IJCCS ISSN: 1978-1520 103 DECISION SUPPORT SYSTEM (DSS) DALAM PROSEDUR PENGOLAHAN DATA PRAKUALIFIKASI TENDER PADA DINAS PRASARANA JALAN, TATA RUANG DAN PERMUKIMAN PROPINSI KEPULAUAN RIAU Okta Veza Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknik Ibnu Sina e-mail: 1 okta@stt-ibnusina.ac.id Abstrak Dalam menilai kinerja kontraktor dibutuhkan beberapa aspek pertimbangan yang matang dan akurat. Karena terbatasnya waktu dan terbatasnya kemampuan melihat segala aspek dengan akurat sering menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, diperlukan Sistem Penunjang Keputusan (SPK) penilaian kinerja kontraktor untuk prakualifikasi kontraktor dengan memperhatikan kriteria-kriteria yang ada. Dengan metode analisis dan perancangan Analytical Hierarchy Process (AHP) dapat dilakukan penilaian tingkat prioritas dengan membuat hirarki dari semua variabel yang ada. Dengan membandingkan antara tiap-tiap kriteria dan diintegrasikan dengan penilaian kategori yang dibutuhkan, akan menghasilkan sebuah keputusan untuk menyaring beberapa kontraktor dari kategori yang telah ditentukan. Diimplementasikan dalam sistem pendukung keputusan prakualifikasi kontaktor pada Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang dan Permukiman Propinsi Kepulauan Riau. Dengan sistem pendukung keputusan yang dirancang ini diharapkan pihak yang bersangkutan dapat mengambil keputusan dalam prakualifikasi kontraktor dengan melihat kriteria para kontraktor dan menyaring berdasarkan klasifikasi kontraktor yang terbaik.. Kata kunci : Sistem Penunjang Keputusan(SPK), Analytical Hierarchy Process (AHP),Kontraktor. Abstract And accurately. Because of lack the time and lack of skills to see all the aspect accurately, often caused some fault in deciding of decisions. So, it is needed Decision Support System (DSS) to evaluate performance of contractor to pra qualify of contractor by using some available criteria. By using analyze method and design Analytical Hierarchy Process (AHP), we can evaluate priority rate by making hierarchy from all available variables. By comparing among each criteria and integrity with category evaluation, with the result that a decision to choose contractor candidate from available categories. It is implementation in Decision Support System (DSS) to contractor of pra qualify on the Duty Public Work of Kepri. With Decision Support System (DSS) design, it is hoped Duty Public Work of Kepri can make decision in contractor of pra qualify by using criteria of contractor and choose the best of some contractor. Keywords : Decision Support System (SPK), Analytical Hierarchy Process (AHP), Contractor. D 1. PENDAHULUAN ewasa ini perkembangan ilmu dan teknologi semakin cepat. Hal ini dapat dilihat semakin banyaknya diciptakan berbagai macam peralatan yang lebih mutakhir. Salah satu kemajuan teknologi yang menerobos kehidupan dalam masyarakat adalah peralatan canggih yang dikenal dengan komputer. Dengan kemajuan Teknologi Informasi tersebut, perangkat lunak (Software) juga mengalami perkembangan yang sangat pesat, seperti
