BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pikiran mengamati dan menggali pengalaman, termasuk emosi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masa depan seseorang. Seperti yang dituturkan oleh Menteri Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setiap anak. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua anak dapat merasakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertanyaan tersebut dapat dinyatakan tanpa berbelit-belit dan dapat

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian siswa, yakni saat remaja menguasai pola-pola perilaku yang khas

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut, salah satu fase penting dan menjadi pusat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

2015 POLA ASUH PANTI ASUHAN AL-FIEN DALAM PENANAMAN KEMANDIRIAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keunikan dan istimewa. Anak-anak sangat membutuhkan orang tua

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagian besar rakyatnya berkecimpung di dunia pendidikan. Maka dari. menurut Undang-undang Sisdiknas tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesadaran Diri 1. Pengertian Kesadaran Diri Menurut Goleman (1999) kesadaran diri yaitu perhatian terus menerus terhadap keadaan batin seseorang. Dalam keadaan refleksi diri ini, pikiran mengamati dan menggali pengalaman, termasuk emosi. Steven (2000) mendefinisikan kesadaran diri sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan dan mengapa kita merasakannya seperti itu dan pengaruh perilaku kita terhadap orang lain. Kemampuan tersebut diantaranya yaitu kemampuan menyampaikan secara jelas pikiran dan perasaan kita, membela diri dan mempertahankan pendapat (sikap asertif), kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri dan berdiri dengan kaki sendiri (kemandirian), kemampuan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan kita dan menyenangi diri sendiri meskipun kita memiliki kelemahan (penghargaan diri), serta kemampuan mewujudkan potensi yang kita miliki dan merasa senang (puas) dengan potensi yang kita raih di tempat kerja maupun dalam kehidupan pribadi (aktualisasi). Sedangkan Antonius (dalam Malikah, 2013) mendefinisikan kesadaran diri sebagai pemahaman terhadap kekhasan fisik, kepribadian, watak dan temperamennya: mengenal bakat-bakat alamiah yang 11

12 dimilikinya dan punya gambaran atau konsep yang jelas tentang diri sendiri dengan segala kekuatan dan kelemahannya. Wicklund dan Frey (Taylor, 2006) mendifinisikan kesadaran diri adalah suatu perhatian yang terfokus pada diri sendiri yang bergerak di dalam lingkungan. Manusia bisa tampil sadar di luar diri dan berefleksi atas keberadaanya. Pada hakikatnya, semakin tinggi kesadaran diri seseorang maka ia semakin hidup sebagai pribadi atau sebagaimana dinyatakan oleh Kierkegaard (dalam Corey, 2010), Semakin tinggi kesadaran, maka semakin utuh diri seseorang. Tanggung jawab berlandaskan kesanggupan untuk sadar. Dengan kesadaran, seseorang bisa sadar atas tanggung jawabnya untuk memilih. Sebagaimana dinyatakan oleh May (dalam Corey, 2010), Manusia adalah makhluk yang bisa menyadari dan oleh karenanya, bertanggung jawab atas keberadaannya. Orang yang naluri kesadaran dirinya kuat bisa mengetahui saat mereka merasa kurang bersemangat, mudah kesal, sedih, ataupun bergairah, dan menyadari bagaimana berbagai perasaan tersebut bisa mengubah perilaku mereka sehingga menyebabkan orang lain menjauhi mereka. Biasanya mereka juga mengetahui kejadian yang memicu timbulnya perasaan tersebut. Kemampuan seseorang untuk mengenali perasaannya dan cara dia menyikapinya, membuatnya mampu mengendalikan perilaku yang berpotensi membuat dirinya dijauhi orang lain.

