BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai

Hubungan Self Efficacy dengan Procrastination pada Pegawai Departemen Pemesinan PT. PINDAD (Persero)

PENDAHULUAN. sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting. Mahasiswa sebagai subjek yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. konseling konselor penddikan, dalam bidang industri HRD (Human Resources

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA MA AL-HIDAYAH WAJAK MALANG ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya kadang kadang (Sapadin & Maguire, 1996:4). Prokrastinasi sebagai

HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA IPA MAN MALANG I KOTA MALANG

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN PROKRASTINASI KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menetap, yang menyebabkan individu melakukan prokrastinasi dalam

2016 PROFIL PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA BERDASARKAN TEORI ENAM TIPE PROKRASTINASI DAN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

Volume 1 Nomor 1, Oktober ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DANGAN PROKRASTINASI MENYELESAIKAN TUGAS PADA ASISTEN MATA KULIAH PRAKTIKUM NASKAH PUBLIKASI

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNJ

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prokrastinasi Akademik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI SELF- REGULATED LEARNING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS VIII SMP N 1 TAMBUN SELATAN

Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Pendidikan Agama Islam Di Universitas Islam 45 Bekasi

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. waktu yang telah ditentukan sering mengalami keterlambatan, mempersiapkan

HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK. S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

NEVER BE AFRAID HUBUNGAN ANTARA FEAR OF FAILURE

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di

BAB II LANDASAN TEORI. Bandura adalah tokoh yang memperkenalkan istilah efikasi (self efficacy).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI AKADEMIK

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

PENDAHULUAN Mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya sesuai dengan program akademis dalam arti bahwa mahasiswa tersebut telah menempu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian lain dari social loafing adalah kecenderungan untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa, juga memiliki intelektual akademik yang baik demi menghadapi era

BAB II KAJIAN TEORI. kata pro yang artinya maju, ke depan, bergerak maju, dan crastinus yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

RELATIONSHIP BETWEEN SELF EFFICACY AND INTRINSIC MOTIVATION WITH ACADEMIC PROCRASTINATION RIAU ISLANDS UNIVERSITY STUDENTS FKIP BATAM

BAB II KAJIAN TEORI. yaitu procrastinare. Kata procrastinare memiliki awalan pro yang berarti. menunda-nunda menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan.

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. segala usia baik melalui pendidikan formal, non formal maupun informal.

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DAN SELF- REGULATED LEARNING TERHADAP PROKRASTINASI PADA SISWA MTs N 3 PONDOK PINANG

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA EFIKASI KERJA DENGAN PROKRASTINASI KERJA PADA KARYAWAN

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan lulusan sekolah menengah atas sedang menempuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik.tidak dipungkiri lagi

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

ANALISIS PROKRASTINASI TUGAS AKHIR/SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Prokrastinasi Akademik. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Procrastination 1. Pengertian Procrastination Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus yang artinya keesokan hari (Steel, 2007). Secara harfiah procrastination memiliki arti menangguhkan atau menunda hingga keesokan hari. Pertama kali istilah procrastination digunakan oleh Brown dan Holtzman untuk menggambarkan sesuatu kecenderungan menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan (Hayyinah, 2004). Menurut Ellis dan Knaus (2002) procrastination adalah penundaan sebagai keinginan untuk menghindari suatu kegiatan, dan berjanji untuk menyelesaikannya diakhir, dengan penggunaan alasan membuat untuk membenarkan penundaan dan menghindari menyalahkan. Sedangkan menurut pendapat dari Noran (2000), procrastination adalah penundaan sebagai seseorang yang tahu apa yang dilakukan dan berencana untuk melakukan tugas, tetapi tidak menyelesaikan tugas, atau penundaan berlebihan pada saat mengerjakan tugas. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Chu dan Choi (2005) mengemukakan bahwa procrastination adalah kurangnya atau tidak adanya 10

kinerja mandiri dan kecenderungan perilaku untuk menunda apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa procrastination adalah suatu perilaku menunda-nunda yang dilakukan oleh individu dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan dikarenakan menghindari suatu kegiatan, tidak adanya kinerja mandiri dan menunda apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan. 2. Aspek Aspek Procrastination Menurut Tuckman (1990) aspek-aspek procrastination terdiri dari: a) Kecenderungan menunda melakukan sesuatu (Tendency to delay) Seorang prokrastinator biasanya memiliki kecenderungan untuk membuang-buang waktu hingga akhirnya melakukan penundaan dalam melakukan suatu tugas atau pekerjan. b) Kecenderungan untuk menghindari tugas (Task avoidance) Keadaan dimana seseorang cenderung menghindar dalam mengerjakan tugas dikarenakan mengalami kesulitan ketika melakukan hal yang dianggap tidak menyenangkan. c) Kecenderungan untuk menyalahkan hal lain di luar diri sendiri untuk satu keadaan tidak menyenangkan yang dialami (Blaming others) Suatu kecenderungan menyalahkan hal lain di luar diri sendiri untuk setiap konsekuensi dari procrastination. 11