104 adanya Sistem Penunjang Keputusan (Decision Support System) yang merupakan sistem informasi yang menyediakan informasi, permodelan, dan pemanipulasian data. Sistem Penunjang Keputusan merupakan salah satu sistem yang dapat diimplementasikan dalam pengolahan data prakualifikasi tender. Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang dan Permukiman Propinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu dinas yang memberikan keputusan yang berhubungan dengan prediksi kinerja kontraktor sehingga dapat mengurangi kesalahan-kesalahan oleh Owner dalam melaksanakan prakualifikasi yang didalamnya menentukan kriteria-kriteria yang dibutuhkan untuk keberhasilan dalam penyelesaian proyek. 2. METODE PENELITIAN Di dalam merancang suatu perangkat lunak ini diperlukan tahapan-tahapan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dan hal pertama yang harus diketahui adalah bagaimana langkah pembuatan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dengan menerapkan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) menggunakan bahasa pemrograman Java. Sehingga dapat memudahkan pemakai dalam proses penyaringan kontraktor tersebut dalam menganalisa dan mengambil keputusan yang cepat dan tepat dari hasil yang telah diolah. Pembangunan SPK penyaringan kontraktor agar lolos prakualifikasi ini dibagi menjadi 3 bagian. 2.1 Perancangan Subsistem Manajemen Basis Model Dalam pembangunan SPK prakualifikasi kontsultansi pada Dinas Prasarana Jalan Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Sumbar ini, prosedur yang dilakukan dalam proses AHP sebagai berikut: 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang dinginkan, lalu menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi. Penyusunan hirarki adalah dengan menetapkan tujuan yang merupakan sasaran sistem secara keseluruhan pada level teratas. Gambar 1 Struktur Hirarky Penilaian Kontraktor 2. Menentukan Prioritas Elemen a. Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat perbandingan pasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan. b. Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk merepresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya. 3. Sintesis Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah : a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks. April 2017 Vol. 2 No. 1 ISSN : 2541-2647
IJCCS ISSN: 1978-1520 105 b. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks. c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata. 4. Mengukur Konsistensi Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada, karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah : a. Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua, dan seterusnya. b. Jumlahkan setiap baris. c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang bersangkutan. d. Jumlahkan hasil bagi di atas dengan banyaknya elemen yang ada, hasilnya disebut λ maks. 5. Hitung Consistency Index (CI), dengan rumus : CI = (λ maks-n)/n Dimana n = banyaknya elemen. 6. Hitung Rasio Konsistensi/Consistency Ratio (CR), dengan rumus : CR = CI/IR Dimana : CR = Consistency Ratio CI = Consistency Index IR = Indeks Random Consistency 7. Memeriksa Konsistensi Hierarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgement harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi (CI/CR) kurang atau sama dengan 0,1, maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar. Daftar Indeks Random Konsistensi (IR) bisa dilihat dalam Tabel 1 berikut. Tabel 1 Daftar Indeks Random Konsistensi 2.2 Rancangan Proses Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyaring kontraktor dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebagai berikut : 1. Menentukan prioritas kriteria Langkah pertama yaitu membuat form untuk menentukan prioritas kriteria, dimana terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam menentukan prioritas kriteria, yaitu: a. Membuat matrik perbandingan berpasangan Pada tahap ini dilakukan penilaian perbandingan antara satu kriteria dengan kriteria yang lain. Hasil penilaian bisa dilihat dalam Tabel 2.