13 Berdasarkan uraian dari pengertian kesadaran diri diatas dapat disimpulkan bahwa definisi kesadaran diri adalah kemampuan individu menyesuaikan diri dengan situasi yang dialami, mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya sendiri serta mempunyai gambaran konsep yang jelas mengenai dirinya. Individu yang sadar akan keadaan dirinya, tentunya akan lebih banyak memperhatikan dan memproses informasi tentang dirinya, serta menjadi lebih kritis terhadap dirinya. 2. Dimensi Kesadaran Diri Menurut Boyatzis (1999) dimensi kesadaran diri mengandung tiga kompetensi, antara lain: a. Kesadaran emosi, yaitu mengetahui tentang bagaimana pengaruh emosi terhadap mood atau perasaan, dan kemampuan menggunakan nilai-nilai untuk memandu pembuatan keputusan. Seseorang dengan kemampuan ini ditandai dengan mengetahui emosi mana yang sedang dirasakan, menyadari antara perasaan dengan yang dipikirkan, diperbuat dan dikatakan, mengetahui bagaimana perasaan mempengaruhi kinerja dan mempunyai kesadaran yang menjadi pedoman untuk nilai-nilai dan sasaran-sasaran individu. b. Penilaian diri secara akurat, yaitu perasaan yang tulus tentang kelebihan-kelebihan dan batas-batas kemampuan pribadi, visi yang jelas tentang mana yang perlu diperbaiki, dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman. Seseorang dengan kecakapan ini ditandai

14 dengan sadar tentang kelebihan dan kelemahannya, mau belajar dari pengalaman, terbuka terhadap umpan balol yang tulus, bersedia menerima perspektif baru dan mampu menunjukkan rasa humor dan bersedia memandang diri sendiri dengan persepektif yang luas. c. Percaya diri, yaitu keberanian datang dari kepastian tentang kemampuan, nilai-nilai dan tujuan. Seseorang dengan kecakapan ini ditandai dengan berani tampil dengan keyakinan diri atau berani menyatakan keberadaannya, berani menyuarakan pandangan yang tidak populer dan bersedia berkorban demi kebenaran, mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan tidak pasti dan tertekan. Campbell (1980, http://linadjafar.blogspot.in/2011/04/analisadiri-perawat.html?m=1 ) kesadaran diri menurut model keperawatan secara holistic meliputi : a. Komponen psikologik yaitu pengetahuan, emosi, konsep diri dan personality. b. Komponen fisik yaitu pengetahuan tentang fisiologi personal dan umum juga termasuk sensasi tubuh, gambaran diri dan potensial fisik. c. Komponen lingkungan berisi tentang lingkungan sosiokultural, hubungan dengan orang lain dan pengetahuan tentang hubungan antara manusia dan alam.

15 d. Komponen filosofi yaitu perasaan tentang makna kehidupan. Pilosopi diri berupa tentang kehidupan dan kematian baik yang disadari maupun yang tidak disadari termasuk kemampuan superior dan tanggung jawab terhadap perilaku baik secara etik dan nyata. Berdasarkan uraian dimensi kesadaran diri diatas dapat disimpulkan bahwa komponen atau dimensi kesadaran diri meliputi kesadaran emosi, penilaian diri secara akurat dan percaya diri, komponen psikologik, komponen fisik, komponen lingkungan dan komponen pilosopi. 3. Faktor-faktor Pembentuk Kesadaran Diri Menurut Soedarsono (2000) pembentuk kesadaran diri meliputi: a. Sistem Nilai (Value System) Prinsip awal yang dibangun adalah manusia itu berfokus pada faktor-faktor non-material dan hanya bersifat normatif semata. Artinya dalam prinsip pertama ini, unsur pembentukan kesadaran diri lebih mengarah kepada unsur kejiwaan (ruhani). b. Cara Pandang (Attitude) Attitude menjadi salah satu unsur pembentuk kesadaran diri. Di dalamnya terdapat dua komponen pembentuk berupa : kebersamaan dan kecerdasan.