3. Jenis Jenis Procrastination Menurut Ferrari (Husetiya, 2010) membagi procrastination menjadi dua jenis procrastination, yaitu: a. Functional procrastination Jenis penundaan mengerjakan tugas yang bertujuan untuk memperoleh informasi lengkap dan akurat. b. Disfunctional procrastination Jenis penundaan yang tidak bertujuan, berakibat buruk dan menimbulkan masalah. Disfunctional procrastination dibagi lagi menjadi dua hal berdasarkan tujuan mereka melakukan penundaan, yaitu decisional procrastination, yakni procrastination dilakukan individu dalam menyesuaikan diri untuk membuat keputusan pada situasi yang dipersepsikan penuh stress. Penundaan jenis ini berhubungan dengan kelupaan atau kegagalan proses kognitif, akan tetapi tidak berkaitan dengan kurang tingkat intelegensi seseorang dan behavioral procrastination, yakni procrastination yang dilakukan untuk menghindari tugas yang dirasa tidak menyenangkan dan sulit untuk dilakukan. Individu menghindari kegagalan dalam menyelesaikan pekerjaan, yang akan mendatangkan nilai negatif dalam dirinya. 4. Faktor Yang Mempengaruhi Procrastination Wicaksana (2014) menyatakan bahwa procrastination dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini: 12

a. Tidak yakin terhadap kemampuan diri. Seorang procrastinator merasa belum mampu dalam melaksanakan tugasnya. b. Toleransi frustasi yang rendah. Frustasi yang disebabkan adanya tekanan atau stress yang berlebihan. c. Menuntut kesempurnaan. Tuntutan akan suatu tugas harus diselesaikan dengan sempurna, merasa lebih aman untuk tidak melakukan dengan segera, karena hasil yang didapat akan menghasilkan sesuatu yang tidak maksimal. d. Perbedaan jenis kelamin. Terkait dengan respon, antara laki-laki dan perempuan memiliki respon yang berbeda-beda, respon mempengaruhi tindakan yang akan dilakukan. e. Pandangan fatalistik Memandang sebuah permasalahan yang dihadapi adalah suatu nasib yang tidak dapat dirubah. B. Self-Efficacy 1. Pengertian Self-Efficacy Konsep self-efficacy mengacu keyakinan individu tentang kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan langkah-langkah tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dan keyakinannya 13

tentang kemampuan untuk belajar atau melakukan tugas (Kitsantas & Zimmerman, 2009). Menurut Cao (2012) Bandura mendefinisikan selfefficacy sebagai suatu penilaian individu mengenai kemampuan mereka untuk menyelesaikan tugas dan berhasil dalam kegiatan. Merideth (2007) menyatakan bahwa self-efficacy merupakan penilaian seseorang akan kemampuan pribadinya untuk memulai dan berhasil melakukan tugas yang ditetapkan pada tingkat yang ditunjuk, dalam upaya yang lebih besar, dan bertahan dalam menghadapi kesulitan. Dari penjelasan diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa self-efficacy adalah suatu penilaian keyakinan individu mengenai kemampuan yang dimiliki untuk mencapai tujuan dan bertahan menghadapi kesulitan. 2. Aspek Aspek Self-Efficacy Self-efficacy yang dimiliki individu berbeda-beda berdasarkan pada aspek-aspek yang mempunyai dampak yang penting pada perilaku. Bandura (1997) mengemukakan aspek-aspek dalam self-efficacy yaitu: a) Tingkat kesulitan tugas (Level) Aspek ini diartikan sebagai suatu tingkat dimana individu meyakini usaha atau tindakan yang dapat dilakukan. Penilaian tentang kecakapan dari setiap orang yang terbatas pada tugas yang mudah, meluas sampai tugas yang taraf kesulitannya sedang atau bahkan mencakup tugas-tugas yang sangat sulit pada bidang tertentu. 14

b) Kemantapan keyakinan (Strength) Aspek ini mengacu pada derajat kemampuan individu tehadap keyakinan atau harapan yang dibuatnya. Individu yang memiliki keyakinan diri yang kuat akan kemampuannya bersikap optimis dan terus berusaha mencapai apa yang diinginkannya meskipun terkadang mengalami hambatan dalam melaksanakan tugas tersebut, sebaliknya individu yang keyakinan lemah terhadap kemampuannya dapat dengan mudah menyerah bila menghadapi hambatan dalam melaksanakan tugas. c) Luas bidang perilaku (Generality) Aspek ini mengacu pada situasi dalam pelaksanaan tugas yang disertai perasaan yakin akan kemampuan dirinya. terkadang individu merasa yakin akan kemampuannya hanya pada bidang dan situasi tertentu saja atau dalam serangkaian aktivitas dan situasi yang bervariasi. Hal inilah yang dapat membedakan tingkat self-efficacy yang dimiliki individu. Ketiga aspek ini erat satu sama lain, tinggi rendahnya self-efficacy individu selalu diukur dalam hubungannya dengan ketiga dimensi tersebut. Individu dapat dikatakan memiliki self-efficacy yang tinggi apabila mampu melakukan tugas mulai dari yang mudah hingga sangat sulit, serta memiliki keyakinan yang kuat akan kemampuannya bukan hanya dalam situasi dan aktivitas tertentu saja, melainkan dalam serangkaian aktivitas dan situasi yang bervariasi. 15

