Mekanisme Persetujuan Peta untuk RDTR. Isfandiar M. Baihaqi Diastarini Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial

dokumen-dokumen yang mirip
Isfandiar M. Baihaqi

PROSES REKOMENDASI BIG LAMPIRAN PETA RDTR PUSAT PEMETAAN TATA RUANG DAN ATLAS, BIG

SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

MODUL 6 : PENILAIAN KELENGKAPAN SUBSTANSI MATERI TEKNIS, RAPERDA, DAN PETA UNTUK STANDAR REKOMENDASI GUBERNUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

REVIEW HASIL CEK LAPANGAN PEMETAAN RUPABUMI INDONESIA (RBI) SKALA 1:25

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

Peran Data dan Informasi Geospasial Dalam Pengelolaan Pesisir dan DAS

Bab IV Analisis Hasil Penelitian. IV.1 Analisis Data Titik Hasil Pengukuran GPS

III. METODE PENELITIAN

C I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Bab IV ANALISIS. 4.1 Hasil Revisi Analisis hasil revisi Permendagri no 1 tahun 2006 terdiri dari 2 pasal, sebagai berikut:

Dr. ir. Ade Komara Mulyana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim. BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan

Analisa Ketelitian Planimetris Citra Quickbird Guna Menunjang Kegiatan Administrasi Pertanahan (Studi Kasus: Kabupaten Gresik, 7 Desa Prona)

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN WILAYAH MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Tampilan 3D DEM SRTM

MEMBACA DAN MENGGUNAKAN PETA RUPABUMI INDONESIA (RBI)

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS

Bogor, 22 Februari 2017 DIREKTORAT JENDERAL TATA RUANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PDF Compressor Pro BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Analisis Ketelitian Orthorektifikasi Citra Pleiades dan SPOT6 Untuk Pembuatan Peta Dasar RDTR Wilayah Pesisir (Studi Kasus: Kecamatan Jenu, Tuban)

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang

REGISTRASI PETA TUTORIAL I. Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO)

JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) 1) Skala 1:10.000, 7 (tujuh) layer Per Nomor (NLP) ,00. Per Km² 20.

BAB III METODE PENELITIAN

ASPEK PEMETAAN DALAM RTRW DAN RDTR. Bidang Pemetaan Tata Ruang Pusat Tata Ruang dan Atlas BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

III. BAHAN DAN METODE

MODUL 2: PENGENALAN DASAR-DASAR RENCANA RINCI KABUPATEN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Mekanisme Penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi Sesuai Inpres Nomor 6 Tahun 2012

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-440

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

OUTLOOK PUSAT PEMETAAN RUPABUMI DAN TOPONIM

SKEMA DAN MEKANISME PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CAGAR BUDAYA Peta Sebaran Lokasi Cagar Budaya

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB III METODE PEMETAAN EKOREGION PROVINSI

SISTEM INFORMASI GEOSPASIAL DESA

SIDANG TUGAS AKHIR RG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM.

Survei: Sebuah Perjalanan Mengenal Nusantara

Peran Peta Partisipatif dalam Perencanaan Tata Ruang

BAB 1 PENDAHULUAN. ambang batas (thresholding), berbasis tepi (edge-base) dan berbasis region (regionbased).

BAB III PENGOLAHAN DATA ALOS PRISM

OUTLOOK. Pusat Tata Ruang dan Atlas 2017

Noorlaila Hayati, Dr. Ir. M. Taufik Program Studi Teknik Geomatika, FTSP-ITS, Surabaya, 60111, Indonesia

ASPEK GEOSPASIAL DALAM DELINEASI BATAS WILAYAH KOTA GORONTALO: Studi Kasus dalam Pemutakhiran Data Batas Wilayah

III. METODOLOGIPENELITIAN Waktu dan Tempat. Penelitian ini telah dilakukan tepatnya pada Agustus 2008, namun penyusunan

ORTHOREKTIFIKASI CITRA RESOLUSI TINGGI UNTUK KEPERLUAN PEMETAAN RENCANA DETAIL TATA RUANG Studi Kasus Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengenalan Peta & Data Spasial Bagi Perencana Wilayah dan Kota. Adipandang Yudono 13

