BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA PGRI 2 KAYEN TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Potensi perpustakaan umum dalam menciptakan modal sosial di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sistem pendidikan di Indonesia telah menetapkan kurikulum

Bab Tiga Belas Kesimpulan

BAB VII KESIMPULAN. dan berkembang di Kota Singkawang merupakan suatu fakta sosiologis yang tak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB V PENUTUP. Interaksi sosial pasca konflik yang terjadi di Maluku perlu mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari.

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nilai karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajemukan yang ada di Indonesia merupakan suatu kekayaan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelajaran yang telah diberikan oleh guru dan didukung oleh nilai-nilai budipekerti

BAB I PENDAHULUAN. Lokasi SMKN Wonorejo di lingkungan pesantren yang merupakan. lembaga sekolah kejuruan yang bernuansa pesantren, siswa SMKN Wonorejo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Majunya dunia pendidikan sebaiknya diikuti oleh kemampuan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sasaran utama tidaklah hanya berbentuk fasilitas-fasilitas saja,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi manusia tidak mengenal batas umur, jenis kelamin ras dan agama.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar di sekolah. Hal ini sesuai pendapat Ahmadi (2005) yang menyebutkan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. matematika mempunyai peranan yang sangat esensial untuk ilmu lain, utamanya sains

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas.

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

2016 MOTIVASI KETERLIBATAN SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap perilakunya seseorang perlu mencari tahu penyebab internal baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multietnis dan multikultur. Sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. keseharian. Batas-batas teritorial sebuah negara seakan-akan tidak ada lagi. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. terlarang serta tingginya budaya kekerasan merupakan contoh permasalahaan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara.

BAB IV ANALISIS. Pustaka Pelajar, 2001, hlm Azyumardi Azra, Kerukunan dan Dialog Islam-Kristen Di Indonesia, dalam Dinamika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang selalu menarik untuk dibahas.

PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Keragaman memang indah dan menjadi kekayaan bangsa yang. dari pada modal bangsa Indonesia (Hanifah, 2010:2).

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam keluarga maupun di lingkungan sekitar. Tujuannya untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan pada Bab IV di atas, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Umi Rahayu Fitriyanah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dapat dikatakan berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling berhubungan erat satu sama lain. Menurut Susanto (2013: 4) Belajar adalah suatu aktivitas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut.

2015 PEMBELAJARAN GITAR DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP AL-AZHAR SYIFA BUDI PARAHYANGAN PADALARANG

KEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan. untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang-orang yang ada disekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mubarak Ahmad, 2014

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian dan analisis

I. PENDAHULUAN. menjadi masyarakat modern. Modernisasi memberikan banyak konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pemahaman secara bertahap dan beruntun. Pemahaman konsep

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku merupakan bagian yang tak terpisahkan dari wilayah Indonesia yang memiliki nilai-nilai adat dan budaya yang beragam dan kaya. Situasi ini telah memberikan gambaran bagi kita tentang kehidupan plural yang telah lama dilakonkan oleh masyarakat maluku. Salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat maluku seperti budaya Pela-Gandong (hidup bersaudara) telah menjadi perekat dalam hubungan sosial masyarakat yang hidup bersama harmonis walau dalam perbedaan agama. Namun tingkat fanatisme agama yang juga kental dalam diri masing-masing komunitas yakni Salam dan Sarani yang menyebabkan mereka terpangaruh oleh ulah provokator dan akhirnya tejadi konflik kemanusiaan Tahun 1999 lalu. Konflik yang terjadi turut mempengaruhi kehidupan bersama dalam pluralitas agama di Maluku bahkan telah merasuki dunia pendidikan di Maluku, Tragedi Maluku bermula dari peristiwa konflik biasa (kriminal murni) antara dua orang yang kebetulan berbeda agama. Peristiwa tersebut akhirnya menjadi pemicu konflik massal dan destruktif, saling membakar, membunuh, menculik, menembak dan menjarah adalah pemandangan keseharian tampak secara mata telanjang, hampir diseluruh kota dan pulau Maluku, pada saat eskalasi konflik meningkat.

Konflik mempengaruhi lembaga-lembaga pendidikan yang berada di Maluku terlebih khusus di kota Ambon, padahal Ma arif (2005:17) menjelaskan bahwa esensi dari pendidikan adalah salah satunya merupakan proses pemindahan pengetahuan atau pengembangan pengetahuan yang dimiliki subjek didik untuk mencapi perkembangan secara optimal serta, membudayakan manusia melalui proses transformasi nilai-nilai utama. Disadari bahwa bangsa yang sedang berada dalam tahap pembangunan dan perkembangan seperti di Indonesia, pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang paling vital, karena dengan pendidikan akan mampu mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan itu berhasil atau tidak bergantung pada proses belajar mengajar yang salah satunya berlangsung di sekolah. Sehingga Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, yang didapat dari lembaga formal maupun non formal. Menurut Ted Robert Gurr (1971:96) dalam Tohmas Santoso (2002:64) perbedaan idiologi yang dipertajam, pada gilirannya mewujud dalam bentuk kekerasan fisik, karena terjadi justifikasih rasional dan justifikasi kolektif. Dalam pandanganya, justifikasi rasional meliputi alasan-alasan pembenaran yang memperkuat kondisi kekecewan yang dialami masyarakat, sementara justifikasi kolektif terkait dengan variabelvariabel yang menjadi identitas dari sebuah kelompok seperti agama, etnis, ras dan sebagainya. Kombinasi justifikasi inilah yang membentuk motif konflik