16 1. Kebersamaan Sebagai makhluk sosial, unsur kebersamaan dan bermasyarakat harus ada dan tertanam pada setiap individu. Dalam upaya pembentukan kesadaran diri, unsur kebersamaan dengan membangun relasi yang baik dengan diri sendiri. Didalam kebersamaan yang dilakukan oleh pribadi, didapatkan dua buah unsur pembentuk kesadaran diri berupa : penilaian orang lain terhadap diri (kelebihan dan kekurangan diri) dan keteladanan dari orang lain. Unsur interaksi sosial yang terjalin di masyarakat dan penilaian orang lain terhadap diri sangat mempengaruhi pembentukan kesadaran diri pada manusia. 2. Kecerdasan Dalam upaya pembentukan pribadi yang berkualitas, terdapat landasan diri yang harus dilalui oleh manusia untuk mencapai esensi ketahanan pribadi atau karakter yangkuat yaitu kecerdasan hidup. Indikasi adanya kecerdasan hidup pada diri manusia itu berupa : rasa percaya diri dalam memegang prinsip hidup yang diiringi dengan kemandirian yang kuat dan mempunyai visi untuk lebih mengedepankan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Unsur kebersamaan dan kecerdasan yang terdapat dalam faktor cara pandang (anittude) menumbuhkan sebuah gambaran diri yang baik dalam tatanan sosial (kemasyarakatan). Dari sikap pandang baik yang terdapat dalam

17 diri manusia maka masyarakat akan melihat diri sebagai sosok pribadi yang dapat menjalankan fungsi sebenarnya dari hakikat penciptaan manusia di bumi, yaitu makhluk sosial yang memiliki akal budi, naluri dan intuisi yang khas. c. Perilaku (Behavior) Keramahan yang Tulus dan Santun adalah penghormatan dan penghargaan terhadap orang lain. Artinya, orang lain mendapat tempat di hati kita yang termasuk kategori pribadi yang sadar terhadap diri pribadi adalah jika individu bersikap baik (ramah) terhadap orang lain. Dengan keramahan yang tulus dan santun, ulet dan tangguh, kreatifitas dan kelincahan dalam bertindak, ditambah dengan kepemilikan jwa yang pantang menyerah. B. Remaja Panti Asuhan 1. Pengertian Panti Asuhan Keluarga berfungsi sebagai wahana ideal bagi persiapan individu yang kelak melanjutkan tongkat estafet kehidupan. Namun pada kenyataannya tidak semua manusia dalam perjalanan hidupnya beruntung dapat memiliki keluarga yang ideal. Banyak anak yang mengalami kenyataan pahit dalam hidupnya. Kematian atau perceraian orang tua, kemiskinan, keluarga tidak harmonis, keluarga broken dan sebagainya dapat menyebabkan hilangnya fungsi keluarga, sehingga anak harus rela terlepas dari rengkuhan kasih sayang orang tua atau kadang harus

18 menjalani kerasnya kehidupan sendiri tanpa keluarga. Menurut Hartini (2011) salah satu kondisi tertentu inilah yang dapat menyebabkan seseorang berada dalam sebuah lembaga yang bernama Panti Asuhan. Panti Asuhan sebagai lembaga pengganti keluarga yang menanggani anak-anak terlantar dan yatim piatu berusaha memenuhi kebutuhan anak dalam proses perkembangannya baik dari segi fisik maupun psikis. Namun menurut Nawir (2008) Namun menurut Nawir (2008, http://www.depsos.go.id/modules.php?name=news&file=article&sid=674 ) kenyataannya pengasuhan di Panti Asuhan ditemukan sangat kurang. Hampir semua fokus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kolektif, khususnya kebutuhan materi sehari-hari, sementara kebutuhan emosional dan pertumbuhan anak-anak tidak dipertimbangkan. 2. Masa Remaja Remaja atau adolescence berasal dari kata Latin (adolescence) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Remaja ada dalam sebagai akibat daripada posisi yang sebagian diberikan oleh orang tuanya dan sebagian diperoleh melalui usahanya sendiri yang selanjutnya memberikan prestise tertentu padanya. Batasan usia remaja diperkirakan antara 12 sampai 21 tahun untuk anak gadis yang lebih cepat matang daripada anak laki-laki dan antara 13 sampai 22 tahun untuk anak laki-laki (Chaplin, 2001). Monks (2002) membagi usia remaja menjadi 3 tahapan, yaitu:

19 - Masa remaja awal berlangsung antara usia 12-15 tahun - Masa remaja pertengahan berlangsung antara usia 15-18 tahun - Masa remaja akhir berlangsung antara usia 18-21 tahun Remaja merupakan individu yang sedang berada dalam usia bermasalah, individu yang sedang mencari identitas, individu yang tidak realistik, individu yang sedang berada dalam usia yang menakutkan dan individu yang berada di ambang dewasa (Hurlock, 1980). Menurut Hurlock (1980), ciri-ciri yang ada pada masa remaja diantaranya : a. Masa remaja sebagai periode yang penting Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru. Akibat fisik dan akibat psikologis pada periode remaja baik akibat langsung maupun karena akibat jangka panjang semuanya dianggap penting. b. Masa remaja sebagai periode peralihan Masa remaja merupakan peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Perubahan fisik yang trejadi selama tahun awal masa remaja mempengaruhi tingkat perilaku individu dan mengakibatkan diadakannya penilaian kembali penyesuaian nilai-nilai yang telah bergeser. Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan.

20 Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. c. Masa remaja sebagai masa perubahan Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama masa awal remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlansung pesat. d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas Salah satu cara untuk mencoba mengangkat diri sendiri sebagai individu adalah dengan menggunakan simbol status. Dengan cara ini, remaja menarik perhatian pada diri sendiri dan agar dipandang sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok sebayanya. e. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan Anggapan streotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja menjadi takut bertanggung jawab dan tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal. Hal ini membuat peralihan ke masa dewasa menjadi sulit. f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik Remaja melihat kehidupan melalui dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan. Dengan bertambahnya pengalaman

21 pribadi dan pengalaman sosial serta meningkatnya kemampuan untuk berfikir rasional remaja mulai memandang diri sendiri, keluarga dan teman-teman secara realistik. g. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang ada pada masa remaja adalah masa remaja sebagai periode yang penting, masa remaja sebagai periode peralihan, masa remaja sebagai masa perubahan, asa remaja sebagai masa mencari identitas, masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, asa remaja sebagai masa yang tidak realistik, dan masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Remaja yang berada di Panti Asuhan memiliki gambaran menarik diri, mudah putus asa, dan penuh ketakutan dan kecemasan, sehingga anak panti asuhan akan sulit menjalin hubungan sosial dengan orang lain. 3. Remaja Panti Asuhan Setiap individu yang tinggal di panti asuhan mempunyai hak yang sama yaitu mendapatkan kasih sayang, perhatian dan cinta. Dengan tinggal di panti asuhan kebutuhan hidup akan terpenuhi seperti tempat tinggal, makanan, pakaian dan juga sekolah. Menurut Napitupulu (2006)