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM

Interpretasi dan Uji Ketelitian Interpretasi. Penggunaan Lahan vii

BIMBINGAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA NERACA LAHAN BERBASIS PETA CITRA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

Pemetaan Desa. Untuk Percepatan Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan. Prof. Hasanudin Z. Abidin Kepala Badan Informasi Geospasial

Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika FT UGM TGGM KARTOGRAFI DIGITAL. Oleh Gondang Riyadi. 21 March 2014 Kartografi - MGR

Home : tedyagungc.wordpress.com

GIS UNTUK PENATAAN DAN MANAJEMEN TATA RUANG

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian atau metodologi suatu studi adalah rancang-bangun

Titiek Suparwati Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial. Disampaikan dalam Workshop Nasional Akselerasi RZWP3K

URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*)

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b...

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN I.1.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KETELITIAN PETA DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Transkripsi:

Mekanisme Persetujuan Peta untuk RDTR Isfandiar M. Baihaqi Diastarini Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial

Dasar Hukum

FUNGSI RDTR MENURUT PERMEN PU No 20/2011 RDTR dan peraturan zonasi berfungsi sebagai: a.kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota berdasarkan RTRW; b.acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan pemanfaatan ruang yang diatur dalam RTRW; c.acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang; d.acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang; dan e.acuan dalam penyusunan RTBL.

MANFAAT RDTR MENURUT PERMEN PU No 20/2011 RDTR dan peraturan zonasi bermanfaat sebagai: a.penentu lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi dan lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu; b.alat operasionalisasi dalam sistem pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, swasta, dan/atau masyarakat; c.ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian wilayah sesuai dengan fungsinya di dalam struktur ruang kabupaten/kota secara keseluruhan; dan d.ketentuan bagi penetapan kawasan yang diprioritaskan untuk disusun program pengembangan kawasan dan pengendalian pemanfaatan ruangnya pada tingkat BWP atau Sub BWP.

Verifikasi Status Perda RTRW dan RDTR Contoh : RDTR Kota Medan diamanatkan dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031 Pasal 14

Pemeriksaan Managemen Data RTRW dan RDTR Data spasial RTRW diatur dalam empat folder utama, yaitu : 1. Folder Peta Dasar 2. Folder Peta Tematik 3. Folder Peta Rencana 4. Folder Album Peta

Managemen Basis Data Geospasial

Sumber data peta RDTR Foto udara atau citra satelit resolusi tinggi Digital Elevation Model (DEM)

Citra Satelit Resolusi Tinggi 1. Citra satelit optis resolusi tinggi 1 meter (Quickbird, Geoeye/Worldview, Pleiades, dll) 2. Citra satelit resolusi tinggi yang diperlukan untuk pemetaan 1:5000 adalah citra satelit Raw data (data mentah) 3. Perekaman maksimal 2 tahun 4. Tutupan awan kurang dari 10 %.

RESOLUSI GEOMETRIS CITRA SATELIT QUICKBIRD

Digital Elevation Model (DEM) A. Untuk menghasilkan data ketinggian (DEM atau kontur), perlu sumber data ketinggian: Foto udara stereo DSM dari IFSAR, TerraSAR, dll. DSM dari LIDAR B. Jika data-data tersebut tidak tersedia maka dapat menggunakan DEM TerraSar (res 7 m) untuk data yang tersedia di BIG dengan mempertimbangkan keadaan relief daerah yang akan dipetakan. C. Jika relief relatif datar bisa menggunakan SRTM dan ASTER, namun jika daerah bergunung digunakan data yang lebih baik.