106 Tabel 2 Matriks Perbandingan Berpasangan Administrasi Keuangan Personalia Pengalaman Landasan H Administrasi 1 2 2 4 5 Keuangan 0,50 1 2 2 4 Personalia 0,50 0,50 1 2 2 Pengalaman 0,25 0,50 0,50 1 2 Landasan H 0,20 0,25 0,50 0,50 1 Jumlah 2,45 4,25 6,00 9,50 14,00 Angka 1 pada kolom kriteria administrasi baris administrasi menggambarkan tingkat kepentingan yang sama antara administrasi dengan administrasi. Sedangkan angka 2 pada kolom keuangan baris administrasi menunjukkan bahwa administrasi sedikit lebih penting dibandingkan keuangan. Angka 0.50 pada kolom administrasi baris keuangan merupakan hasil perhitungan 1/nilai pada kolom keuangan baris administrasi (2). Angka-angka yang lain diperoleh dengan cara yang sama. b. Membuat matrik nilai kriteria Matrik ini diperoleh dengan rumus nilai baris kolom baru = Nilai baris kolom lama/jumlah kolom lama. Perhitungan ini bisa dilihat dalam Tabel 3. Tabel 3.Matriks Nilai Kriteria Administrasi keuangan Personalia Pengalaman Landasan H Jumlah Prioritas Administrasi 0,41 0,47 0,33 0,42 0,36 1,99 0,40 keuangan 0,20 0,24 0,33 0,21 0,29 1,27 0,25 Personalia 0,20 0,12 0,17 0,21 0,14 0,84 0,17 Pengalaman 0,10 0,12 0,08 0,11 0,14 0,55 0,11 Landasan H 0,08 0,06 0,08 0,05 0,07 0,35 0,07 Nilai 0.41 pada kolom administrasi baris administrasi Tabel 3 diperoleh dari nilai kolom administrasi baris administrasi Tabel 3.2 dibagi jumlah kolom administrasi Tabel 2 Nilai kolom jumlah pada Tabel 3 diperoleh dari penjumlahan pada setiap barisnya. Untuk baris pertama, nilai 1.99 merupakan hasil penjumlahan dari 0.41 + 0.47 + 0.33 + 0.42 + 0.36. Nilai pada kolom prioritas diperoleh dari nilai pada kolom jumlah dibagi dengan jumlah kriteria, dalam hal ini ada 5 kriteria yaitu administrasi, keuangan, personalia, pengalaman, dan manajemen. c. Membuat matrik penjumlahan setiap baris Matriks ini dibuat dengan mengalikan nilai prioritas pada Tabel 3 dengan matriks perbandingan berpasangan (Tabel 2). Tabel 4 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Administrasi Keuangan Personalia Pengalaman Landasan H Jumlah Administrasi 0,40 0,51 0,34 0,44 0,35 2,03 Keuangan 0,20 0,25 0,34 0,22 0,28 1,29 Personalia 0,20 0,13 0,17 0,22 0,14 0,85 Pengalaman 0,10 0,13 0,08 0,11 0,14 0,56 April 2017 Vol. 2 No. 1 ISSN : 2541-2647
IJCCS ISSN: 1978-1520 107 Landasan H 0,08 0,06 0,08 0,06 0,07 0,35 Nilai 0,40 pada baris administrasi kolom administrasi Tabel 4 diperoleh dari prioritas baris administrasi pada Tabel 3 dikalikan dengan nilai baris administrasi kolom administrasi pada Tabel 2 yaitu 1. Nilai 0.20 pada baris keuangan kolom administrasi Tabel 4 diperoleh dari prioritas 0,40 pada Tabel 3 dikalikan nilai baris keuangan kolom administrasi pada Tabel 2 (0.50). Kolom jumlah pada Tabel 4 diperoleh dengan menjumlahkan nilai pada masing-masing baris pada tabel