sebagaimana tercermin dalam perilaku destruktif sesorang atau sekolompok orang, sehingga membawa dampak negatif yang meluas dalam tatanan kehidupan masyarakat. Dari penjelasan ini dapat dilihat bahwa konflik yang terjadi di Ambon memberi dampak pada semua instansi pemerintah sampai pada instansi pendidikan. Hasil studi sebelumnya oleh Makkulawu (2008:80) mengungkapkan dampak konflik terhadap anak-anak : Dengan kompleksitas kerusuhan yang terjadi di Ambon, dampaknya kepada anak-anak sangat berpengaruh secara psikologi dan mental. Nampak pada anak-anak dengan melihat keadaan sekitarnya merasa putus asa, perasaan takut dan trauma, muncul sifat-sifat apatis, minat belajar kurang (wawancara Hasan hal ini membutuhkan waktu jangka panjang bagi anak-anak, penyebabnya antara lain kurangnya tenaga bimbingan dan konseling di Madrasah. Di MAN I Ambon sampai sekarang belum ada guru Bimbingan dan Konseling (BK). Akibat lain anak-anak mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran di sekolah, adanya pemukiman terkotak-kotak. Penyebab ini anak-anak bertumpu pada lingkungan sekolah, sehingga ada sekolah banyak muridnya, guru kurang, sebaliknya ada sekolah sedikit muridnya dan memiliki banyak guru Salah satu lembaga pendidikan yang merasakan pahitnya konflik di kota Ambon adalah SMA Negeri 3 Ambon. Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Pace & Faules, (1994:249) dalam Felix J (1999:28) menjelaskan pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami Konflik telah menyebabkan beberapa perubahan yang terjadi pada lembaga sekolah di

Ambon. Khususnya pada SMA Negeri 3 Ambon, konflik telah menyebabkan adanya perbedaan dalam menerapkan karakter peserta didik menjadi krisis moral. dimana karakter yang dibentuk oleh konflik sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang ada pada lingkungan tempat tinggal yang menyebabkan terjadinya penguatan solidaritas in-group dari masingmasing kelompok agama yang sama. Dimana nilai-nilai kebaikan hanya ditunjukan oleh masing-masing agama, semua ini akibat rasa trauma yang dirasakan oleh siswa pasca konflik yang terjadi di Ambon sehingga kebisaan ini terbawa ke bangku pendidikan di lingkungan sekolah bahkan stigma antara orang katong dan orang dong ini selalu melekat pada pemikiran mereka Stigma antara orang katong dan orang dong ini hingga saat ini masih ada dalam lingkungan sekolah di Ambon, Bahkan sering kali terjadi tawuran di lingkungan sekolah SMA Negeri 3 Ambon. Ini berarti bahwa konflik belum berakhir dan telah merasuk dalam dunia pendidikan dan bila tidak ditata kelolakan dengan baik maka akan tercipta konflik lainnya lagi. Penata kelolaan masalah pendidikan ini perlu dilakukan baik kepada guru sebagai pengajar maupun peserta didik sebagai pembelajar. Disamping itu, Peran kepala sekolah sebagai sebuah manager atas sebuah sekolah perlu juga diperhatikan sebagai sebuah faktor yang mempengaruhi suasana pendidikan dalam lingkungan sekolah. Dister (1988:90) menjelaskan lebih dalam mengenai keutamaan agama

sebagai pendidikan dan pegangan hidup bermasyarakat. Fungsi agama tersebut merupakan wujud kecerdasan Spiritual individu yang berkaitan langsung dengan moral dan nilai sosial individu. Selanjutnya dikatakan bahwa nilai-nilai moral manusia berupa keadilan, kejujuran, keteguhan hati dimiliki tiap-tiap individu dan interaksi dengan Tuhan akan menuntut manusia untuk menerapkan nilai-nilai yang benar. Hal ini berlaku pada saat individu melakukan interaksi dengan sesama manusia. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa secara garis besar maka faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan perdamaian di SMA Negeri 3 adalah faktor eksternal yang meliputi pendidikan dalam keluarga, lingkungan rumah, lingkungan sekolah dan solidaritas kelompok, sedangkan faktor internal meliputi ketidakmampuan adaptasi yang menimbulkan tekanan sehingga mudah frustasi konflik batin, tidak peka pada perasaan orang lain dan emosi yang labil. Hal ini sangat mengganggu proses belajar siswa didalam kelas dan menghabat proses kehidupan perdamaian di lingkungan sekolah, di rumah dan lingkungan sekitar sekolah sehingga perlu peran penting baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan sekitar sekolah sebagai tempat mendidik dan mengarahkan siswa dalam membangun hubungan yang majemuk. Untuk itu dalam mencapai tujuan pendidikan yang optimal sangat perlu adanya prinsip dalam pelaksanaan program penguatan perdmaian buat