RESOLUSI GEOMETRIS TERRA SAR

TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMETAAN

CITRA SATELIT TEGAK

ORTHOREKTIFIKASI Pada tahap orthorektifikasi citra dilakukan: Pengolahan GPS hasil pengukuran GCP Plotting GCP terhadap citra satelit pada titik yang bersesuaian Input citra satelit, titik GCP, dan DSM untuk menghasilkan citra satelit orthorektifikasi. DSM yang digunakan, misal TerraSAR-X res 7.5 m

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT (GCP) Ground Control Point (GCP) Titik yang spesifik dan terlihat jelas pada citra serta mudah dikenali dilapangan yang digunakan untuk melakukan koreksi geometrik pada citra satelit Syarat Penempatan control point : 1. Persebaran merata tergantung dengan luasan dan bentuk citra satelit 2. Banyaknya jumlah Control point disesuaikan dengan luasan, bentuk, dan kondisi relief daerah pemetaan 3. Standar jarak antar titik yang digunakan oleh BIG pada saat ini, 3-4 km untuk area yang relatif datar dan 2-3 km untuk area yang berbukit 4. Direncanakan pada objek yang spesifik, tampak jelas di citra dan mudah dikenali di lapangan

Kriteria Pemilihan Obyek di Citra Satelit untuk GCP Ukuran obyek lebih kecil dari 1 piksel. Bentuk obyek harus jelas dan tegas. Warna obyek harus kontras dengan warna disekitarnya. Obyek harus dapat diidentifikasi secara jelas dan akurat pada citra. Obyek harus berada atau mendekati permukaan tanah. Bayangan obyek tidak boleh digunakan sebagai titik kontrol. Obyek dengan pola yang sama sebaiknya dihindari. Obyek merupakan obyek permanen dan diam serta diyakini tidak akan mengalami perubahan atau pergeseran pada saat pengukuran.

CONTOH PEMILIHAN OBYEK SEBAGAI GCP Obyek berupa perpotongan dua garis. Sebagai contoh adalah perpotongan dua jalan. Obyek berupa perpotongan garis dan ujung / pojok. Sebagai contoh adalah perpotongan jalan dengan obyek lain. Obyek berupa perpotongan dua pojok / tepi. contoh perpotongan tepi jalan dan tepi obyek lain. Obyek berupa pojok / tepi. Sebagai contoh adalah pojok pagar. Obyek berupa ujung dari sebuah garis yang dapat diidentifikasi dengan jelas. contoh garis di tempat parkir. Obyek berupa titik atau detil yang jelas. Sebagai contoh lampu jalan.

Pengukuran GPS di Lapangan Obyek spesifik dan tampak jelas pada citra satelit Objek yang dimaksud dapat ditemukan dilapangan

Formulir Lapangan

GPS TIPE GEODETIC 1. GPS tipe Geodetic adalah GPS yang mampu mengamati titik dengan ketelitian pengamatannya mampu menghasilkan posisi dengan akurasi yang tinggi, baik menggunakan satu frequensi (ketelitian cm s.d dm) ataupun dua frequensi (ketelitian dm s.d mm) 2. Syarat ketelitian pengamatan GPS Horisontal Accuracy pengamatan GPS di lapangan 1/3 Resolusi Spasial Citra Satelit

GPS Handheld vs GPS tipe Geodetic GPS Tipe Geodetic GPS Handheld

METODE PENGAMATAN GPS 1. Menggunakan Metode Diferensial dengan menggunakan paling sedikit dua receiver yang mana salah satunya diletakan pada titik yang telah diketahui koordinatnya (stasiun referensi) 2. Stasiun referensi tersebut adalah Orde 0 dan 1 milik BIG, orde 2 dan 3 milik BPN (syarat penggunaan orde 2 dan 3, hasil pengolahan GPS harus FIX)

LAMA PENGAMATAN Lama pengamatan, disesuaikan dengan jarak dan metode yang digunakan 1. Jika menggunakan metode statik dengan baseline sekitar 20-30 km maka lama pengamatan 40-60 menit. 2. Jika menggunakan metode RTK, pengamatan dilakukan sampai hasilnya FIX atau minimal 20 cm.