tersebut. d. Penghitungan rasio konsistensi Penghitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsistensi (CR) <= 0,1. Jika ternyata nilai CR lebih besar dari 0,1, maka matriks perbandingan berpasangan harus diperbaiki. Untuk menghitung rasio konsistensi, dibuat tabel seperti Tabel 5. Tabel 5 Perhitungan Rasio Konsistensi Jumlah per baris Prioritas Hasil Administrasi 2,03 0,40 2,43 Keuangan 1,29 0,25 1,54 Personalia 0,85 0,17 1,02 Pengalaman 0,56 0,11 0,67 Landasan H 0,35 0,07 0,42 JUMLAH 6,09 Kolom jumlah per baris diperoleh dari kolom jumlah pada Tabel 4, sedangkan kolom prioritas diperoleh dari kolom prioritas pada Tabel 3. Dari Tabel 5 diperoleh nilai-nilai sebagai berikut : Jumlah (jumlahan dari nilai-nilai hasil): 6.09 yang sudah dibulatkan. n (jumlah kriteria): 5 (keuangan, landasan hukum, pengalaman, personil, dan peralatan) λ maks (jumlah/n): 6.09 / 5 = 1.22 CI ((λ maks-n)/n): (1.22-5) / 5 = -0,76 CR (CI/IR): -0,76 dibagi 1,12 dari table 3.1 maka = -0,68 Oleh karena CR < 0.1, maka rasio konsistensidari perhitungan tersebut bisa diterima. 2. Menentukan prioritas subkriteria Langkah selanjutnya menentukan prioritas subkriteria dengan melakukan tahapan yang sama dari a sampai dengan d pada langkah 1. Perhitungan subkriteria dilakukan terhadap sub-sub dari semua kriteria. Dalam hal ini, terdapat 5 kriteria yang berarti akan ada 5 perhitungan prioritas subkriteria, yaitu : a) Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria keuangan Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung prioritas subkriteria dari kriteria keuangan adalah sebagai berikut: 1. Membuat matriks perbandingan berpasangan Langkah ini seperti yang dilakukan pada langkah 1.a. hasilnya ditujukkan dalam Tabel 6. Tabel 6 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Administrasi Baik Cukup Kurang Baik 1 5 7 Cukup 0,20 1 5
108 Kurang 0,14 0,20 1 Jumlah 1,34 6,20 13 2. Membuat matriks nilai kriteria Langkah ini seperti yang dilakukan pada langkah 1.b. perbedaannya adalah adanya tambahan kolom prioritas subkriteria pada langkah ini. Hasilnya ditunjukkan dalam Tabel 7. Tabel 7 Matriks Nilai Kriteria Administrasi Baik Cukup Kurang Jumlah Prioritas Prioritas Subkriteria Baik 0,74 0,81 0,54 2,09 0,70 1,00 Cukup 0,15 0,16 0,38 0,69 0,23 0,33 Kurang 0,11 0,03 0,08 0,22 0,07 0,10 Nilai pada kolom prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut dibagi dengan nilai tertinggi pada kolom prioritas. 3. Menentukan matriks penjumlahan setiap baris Langkah ini sama dengan yang dilakukan pada langkah 1.c dan ditunjukkan dalam Tabel 3.8. setiap elemen dalam tabel ini dihitung dengan mengalikan matriks perbandingan berpasangan dengan nilai prioritas. Tabel 8 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Administrasi Baik Cukup Kurang Jumlah Baik 0,70 1,16 0,50 2,36 Cukup 0,14 0,23 0,36 0,73 Kurang 0,10 0,05 0,07 0,22 4. Penghitungan rasio konsistensi Seperti langkah 1.d, penghitungan ini digunakan untuk mamastikan bahwa nilai rasio konsistensi (CR) <= 0.1. Untuk menghitung rasio konsistensi, dibuat tabel seperti yang terlihat pada Tabel 9. Tabel 9 Penghitungan Rasio konsistensi Jumlah per baris Prioritas Hasil Baik 2,36 0,70 3,05 Cukup 0,73 0,23 0,96 Kurang 0,22 0,07 0,29 JUMLAH 4,31 Kolom jumlah per baris diperoleh dari kolom jumlah pada Tabel 8, sedangkan kolom prioritas diperoleh dari kolom prioritas pada Tabel 3.7. dari Tabel 9, diperoleh nilainilai sebagai berikut : Jumlah (jumlahan dari nilai-nilai hasil): 4,31 n (jumlah kriteria): 3 (baik, cukup, kurang) λ maks (jumlah/n): 4,31/ 3 = 1,44 CI ((λ maks-n)/n): (1,44-3) / 3 = -0,52 April 2017 Vol. 2 No. 1 ISSN : 2541-2647
