BAB V KONSEP PERANCANGAN Berangkat dari permasalahan utama pada bab sebelumnya disimpulkan tiga kata kunci yang mendasari konsep desain yang akan diambil. Ketiga sifat tersebut yakni recycle, community based, dan organic. Maka ketiga kata kunci tersebut akan diselesaikan dalam suatu konsep utama Kampung Vertikal Tegalpanggung yang penulis pilih yakni Taman Air. Taman air dimana air yang seringkali menjadi sumber masalah di daerah Tegalpanggung baik itu air hujan, banjir dari sungai, maupun limpahan air dari berbagai tempat di sekitar site didaur-ulang sehingga dapat dimanfaatkan kembali. Taman air yang menunjang aktifitas komunitas masyarakat sehingga individunya dapat mengembangkan kapasitas ekonomi dan sosial. Taman air yang dikembangkan dengan pola yang bersifat organik sehingga tidak meluruhkan ciri khas kehidupan sebuah kampung. Taman yang tidak sekedar taman dengan bunga-bunga yang indah tetapi taman yang mampu me-recycle limbah, taman yang berbasis komunitas dan taman berpola organik. 5.1. Menciptakan Hunian yang Sustainable Hunian yang sustainable adalah hunian yang peduli lingkungan. Peduli lingkungan ditunjukkan dengan perilaku dan fasilitas hunian yang tidak merugikan. Sistem pembuangan sampah misalnya. Penghuni dibiasakan untuk selalu memilah sampah. Perilaku ini kemudian ditunjang dengan adanya dua pintu shaf sampah, yaitu sampah organik dan sampah non organik. Proses pemilahan akan sangat terbantu hingga akhir dan tidak menimbulkan bau kurang sedap. 65
Gambar 5. 1 Sistem Pembuangan Limbah Padat (Sampah) Menggunakan double fasade merupakan pilihan untuk meminimalisir cahaya matahari yang masuk tanpa menutup jalur penghawaan. Ruang diantara unit hunian dan kulit fasad terluar dapat dimanfaatkan sebagai sirkulasi atau ruang jemur yang aman dari pandangan luar. Fasad yang miring dapat memasukkan cahaya matahari lebih banyak sehingga daerah jangkauan pantulan sinarnya lebih luas. Gambar 5. 2 Potongan Rumah Susun dengan Double fasade Lahan yang rendah dan rawan banjir akan lebih aman dengan meninggikan bangunan fungsi utama. Fungsi utama salah satunya hunian. Ruang kosong yang berada dibawah dijadikan ruang sosial, kantong parkir atau fungsi lain yang tidak bersifat permanen. 66
Gambar 5. 3 Bangunan dengan konsep panggung Sumber : Penulis 5.2. Menciptakan Ruang Sosial yang Menggerakkan Komunitas Komunitas difasilitasi dengan adanya ruang-ruang sosial. Sanggar anak kampung Indonesia menjadi ruang bermain dan sosialisasi bagi anak. Pos ronda, balai pertemuan warga, masjid, lapangan olahraga juga merupakan ruang sosial masyarakat kampung. Gambar 5. 4 Ruang Sosial dan Komunitas Leveling untuk menciptakan banyak ruang terbuka dan ruang sosial dengan memanfaatkan potensi lahan yang miring. 67
Gambar 5. 5 Leveling Ruang Sosial Penciptaan ruang sosial pada hunian dengan split level. Split level ruang yang tercipta menjadi lebih bebas dan terkesan luas. Gambar 5. 6 Ruang Sosial pada Bangunan Kolam-kolam berundak tidak memerlukan banyak energi untuk menggerakkan air. Air akan mengalir ke tempat yang rendah dengan sendirinya. Kolam-kolam ini dapat dimanfaatkan untuk budidaya ikan. Sehingga adanya kolam tidak hanya sebagai elemen dalam lanskap. Selain menjadi ruang terbuka, juga sebagai ruang untuk belajar budidaya ikan. Air yang digunakan juga merupakan air grey water yang di daur ulang hasil filtrasi oleh tumbuhan. 68
Gambar 5. 7 Ruang Terbuka dan Kolam Budidaya Sumber : Disketsa Ulang oleh Penulis dari Sketsa Grant W. Reid ASLA 5.3. Aksesibilitas yang Organik Pola pencapaian tidak hanya dicapai dalam satu akses saja tetapi dapat dicapai dengan beberapa pilihan. Pola-pola organik diambil dari pola-pola alam atau motif/simbol mencirikan kekhasan tertentu. Pola-pola alam seperti riak air sedangkan motif/simbol seperti yin dan yang. Gambar 5. 8 Pola Pencapaian Organik 69