Orthorektifikasi Citra Satelit Resolusi Tinggi (QuickBird) Contoh software yang digunakan adalah PCI Geomatic 2013 1. Input data citra 2. Input GCP dan DEM 3. Orthorektifikasi dan Resampling

Perbandingan posisi GCP Rencana sebelum dan sesudah Orthorektifikasi

Uji Akurasi Uji Akurasi Citra Kota Bogor Hasil Uji Akurasi Horisontal 10,229 meter > 2.5 meter maka belum memenuhi syarat ketelitian untuk peta skala 1:5000 No( Nama CP Jarak ke Titik GPS yang bersesuaian X GPS Y GPS X CP Y CP (X GPS -X CP ) 2 (Y GPS -Y CP ) 2 (X GPS -X CP ) 2 + (Y GPS -Y CP ) 2 1 BGR 01 7.261 695700.590 9278368.733 695707.120 9278365.560 42.641 10.069 52.710 2 BGR 02 3.421 697736.815 9279122.801 697734.466 9279120.314 5.517 6.183 11.700 3 BGR 03 5.461 695787.443 9275644.166 695782.611 9275641.622 23.349 6.469 29.818 4 BGR 05 2.612 698378.731 9275171.791 698377.489 9275169.494 1.542 5.278 6.820 5 BGR 06 3.177 701185.900 9274986.368 701183.493 9274988.443 5.794 4.304 10.098 6 BGR 07 6.999 695503.034 9272122.167 695500.290 9272115.729 7.529 41.454 48.982 7 BGR 08 1.931 701979.999 9272641.354 701979.340 9272639.539 0.433 3.295 3.729 8 BGR 09 9.169 700256.635 9272199.423 700252.858 9272207.778 14.267 69.802 84.069 9 BGR 10 1.987 698079.281 9272121.457 698077.403 9272120.809 3.526 0.421 3.946 10 BGR 12 2.977 699568.709 9269955.358 699566.220 9269953.726 6.198 2.665 8.862 11 BGR 13 1.307 702196.061 9270278.296 702195.389 9270277.175 0.451 1.258 1.709 12 BGR 14 10.562 702710.595 9267516.695 702720.173 9267512.244 91.743 19.812 111.555 13 BGR 15 2.757 700843.212 9267453.515 700841.033 9267451.827 4.751 2.849 7.600 14 BGR 16 4.330 698456.603 9266803.600 698455.008 9266799.574 2.543 16.203 18.746 15 BGR 17 3.511 699037.331 9264341.028 699040.831 9264340.740 12.248 0.083 12.330 16 BGR 18 12.684 701266.312 9265088.585 701267.998 9265076.014 2.844 158.031 160.875 17 BGR 19 4.498 703399.809 9264605.321 703396.741 9264602.031 9.410 10.825 20.235 Jumlah (17 CP) 593.784 Rata-rata (17 CP) 34.928 RMSEr (17 CP) 5.910 Akurasi Horisontal (17 CP) 10.229

Uji Akurasi Uji Akurasi Citra Wilayah Lumajang Hasil Uji Akurasi Horisontal 1,341 meter < 2.5 meter maka memenuhi syarat ketelitian untuk peta skala 1:5000 No Titik ICP Jarak ke titik GPS yang bersesuaian Koordinat GPS Koordinat ICP (citra) GCP X Y X Y (X GPS -X CP ) 2 (Y GPS -Y CP ) 2 (X GPS -X CP ) 2 +(Y GPS -Y CP ) 2 1 LMJ-15 1.253 739992.543 9092347.934 739993.796 9092347.923 1.571 0.000 1.571 2 LMJ-17 1.027 740343.201 9094979.749 740343.599 9094978.800 0.158 0.900 1.058 3 LMJ-20 1.053 739555.654 9098851.551 739556.678 9098851.784 1.049 0.054 1.103 4 LMJ-21 0.987 742078.398 9097885.509 742078.799 9097884.606 0.161 0.816 0.977 5 LMJ-24 0.706 744206.696 9097450.757 744207.000 9097451.398 0.093 0.411 0.504 6 LMJ-45 0.276 743965.475 9099943.819 743965.198 9099943.799 0.077 0.000 0.077 7 LMJ-40 0.530 749333.195 9105785.646 749332.795 9105786.000 0.160 0.125 0.285 8 LMJ-37 0.383 746643.980 9108218.104 746643.596 9108218.107 0.147 0.000 0.147 9 LMJ-36 0.272 746313.870 9110060.592 746313.599 9110060.600 0.073 0.000 0.074 10 LMJ-34 0.873 748997.959 9112629.070 748997.394 9112628.398 0.319 0.452 0.771 11 LMJ-32 0.188 748916.542 9115753.924 748916.400 9115753.803 0.020 0.015 0.035 Jumlah (11 CP) 6.601 Rata-rata (11CP) 0.600 RMSEr (11 CP) 0.775 Akurasi Horisontal (11 CP) 1.341 meter