IJCCS ISSN: 1978-1520 109 CR (CI/IR): -0,52 dibagi 0,58 dari table 3.1 maka = -0,90 Oleh karena CR < 0.1, maka rasio konsistensidari perhitungan tersebut bisa diterima. b) Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria keuangan Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung prioritas subkriteria dari kriteria keuangan sama dengan yang dilakukan dalam perhitungan prioritas subkriteria dari kriteria Administrasi. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Membuat matriks perbandingan berpasangan Tabel 10 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Keuangan Baik Cukup Kurang Baik 1 2 6 Cukup 0,50 1 2 Kurang 0,17 0,50 1 Jumlah 1,67 3,50 9 2. Membuat matriks nilai kriteria Hasilnya tampak pada Tabel 11. Table 11 Matriks Nilai Kriteria Keuangan Baik Cukup Kurang Jumlah Prioritas Prioritas Subkriteria Baik 0,60 0,57 0,67 1,84 0,61 1,00 Cukup 0,30 0,29 0,22 0,81 0,27 0,44 Kurang 0,10 0,14 0,11 0,35 0,12 0,19 3. Matriks penjumlahan tiap-tiap baris Hasilnya tampak pada Tabel 12. Tabel 12 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Keuangan Baik Cukup Kurang Jumlah Baik 0,61 0,54 0,71 1,86 Cukup 0,31 0,27 0,24 0,81 Kurang 0,10 0,13 0,12 0,35 4. Perhitungan rasio konsistensi Hasilnya terlihat dalam Tabel 13. Tabel 13 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Keuangan Jumlah per baris Prioritas Hasil Baik 1,86 0,61 2,47 Cukup 0,81 0,27 1,08 Kurang 0,35 0,12 0,47 JUMLAH 4,03
110 Kolom jumlah per baris diperoleh dari kolom jumlah pada Tabel 3.12, sedangkan kolom prioritas diperoleh dari kolom prioritas pada Tabel 3.11. dari Tabel 3.13 ini, diperoleh nilainilai sebagai berikut : Jumlah (jumlahan dari nilai-nilai hasil): 4,03 n (jumlah kriteria): 3 (baik, cukup, kurang) λ maks (jumlah/n): 4,03/ 3 = 1,34 CI ((λ maks-n)/n): (1,34-3) / 3 = -0,55 CR (CI/IR): -0,55 dibagi 0,58 dari table 3.1 maka = -0,95 Oleh karena CR < 0.1, maka rasio konsistensidari perhitungan tersebut bisa diterima. c) Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria personalia Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung prioritas subkriteria dari kriteria personalia sama dengan yang dilakukan dalam perhitungan prioritas subkriteria dari kriteria administrasi dan keuangan. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Membuat matriks perbandingan berpasangan Hasilnya terlihat dalam Tabel 14. Tabel 14 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Personalia Baik Cukup Kurang Baik 1 4 6 Cukup 0,25 1 4 Kurang 0,17 0,25 1 Jumlah 1,42 5,25 11 2. Menentukan matriks nilai kriteria Hasilnya terlihat dalam Tabel 15. Tabel 15 Matriks Nilai Kriteria Personalia Baik Cukup Kurang Jumlah Prioritas Prioritas Subkriteria Baik 0,71 0,76 0,55 2,01 0,67 1,00 Cukup 0,18 0,19 0,36 0,73 0,24 0,36 Kurang 0,12 0,05 0,09 0,26 0,09 0,13 3. Menentukan matriks penjumlahan tiap baris Hasilnya tampak dalam Tabel 16. Tabel 16 Matriks Penjumlahan Tiap Baris Kriteria Personalia Baik Cukup Kurang Jumlah Baik 0,67 0,97 0,51 2,16 Cukup 0,17 0,24 0,34 0,75 Kurang 0,11 0,06 0,09 0,26 4. Perhitungan konsistensi Hasilnya tampak dalam Tabel 17. Tabel 17 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Personalia Jumlah per baris Prioritas Hasil Baik 2,16 0,67 2,83 Cukup 0,75 0,24 1,00 Kurang 0,26 0,09 0,34 JUMLAH 4,17 April 2017 Vol. 2 No. 1 ISSN : 2541-2647