22 memasuki masa remaja berarti memasuki tahap storm and stress dalam perkembangan jiwa manusia, yaitu masa remaja yang penuh dengan masalah, tuntutan, dan tekanan dalam hidupnya. Salah satu lingkungan yang berperan membantu remaja agar menjadi lebih baik dan siap dalam menghadapi tugas perkembangan adalah keluarga. Hal ini menjadi berbeda dengan remaja yang tinggal di Panti Asuhan, karena peran keluarga inti telah tergantikan. Anak-anak di panti asuhan di asuh oleh pengasuh yang berfungsi sebagai pengganti orang tua. Hartini (2011) menjelaskan bahwa anak Panti Asuhan memiliki deskripsi atau gambaran kebutuhan psikologis seperti kepribadian yang inferior, pasif, apatis, menarik diri, mudah putus asa, dan penuh ketakutan dan kecemasan, sehingga anak panti asuhan akan sulit menjalin hubungan sosial dengan orang lain. Remaja panti asuhan pada dasarnya sangat bergantung pada pengasuh untuk memperoleh rasa aman, mendambakan kasih sayang yang lebih banyak karena dirinya merasa tidak bahagia dan tidak puas dengan dirinya dan dengan kehidupan pada umumnya. Pengasuh yang memberikan perawatan, perhatian, dukungan dan kasih sayang merupakan faktor terpenting bagi perkembangan anak (Mussen dkk, 1989). Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan akan mudah tertekan dan mengalami stres karena hidupnya tidak seperti remaja pada umumnya yang mendapatkan kasih sayang dan perhatian langsung dari kedua orang tuanya. Beberapa

23 faktor yang menyebabkan remaja tinggal di panti asuhan adalah karena ditelantarkan oleh orang tuanya, karena orang tuanya meninggal dunia atau tidak mempunyai sanak saudara untuk mengasuh sehingga anak tersebut tinggal di Panti Asuhan. Untuk mencapai tugas perkembangan, remaja Panti Asuhan akan dibantu oleh pengasuh walaupun akan mengalami proses yang berbeda dengan remaja yang memiliki keluarga utuh. 4. Tugas perkembangan remaja Menurut Hurlock (1980), tugas-tugas perkembangan remaja sebagai berikut: a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita Pengembangan hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya sesama jenis ataupun lawan jenis juga tidak mudah. Remaja panti asuhan cenderung menghindar, dan menarik diri dari orang lain. b. Mencapai peran sosial pria dan wanita Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai banyak kesulitan bagi anak laki-laki. Mereka telah didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-kanak.

24 c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya bilas sejak kanak-kanak mereka mengagungkan konsep mereka tentang penampilan diri pada waktu dewasa nanti. d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab Sebagai remaja panti asuhan, setiap individu juga di bebani dengan tanggung jawab sosial, dimana dirinya dapat mempertanggung jawabkan segala tingkah lakunya dalam masyarakat. e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain merupakan tugas perkembangan yang mudah. f. Mempersiapkan karir ekonomi Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Remaja yang tinggal dan besar di lingkungan panti asuhan akan tumbuh dan berkembang menjadi seorang remaja yang tidak mudah menyerah dan terbiasa mandiri. g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga Kecenderungan kawin muda menyebabkan persiapan perkawinan merupakan tugas perkembangan yang penting dalam tahun-tahun

25 remaja. Kurangnya persiapan akan menyebabkan masalah bagi remaja yang akan dibawa ke dalam masa dewasa. h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis Di lingkungan panti asuhan sejumlah aturan-aturan dan norma-norma di berlakukan untuk remaja panti asuhan. Nilai-nilai yang dianut di lingkungan panti asuhan sendiri mempengaruhi pemikiran anak-anak dan remaja dalam perkembangan hidupnya Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan pada remaja adalah mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya, mencapai peran sosial pria dan wanita, menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif, mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab, mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya, mencapai karir ekonomi, mempersiapkan perkawinan dan keluarga, memperoleh perangkat nilai dan sistem etis 5. Remaja Panti Asuhan Dharmo Yuwono Purwokerto Remaja di panti asuhan Dharmo Yuwono Purwokerto berjumlah 85 santri yaitu 36 santri putra dan 49 santri putri. Usia remaja yang ada di panti dimulai dari usia 13 tahun sampai 20 tahun. Pendidikan yang ditempuh oleh remaja dari sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah keatas.