Pemeriksaan peta dasar Pemeriksaan digitasi terhadap unsur-unsur : -BWP (Bagian Wilayah Perkotaan) -Sungai -Jalan -Bangunan -Landuse eksisting -Toponimi

DIGITASI PETA BERDASARKAN CITRA YANG SUDAH DIKOREKSI Proses digitasi untuk membentuk data vektor dari data citra. Pada proses digitasi dilakukan interpretasi terhadap objek-objek yang nampak di citra satelit.

UNSUR PERAIRAN Menggambarkan: Jaringan sungai dan drainase Garis tepi perairan, yaitu garis batas daratan dan air yang menggenang (tepi danau/situ, garis tepi rawa, dan garis tepi empang) Segmen garis sungai harus terhubung satu dengan lainnya membentuk satu jaringan yang bermuara pada satu titik. Aliran sungai harus mengikuti kesesuaian kontur

Unsur Gedung dan Bangunan Gedung dan bangunan didigitasi satu persatu berdasarkan kenampakan atapnya. Gedung dan bangunan yang berhimpitan dan atapnya saling menyatu dianggap satu blok rumah. Gedung dan bangunan diberi simbol dan nama. Gedung dan bangunan yang tidak terdapat pada Informasi tepi hanya diberi nama tanpa simbol. Batas persil tanah dibuat sesuai kebutuhan. 35

APAKAH ATAP BANGUNAN HARUS DIDIGITASI? Atap bangunan didigitasi agar memudahkan survey lapangan untuk mengidentifikasi persoalan peruntukan dan pemanfaatan ruang yang ada sebagai bahan untuk merumuskan peraturan zonasi yang tepat. Selain itu, dari survey lapangan yang diplotkan pada atap bangunan akan dapat diketahui pola tutupan lahannya. 36

Dading Huisan Sabulubulu BAGAIMANA JARINGAN JALAN DIDIGITASI? Jaringan jalan harus didigitasi dalam dua bentuk. Pertama, sebagai dua garis sejajar (jika lebar > 2.5 m) sehingga membentuk blok jalan. Kedua, sebagai garis tunggal pada porosnya Poros jalan digunakan untuk menggambarkan jaringan utilitas beserta dengan atributnya. 37

SURVEI KELENGKAPAN LAPANGAN Melakukan verifikasi penutupan lahan/hasil interpretasi citra Pengecekan data batas administrasi Pengecekan unsur nama geografis (unsur perairan, nama desa, kampung/permukiman, perumahan, bangunan pemerintah, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan lain-lain) pendetilan dari peta RBI.

SURVEI KELENGKAPAN PETA Survey Kelengkapan Informasi pada Peta dengan GPS Suasana pertemuan dengan Kepala Desa Untuk penentuan batas administrasi

Entry Data Lapangan Entry data lapangan merupakan kegiatan penyusunan basis data secara digital dari hasil kegiatan survei kelengkapan data lapangan dan toponimi terhadap data spasial dalam format vektor.