IJCCS ISSN: 1978-1520 111 λ maks (jumlah/n): 4,17/ 3 = 1,39 CI ((λ maks-n)/n): (1,39-3) / 3 = -0,54 CR (CI/IR): -0,54 dibagi 0,58 dari table 3.1 maka = -0,93 Oleh karena CR < 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut bisa diterima. d) Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria pengalaman Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung prioritas subkriteria pengalaman sama dengan yang dilakukan dalam perhitungan prioritas subkriteria dari kriteria Administrasi. Langkah-langkahnya adalah sebagai berkut: 1. Menghitung matriks perbandingan berpasangan Hasilnya tampak dalam Tabel 3.18. Tabel 18 matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Pengalaman Baik Cukup Kurang Baik 1 2 5 Cukup 0,50 1 2 Kurang 0,20 0,50 1 Jumlah 1,70 3,50 8 2. Menghitung matriks nilai kriteria Hasilnya terlihat dalam Tabel 19. Tabel 19 Matriks Nilai Kriteria Pengalaman Baik Cukup Kurang Jumlah Prioritas Prioritas Subkriteria Baik 0,59 0,57 0,63 1,78 0,59 1,00 Cukup 0,29 0,29 0,25 0,83 0,28 0,46 Kurang 0,12 0,14 0,13 0,39 0,13 0,22 3. Menghitung matriks penjumlahan tiap baris Hasilnya terlihat dalam Tabel 20. Tabel 20 Matriks Penjumlahan Tiap Baris Kriteria Pengalaman Baik Cukup Kurang Jumlah Baik 0,59 0,55 0,64 1,79 Cukup 0,30 0,28 0,26 0,83 Kurang 0,12 0,14 0,13 0,39 4. Perhitungan rasio konsistensi Hasilnya terliahat dalam Tabel 21. Tabel 21 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Pengalaman Jumlah per baris Prioritas Hasil Baik 1,79 0,59 2,39 Cukup 0,83 0,28 1,11 Kurang 0,39 0,13 0,51 JUMLAH 4,01
112 λ maks (jumlah/n): 4,01/ 3 = 1,34 CI ((λ maks-n)/n): (1,34-3) / 3 = -0,55 CR (CI/IR): -0,55 dibagi 0,58 dari table 3.1 maka = -0,96 Oleh karena CR < 0.1, maka rasio konsistensidari perhitungan tersebut bisa diterima. e) Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria landasan hukum Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung prioritas subkriteria manajemen sama dengan yang dilakukan dalam perhitungan prioritas subkriteria dari kriteria administrasi. Langkah-langkahnya adalah sebagai berkut: 1. Menghitung matriks perbandingan berpasangan Hasilnya tampak dalam Tabel 18. Tabel 22 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Landasan Hukum Baik Cukup Kurang Baik 1 4 7 Cukup 0,25 1 4 Kurang 0,14 0,25 1 Jumlah 1,39 5,25 12 2. Menghitung matriks nilai kriteria Hasilnya terlihat dalam Tabel 3.19. Tabel 23 Matriks Nilai Kriteria Landasan Hukum Baik Cukup Kurang Jumlah Prioritas Prioritas Subkriteria Baik 0,72 0,76 0,58 2,06 0,69 1,00 Cukup 0,18 0,19 0,33 0,70 0,23 0,34 Kurang 0,10 0,05 0,08 0,23 0,08 0,11 3. Menghitung matriks penjumlahan tiap baris Hasilnya terlihat dalam Tabel 20. Tabel 24 Matriks Penjumlahan Tiap Baris Kriteria Landasan Hukum Baik Cukup Kurang Jumlah Baik 0,69 0,94 0,54 2,17 Cukup 0,17 0,23 0,31 0,72 Kurang 0,10 0,06 0,08 0,23 4. Perhitungan rasio konsistensi Hasilnya terliahat dalam Tabel 21. Tabel 25 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Landasan Hukum Jumlah per baris Prioritas Hasil Baik 2,17 0,69 2,86 Cukup 0,72 0,23 0,95 Kurang 0,23 0,08 0,31 JUMLAH 4,12 λ maks (jumlah/n): 4,12/ 3 = 1,37 CI ((λ maks-n)/n): (1,37-3) / 3 = -0,54 CR (CI/IR): -0,54 dibagi 0,58 dari table 3.1 maka = -0,93 Oleh karena CR < 0.1, maka rasio konsistensidari perhitungan tersebut bisa diterima. April 2017 Vol. 2 No. 1 ISSN : 2541-2647