C. Kerangka Pemikiran Bandura (2001) mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap keberfungsian orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan. Bandura (Baron & Bryne, 2002) juga menjelaskan bahwa self-efficacy adalah evaluasi seseorang terhadap kemampuannya atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan. Feist & Feist (2010) menerangkan, keyakinan manusia mengenai self-efficacy memengaruhi bentuk tindakan yang akan mereka pilih untuk dilakukan, sebanyak apa usaha yang akan mereka berikan ke dalam aktivitas ini, selama apa mereka akan bertahan dalam menghadapi rintangan dan kegagalan, serta ketangguhan mereka mengikuti adanya kemunduran. Self-efficacy merupakan suatu penilaian individu terhadap kemampuan dirinya atau tingkat keyakinan individu dalam menghadapi atau melaksanakan suatu tugas untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam proses belajar dan mengendalikan situasi, self-efficacy merupakan suatu indikator yang dapat mendorong individu untuk selalu memiliki keyakinan atas kemampuannya dalam melaksanakan tugas ataupun mengatur suatu kondisi. Seringkali mahasiswa mengalami berbagai kesulitan dalam mengerjakan skripsi, maka self-efficacy pada mahasiswa sangat menentukan seberapa besar usaha yang dikeluakan dan seberapa besar mahasiswa tersebut bertahan. Oleh sebab itu, mahasiswa yang tidak memilki keyakinan diri pada kemampuannya sendiri untuk mengatasai kesulitannya maka mahasiswa tersebut memiliki kemungkinan yang besar untuk melakukan procrastination. 16

Solomon dan Rothblum (2005) menjelaskan bahwa suatu penundaan dikatakan procrastination, apabila penundaan itu dilakukan pada tugas penting, dilakukan berulang-ulang secara sengaja dan menimbukan perasaan tidak nyaman, secara subyektif dirasakan oleh seorang prokrastinator. Tuckman (2002), juga menerangkan bahwa procrastination sebagai ketidakmampuan pengaturan diri yang mengakibatkan dilakukannya penundaan pekerjaan yang seharusnya dapat berada di bawah kendali. Menurut Ferrari dan Morales (2007) procrastination memberikan dampak negatif bagi para mahasiswa, yaitu banyaknya waktu yang terbuang tanpa menghasilkan sesuatu yang berguna. Procrastination juga dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan etos kerja individu sehingga membuat kualitas individu menjadi rendah (Utomo, 2010). Perilaku procrastination memiliki dampak negatif dan positif. Menurut Klassen, dkk., (2007) bahwa procrastination memiliki dampak negatif yaitu menambah beban pikiran, mudah tertekan, tidak percaya diri, cemas, dan kurang maksimal saat mengerjakan tugas. Selain itu dampak positif yaitu dapat mengatasi stress dan bad mood, sehingga seseorang bisa melakukan aktivitas lain seperti berkumpul dengan teman-teman dan keluarga. Namun saat mendekati batas waktu pengumpulan tugas, tingkat stres yang dialami menjadi dua kali lipat. Berbagai penelitian menemukan aspek-aspek pada diri individu yang mempengaruhi seseorang untuk mempunyai suatu kecenderungan 17

procrastination, antara lain rendahnya self-control, self-consciuous, self-esteem, self-efficacy, dan kecemasan sosial (Ferrari, 2004). Self-efficacy menentukan pemilihan tingkah laku atau aktivitas yang akan dilakukan. Individu akan dengan yakin melaksanakan dan melakukan aktivitas yang dinilai mampu untuk dilakukan. Sebaliknya, individu akan cenderung menghindari tugas dan situasi yang dipersepsi melebihi kemampuannya (Bandura, 2001). Hal ini jelaslah bahwa self-efficacy berhubungan secara langsung dengan procrastination (Bandura, Burka & Yuen; Judge & Bono dalam Stell, 2007). Dengan self-efficacy yang tinggi individu dapat menumbuhkan keyakinan untuk tidak melakukan perilaku procrastination atau menunda-nunda untuk mengerjakan tugas skripsi dan permasalahan mengenai procrastination dapat berkurang. Dari uraian diatas maka peneliti menduga bahwa terdapat hubungan antara self-efficacy dengan perilaku procrastination pada individu yang sedang mengerjakan skripsi dalam hal ini adalah mahasiswa Universitas Mercu Buana, Jakarta. Mahasiswa yang memiliki self-efficacy tinggi memiliki kecenderungan procrastination yang rendah. Begitupun sebaliknya, mahasiswa yang memiliki self-efficacy yang rendah cenderung melakukan procrastination yang tinggi Gambar 2.1 Gambar Hubungan Antar Variabel Self-Efficacy Procrastination 18

D. Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis penelitian ini adalah : H 1 : Ada hubungan positif antara self-efficacy dengan procrastination pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi di Universitas Mercu Buana. H 2 : Ada hubungan negatif antara self-efficacy dengan procrastination pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi di Universitas Mercu Buana. 19