternak diberi pakan. Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan lima ulangan. Model matematik yang digunakan menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) sebagai berikut: Y ij = + P i + ij Keterangan : Y ij = Nilai respon dari perlakuan i dengan ulangan j = Rataan umum pengamatan P i = Pengaruh pemberian ransum (i = 1, 2, 3) ij = Pengaruh galat ransum ke-i dan ulangan ke-j (j = 1, 2, 3, 4,5) Pengujian secara statistik dilakukan untuk menguji pengaruh pemberian ransum yang berbeda sumber karbohidrat terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan induk, bobot lahir anak, bobot sapih anak, pertambahan bobot badan anak umur 0-28 dan 28-56 hari dan produksi susu 0-28 dan 28-56 hari. 18
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (Analyses of Variance, ANOVA) dan jika terdapat perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Ortogonal Kontras. Penelitian ini juga menggunakan analisis secara deskriptif untuk membandingkan pengaruh pemberian ransum yang berbeda sumber karbohidrat terhadap persentase kebuntingan, jumlah fetus, jumlah anak sekelahiran, mortalitas fetus, lambing rate, rasio anak jantan dan betina dan rasio induk yang melahirkan anak tunggal dan kembar. 19