siswa. Prinsib yang dimaksud adalah kegiatan atau program yang dapat memberikan pemahaman pendidikan perdamain di SMA Negeri 3 Ambon sehingga peserta didik diupayakan untuk dapat mempersatukan pesrta didik yang mempunyai keragaman latar belakang dan banyak pebedaan pasca konflik yang terjadi, perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik diarhkanuntuk memepersatukan, saling memahami dan saling menghargai. Sehingga setiap peserta didik memeliki wahana untuk berkembang secara optimal. Program yang akan diusulkan sebagai strategi pendidikan perdamaian di sekolah SMA Negeri 3 Ambon selain prestasi akademik harus dimiliki siswa, mereka juga dituntut untuk berprestasi dibidang non akademik dan mereka juga dituntut untuk dapat mengembangkan dirinya dengan mengasah minat dan bakat yang dimilikinya. Selain itu kegitan ekstrakurikulier yang dapat dijadikan sebagai pendidikan perdamaian dimana ada terjalin hubungan kerja sama antara siswa kristen dan siswa islam. Menurut Suryosubroto (1996:271) dalam Febi B (2013:45) kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan tambahan di luar jam struktur program dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa, agar bisa memperkaya dan memperdalam wawasan pengetahuan dan kemampuan siswa. Kegiatan ekstra kurikuler yang dilaksanakan di sekolah diharapkan bisa mengembangkan ide-ide dari siswa yang mana ide tersebut saat mengikuti pelajaran kurang bisa diaktualisasikan.

Permendiknas No 39 Tahun 2008, sebagai acuan dalam membangun pengembangan model kegiatan ekstra kurikuler sebagai pendidkan perdamain dalam proses pembinaan siswa pasca konflik yang terjadi untuk menjadi sebuah model yang dapat membentuk karakter siswa dalam penanam nilai-nilai perdamaian dalam membangun kebersamaan, dan sikap saling menolong baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Sehingga siswa memeliki kemampuan sosial dalam tindakan yang harus diciptakan secara dinamis pada diri seorang individu untuk menentukan penyesuaian diri siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa dilatih untuk bisa berinteraksi dengan orang lain demi terwujudnya pendidikan perdamaian. Setelah mengukur sejauh mana Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Ambon menerapkan model pengembangan ekstra kurikuler yang mengacu pada Permendiknas No 39 Tahun 2008, terdapat beberapa hal yang perlu dikaji lebih jauh untuk ditindaklanjuti. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah ini, dengan fokus penelitian pada Pengembangan Model Ekstra kurikuler sebagai Pendidikan Perdamaian di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Ambon, melihat proses pembinaan yang dilaksanakan sekolah belum sesuai dengan acuan Permendiknas No 39 Tahun 2008.

1.2 Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas dapat dikemukakan beberapa perumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana model pengembangan program ekstrakulikuler sebagai sarana pembinaan kesiswaan untuk menciptkan pendidikan perdamaian? 1. 3. Tujuan Penelitian Untuk menghasilkan model pengembangan program ekstra kurikuler sebagai sarana pembinaan kesiswaan dalam dalam menciptakan pendidikan perdamaiaan pasca konflik. 1.4. Manfaat Penelitian Diharapkan setelah penelitian ini dilakukan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. 1.4.1. Manfaat Teoritis Pada tataran akademis, tulisan ini berusaha untuk memberikan kontribusi pemikiran baru kepada siswa tentang bagaimana dampak kerusuhan terhadap pembentukan pendidikan perdamaian siswa SMA Negeri 3 Ambon untuk tetap mejalin hubungan yang baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.

1.4.2. Manfaat Praktis 1. Secara praksis penelitian ini diharapkan dapat memberikan strategi program ekstrakulikuler tentang pendidikan perdamaian di sekolah SMA Negeri 3 Ambon pasca konflik yang terjadi di kota Ambon. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk sekolah SMA Negeri 3 Ambon Sebagai Model pembinaan siswa dalam kegitan ekstra kurikuler sebagai program yang strategis dan tepat dalam meningkatkan manajemen pendidikan perdamaian. 3. Menyumbangkan gagasan pemikiran baru tentang model pengembangan program ekstra kurikuler sebagai pembinaan siswa yang strategi dalam Manajaemen pendidikan perdamaian siswa buat sekolah dan siswa dalam menerima konflik yang terjadi dan memberi penguatan terhadap hubungan majemuk di sekolah SMA Negeri 3 Ambon