5.4. Lanskap yang Mendaur-ulang Limbah Daur ulang limbah dapat dilakukan di atas tanah maupun underground (di dalam tanah. Instalasi daur ulang yang ditanam ke dalam tanah seperti sumur resapan dan biogas. Sedangkan instalasi di permukaan tanah seperti filtrasi grey water dengan tanaman. Hasil daur ulang limbah ada yang diserapkan ke lanskap, dialirkan ke sungai, atau dipergunakan kembali untuk pemeliharaan taman dan bangunan. Gambar 5. 9 Potongan Lanskap Sumber : SketsaPenulis 5.5. Daur Ulang Limbah sebagai Penggerak Ekonomi Kreatif Air hujan tidak dapat langsung meresap ke dalam tanah karena tertutup bangunan. Karena itu, air hujan diarahkan dan dikumpulkan ke sumur resapan air hujan. Dari sumur resapan air akan diresapkan ke dalam tanah. Selain dengan pilihan metode sumur resapan, dapat digunakan metode rain garden. Fungsi rain garden juga membantu meresapkan air dengan membuat sedikit cekungan pada tanah yang diatasnya ditanami tanaman. Tanaman tersebut dapat dipanen dan memiliki nilai ekonomi. Limbah domestik yang dihasilkan bangunan dapat didaur ulang dengan pengelolaan berbasis komunitas rumah sampah. Rumah sampah nantinya limbah akan di-recycle sehingga menjadi kompos dan juga barang kerajinan yang bernilai ekonomi. 70
Gambar 5. 10 Daur Ulang Limbah Upaya recycle lainnya adalah memanfaatkan kotoran manusia untuk menghasilkan energi. Dengan memanfaatkan teknologi biogas, kotoran manusia dapat menghasilkan energi listrik yang digunakan sebagai penerangan jalan. Adapula pengomposan skala rumah tangga yang dapat dilakukkan pada tiap hunian yakni dengan takakura method. Hasil dari pengomposan didistribusikan dengan melewati shaf sampah dengan dua pintu. Satu pintu untuk kompos dan lainnya untuk sampah anorganik. Air hujan tidak serta merta dibuang. Air hujan dikumpulkan ke sumur resapan sehinnga dapat dimanfaatkan sewaktu-waktu. Berikut ini adalah skema daur ulang limbah hunian dan pemanfaatannya. 71
Gambar 5. 11 Pengolahan Sampah dan Limbah Hunian 5.6. Sungai sebagai Ruang Terbuka yang Atraktif Membebaskan area bantaran sungai dari bangunan permanen. Sedapat mungkin daerah bantaran sungai dimanfaatkan untuk ruang terbuka. Menciptakan ruang-ruang terbuka yang atraktif salah satunya adalah membuat jalur pedestrian di sepanjang sungai. Jalur pedestrian dapat digunakan sebagai sarana jogging track. Tidak hanya dimanfaatkan oleh penghuni kampung, hal ini akan menarik kedatangan dari pihak luar. Gambar 5. 12 Jalur Pedestrian dan Area Memancing Sumber : Disketsa Ulang oleh Penulis dari Sketsa Grant W. Reid ASLA 72
Hal atraktif lainnya dengan membuat area memancing, membangun koneksi antar kampung dengan jembatan atau stepping stone. Amphitheatre di bantaran sungai sebagai ruang pertunjukan kesenian warga dan dapat menjadi ruang bermain anak-anak pada hari-hari biasa. Gambar 5. 13 Penataan Sungai Atraktif Penataan stepping stone tidak sampai membendung sungai agar tidak memutus daerah gerak ikan dan tidak membuat muka air sungai naik. Stepping stone tidak hanya sebagai jembatan penghubung tetapi juga sebagai tempat interaksi ikan yang hidup di sungai. Gambar 5. 14 Stepping Stone 73
Air menjadi elemen desain yang memberikan ketenangan dan kesejukan. Permainan air mancur dapat menghiasi taman-taman pada kampung vertikal. Dengan memanfaatkan sifat air yang selalu mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah dapat dibuat air terjun buatan yang mengaliri kolam-kolam. Gambar 5. 15 Air Mancur sebagai Elemen Desain Sumber : Disketsa Ulang oleh Penulis dari Sketsa Grant W. Reid ASLA 5.7. Penataan Sungai untuk Mencegah Banjir Sungai kerap kali meluap karena tidak mampu menampung debit air. Ketika erupsi merapi, lahar dingin terbawa oleh air sungai dan meluap mencapai permukiman penduduk. Agar tidak meluap, daerah bantaran sungai ditinggikan sehingga daerah hunian lebih aman. Gambar 5. 16 Peninggian Lanskap Sumber : Disketsa Ulang oleh Penulis dari Sketsa Grant W. Reid ASLA 74
Vegetasi juga dapat dimanfaatkan dalam melindungi daerah bantaran sungai. Sungai-sungai yang masih alami memiliki keragaman vegetasi yang memiliki peran dalam ekosistem sungai. Vegetasi mampu meredam arus banjir selain itu vegetasi berperan sebagai penahan erosi tebing sungai. Gambar 5. 17 Vegetasi Pelindung Sumber : Disketsa Ulang oleh Penulis dari Sketsa Grant W. Reid ASLA 75