26 Latar belakang kehidupan remaja sendiri berasal dari keluarga yang kurang mampu sehingga dimasukkan ke dalam panti untuk di biayai pendidikannya sampai lulus SMA. Setelah lulus SMA, remaja dipulangkan ke keluarganya masing-masing. Di Panti Asuhan Dharmo Yuwono, remaja berhak mendapatkan pengasuhan selama kurang lebih 6 tahun. Jika remaja lulus SMA kurang dari 6 tahun, ketika ingin memasuki jenjang perkuliahan para santri masih menjadi tanggung jawab pengasuh. Pengasuh menyebutnya sebagai anak binaan lanjut. Status remaja juga beragam, dari yatim, piatu dan terlantar. Dalam tugas perkembangan remaja yang tinggal di panti asuhan, setiap remaja di bebani dengan tanggung jawab sosial, dimana dirinya dapat mempertanggung jawabkan segala tingkah lakunya dalam masyarakat. Aturan-aturan dan norma-norma yang ada di lingkungan panti asuhan di berlakukan untuk remaja panti asuhan. Nilai-nilai yang dianut di lingkungan panti asuhan sendiri mempengaruhi pemikiran anakanak dan remaja dalam perkembangan hidupnya. Untuk mencapai tugas perkembangan, remaja panti asuhan akan dibantu oleh pengasuh walaupun akan mengalami proses yang berbeda dengan remaja yang memiliki keluarga utuh.

27 C. Kerangka Berpikir Memasuki masa remaja berarti memasuki tahap storm and stress dalam perkembangan jiwa manusia, yaitu masa remaja yang penuh dengan masalah, tuntutan, dan tekanan dalamhidupnya. Salah satu lingkungan yang berperan membantu remaja agar menjadi lebih baik dansiap dalam menghadapi tugas perkembangan adalah keluarga. Hal ini menjadi berbeda denganremaja yang tinggal di Panti Asuhan, karena peran keluarga inti telah tergantikan (Napitupulu, 2006). Desmita (2009) menyatakan bahwa pada masa remaja, perkembangan kognitif remaja sudah mencapai tahap formal operasional. Tahap perkembangan mereka pun sudah mulai mengembangkan moralitas internal, dan dengan tahapan perkembangan tersebut remaja sudah dapat memahami sejauh mana telah mengalami dan menghayati kepentingan keberadaan hidupnya menurut sudut pandang dirinya sendiri. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai maupun perasaannya. Dalam hal ini, remaja panti asuhan yang mampu mengetahui tentang kepribadian, kekhasan dirinya, watak dan temperamennya seperti mengenal kelebihan serta kelemahan yang dimilikinya akan membantunya untuk mengetahui konsep yang jelas tentang dirinya sendiri (Gea dalam Malikah, 2013). Remaja yang mampu mengetahui hal tersebut mempunyai kesadaran diri yang tinggi. Sebagaimana dinyatakan oleh Kierkegaard (dalam Corey, 2010), bahwa

28 dengan kesadaran, seseorang bisa sadar atas tanggungjawabnya untuk memilih. Kesadaran diri adalah perhatian yang berlangsung ketika seseorang mencoba memahami keadaan internal dirinya dan mengenali emosi-emosi yang terjadi pada dirinya. Remaja harus pandai-pandai mencari tahu siapa dirinya karena apabila seseorang ceroboh, tidak memperhatikan dirinya secara akurat, maka hal itu akan merugikan dirinya dan berdampak negatif bagi orang lain. Batasan usia remaja pada penelitian ini adalah masa remaja yang berlangsung antara umur 15-18 tahun. Untuk mengukur kesadaran diri remaja panti asuhan Dharmo Yuwono, peneliti menggunakan dimensi kesadaran diri menurut Boyatzis (1999) yaitu kesadaran emosi, penilaian diri secara akurat dan percaya diri. Berikut ini adalah skema kerangka berpikir yang sudah dipaparkan diatas oleh peneliti : Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Remaja Panti Asuhan Dharmo Yuwono berusia 15-18 tahun Deskripsi Kesadaran Diri a. Kesadaran emosi b. Penilaian diri secara akurat c. Percaya diri