IJCCS ISSN: 1978-1520 113 3. Menghitung hasil Prioritas hasil perhitungan pada langkah 1 dan 2 kemudian dituangkan dalam matriks hasil dalam Tabel 22. Tabel 26 Matriks Hasil Administrasi Keuangan Personalia Pengalaman Landasan Hukum 0,40 0,25 0,17 0,11 0,07 Baik Baik Baik Baik Baik 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup 0,33 0,44 0,36 0,46 0,34 Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 0,10 0,19 0,13 0,22 0,11 Nilai pada kolom administrasi 0,40 dan seterusnya diperoleh dari prioritas langkah 1. Sedangkan nilai masing-masing predikat yang baik, cukup dan kurang diperoleh dari prioritas subkriteria masing-masing kriteria. 4. Memasukan nilai Selanjutnya memasukkan data nilai dari peserta/kontraktor yang akan dihitung. Misalnya diberikan data nilai dari 10 orang peserta/kontraktor seperti yang terlihat dalam Tabel 23, maka hasil akhirnya akan tampak dalam Tabel 24. Tabel 27 Nilai Kontraktor Administrasi Keuangan Personalia Pengalaman Landasan Hukum A Cukup Cukup Baik Baik Cukup B Baik Kurang Cukup Cukup Kurang C Cukup Baik Baik Baik Baik D Kurang Baik Baik Baik Cukup E Baik Baik Baik Cukup Kurang F Cukup Kurang Baik Cukup Baik G Kurang Baik Kurang Baik Baik H Baik Cukup Baik Cukup Cukup I Baik Cukup Baik Kurang Baik J Kurang Baik Cukup Baik Kurang Keterangan : A sampai J : Adalah contoh dari nama kontraktor 5. Hasil akhir Dari hasil perhitungan tersebut, didapat nilai total masing-masing kontraktor yang akan digunakan sebagai dasar untuk mendapatkan laporan kontraktor yang lolos dalam prakualifikasi. Tabel 28 Hasil Akhir Administrasi Keuangan Personalia Pengalaman Landasan Hukum Total A 0,13 0,11 0,17 0,11 0,02 0,55 B 0,40 0,05 0,06 0,05 0,01 0,57 C 0,13 0,25 0,17 0,11 0,07 0,73
114 D 0,04 0,25 0,17 0,11 0,02 0,60 E 0,40 0,25 0,17 0,05 0,01 0,88 F 0,10 0,05 0,17 0,05 0,07 0,44 G 0,04 0,25 0,02 0,11 0,07 0,50 H 0,40 0,11 0,17 0,05 0,02 0,75 I 0,40 0,11 0,17 0,02 0,07 0,77 J 0,04 0,25 0,06 0,11 0,01 0,47 Nilai 0,13 pada kolom administrasi baris A diperoleh dari nilai kontraktor A untuk administrasi, yaitu kriteria cukup dengan prioritas 0,33 (Tabel 3.22), dikalikan dengan prioritas kriteria administrasi sebesar 0,40. Kolom total pada Tabel 3.24 diperoleh dari penjumlahan pada masing-masing barisnya. Nilai total inilah yang dipakai sebagai dasar untuk memberi nilai atau skor kepada kontraktor. Untuk menentukan kontraktor lolos dalam prakualifikasi atau tidak, Dinas Pekerjaan Umum dapat memberikan suatu batasan nilai. Disini penulis memberikan batasan nilai dengan ketetapan jika total > 0.6, maka kontraktor tersebut lolos prakualifikasi. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 2 Menu Utama Gambar 3 Entri Data Kontraktor April 2017 Vol. 2 No. 1 ISSN : 2541-2647
IJCCS ISSN: 1978-1520 115 Gambar 3 Entri Data Kriteria Gambar 4 Sub Kriteria Gambar 5 Matrik Hasil