Pemeriksaaan Peta Tematik Peta Tematik Jaringan infrastruktur skala 1 : 5000, jika tidak ada digunakan peta dengan skala yang tersedia.

Pemeriksaan Peta Rencana 1. Sinkronisasi RDTR dengan RTRW Mengacu pada rencana pola ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW Rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang termuat dalam RTRW Rencana pola ruang BWP yang termuat dalam RDTR 2. Sinkronisasi Substansi Perda RDTR dengan peta

Peta Rencana Pola ruang Kota Salatig

Peta Rencana Jaringan Telekomunikasi BWP Pusat Kota

Peta Rencana Jaringan Air Minum BWP Pusat Kota

Pemeriksaan Album Peta Layout Peta dan Tata Letak (Mengikuti NSPK BIG dlm progress) Simbol-simbol (Mengikuti NSPK BIG dlm progress) Pewarnaan (Mengikuti PP No 8 tahun 2013 dan Permen PU No 20 Tahun 2011) Sumber data (Sumber data sesuai dengan sumber sebenarnya) Indeks Peta (Indeks peta cetak skala 1: 5000 mengikuti indeks peta RBI)

Pemeriksaan Album Peta Kelengkapan peta dalam RDTR ditampilkan dalam dua bentuk : Penuh satu BWP, skala peta mengikuti ukuran kertas, dicetak pada kertas ukuran A1. Per NLP (nomor lembar peta), pada skala 1 : 5.000, dicetak pada kertas ukuran A1. Pembagian lembar peta (sheet) mengikuti indeks peta RBI

Format Penuh Ukuran muka peta menyesuaikan luas wilayah. Grid peta dibuat dengan grid geografi dan UTM, selang grid dibuat proporsional. Ukuran muka peta menyesuaikan dengan luasan BWP. Skala mengikuti ukuran kertas (A1) Informasi tepi, baik format landscape maupun portrait dibuat disebelah kanan.

Format NLP Grid peta dibuat dengan grid : Geografi selang grid (15 ) UTM selang grid (500m) Ukuran muka peta 75 x75 sesuai peta dasar RBI. Skala peta dibuat pada 1 : 5.000 Informasi tepi, baik format landscape maupun portrait dibuat disebelah kanan.

Sistematika Indeks Peta RDTR skala 1 : 5000 Ukuran Lembar Peta Skala Format Ukuran peta Ukuran di Lapangan 1 : 1.000 15 x 15 45 cm x 45 cm 450 m x 450 m 1 : 2.500 50 x 50 62 cm x 62 cm 1500 m x 1500 m 1 : 5.000 75 x 75 45 cm x 45 cm 2250 m x 2250 m 5.062.500 m₂ = 5,062 km₂ = 506,25 ha/nlp

Sistematika Indeks Peta RDTR skala 1 : 5000 Penomoran Lembar Peta Skala 1:5000 dan 1:1000 (dari lembar peta 1:10.000) C U V W X Y P Q R S T A K L M N O F G H I J 1209-1441 D B 150 NLP 1209-1441 1209-1441D 1209-14417 Keterangan Nomor Lembar Peta skala 1:10.000 format 150 x 150. Satu NLP dibagi menjadi 4 NLP pada skala 1:5.000 masing-masing berukuran 75 x 75 Nomor Lembar Peta skala 1:5.000 format 75 x 75 Satu NLP dibagi menjadi 9 NLP pada skala 1:2.500 masing-masing berukuran 50 x 50 Nomor Lembar Peta skala 1:2.500 format 50 x 50 Satu NLP dibagi menjadi 25 NLP pada skala 1:1.000 masing-masing berukuran 15 x 15 A B C D E 15 15 150 1209-1441AE Nomor Lembar Peta skala 1:1.000 format 15 x 15

Sinkronisasi Peta dengan Raperda

Terima kasih BERSAMA MENATA RUANG INDONESIA YANG LEBIH BAIK PUSAT PEMETAAN TATA RUANG DAN ATLAS BADAN INFORMASI GEOSPASIAL