116 Gambar 6 Laporan data Kontraktor Gambar 7 Laporan Matrik Hasil 4. SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan pada Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Kepulauan Riau, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan, diantaranya : 1. Penulisan ini menyajikan model pengambilan keputusan melalui penyusunan hirarki dan atribut keputusan yang meliputi alternatif dan kriteria yang telah ditentukan untuk proses penyaringan kontraktor dalam prakualifikasi kontraktor dalam bentuk hirarki analitis sehingga proses pengambilan keputusan akan menjadi lebih optimal. 2. Dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) maka pimpinan dapat dengan mudah dan lebih objektif dalam menilai kinerja kontraktor dengan menetapkan kriteria-kriteria yang akan dinilai, sehingga dapat mengambil keputusan sesuai dengan seharusnya. 3. Dalam menilai kinerja kontraktor, yang harus dilakukan adalah menetapkan kriteria-kriteria yang akan dinilai, yaitu kriteria administrasi, keuangan, personalia, pengalaman, dan landasan hukum. 4. Implementasi Sistem Pendukung Keputusan (SPK) terhadap prakualifikasi kontraktor yang dibangun ini salah satunya dapat digunakan untuk menentukan apakah kontraktor yang menjadi peserta prakualifikasi akan lolos atau tidak lolos, agar nantinya dapat melaksanakan proyek dengan baik. 5. SARAN Dari hasil pembuatan skripsi ini, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut : 1. Dalam pengaplikasian suatu sistem keputusan yang baru hendaknya para pengguna (user) dapat beradaptasi dengan sistem yang baru yang dapat menunjang dalam mengambil suatu keputusan yang lebih baik. 2. Dalam menjalankan aplikasi sistem pendukung keputusan prakualifikasi kontraktor dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ini perlu adanya ketelitian dan pemahaman yang lebih baik dari seorang pimpinan dalam menetapkan skala perbandingan terhadap kriteria yang ada. April 2017 Vol. 2 No. 1 ISSN : 2541-2647
IJCCS ISSN: 1978-1520 117 3. Perlu dilakukan pemeliharaan atau perawatan terhadap perangkat lunak (software) dalam pemanfaatan model sistem pendukung keputusan yang digunakan. DAFTAR PUSTAKA [1] Tim Dinas Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2007,Buku 3 Pedoman Kualifikasi Pelelangan Nasional Pekerjaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi (Pemborongan), Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Kontruksi Badan Pembinaan Konstruksi dan SDM Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. [2] Johannes Supranto, M.A, 1998, Teknik Pengambilan Keputusan, Rineka Cipta, Jakarta [3] http://sindarku.wordpress.com/2010/10/08/karakteristik-dan-kapabilitassistempendukung-keputusan/, di unduh 04 Maret 2017 [4] Mugi Hartanti, 2006, Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Keluarga Miskin dengan Kriteria Bayes, Skripsi-S1, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta [5] Turban.E., Aronson. J.E, Peng Liang.T, 2005, Decision Support Systems and Intelligent Systems Edisi 7 Jilid 1, Andi Offset, Yogyakarta. [6] Dai Hanu.U.D, 2001, komputerisasi Pengambilan Keputusan, Elexmedia Komputindo, Jakarta. [7]http://klana.files.wordpress.com/2007/06/ teori-pengambilan-keputusan.ppt, yang diunduh tanggal 07 Maret 2017 [7] http://rojakelektrik.blogspot.com/2011/07/langkah-penyelesaian-masalahalamspk.html, diakses tanggal 03 Feb 2017 [8] RogerS. Pressman, Ph.D, 2002, Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi(Buku Satu), Andi