ETSA & B ndinģ AgЁņT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 BAHAN ADHESIF. Kata adhesi berasal dari bahasa latin adhaerere yang berarti menyatukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki warna yang hampir mirip dengan warna gigi asli dan kekuatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan bahan adhesif telah menyebabkan restorasi resin komposit lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adhesif atau bonding sistem (Puspitasari, 2014). Sistem mekanik yang baik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dilakukan pada masa kini. Setiap tahap perawatan saluran akar sangat menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Beberapa dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif resin

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah servikal gigi sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Lama Pengaplikasian Bahan Bonding

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Komposit terus mengalami peningkatan kualitas dengan adanya bahan filler yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. telah banyak perbaikan yang dicapai dalam hal warna dan daya tahan terhadap

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Restorasi resin komposit telah menjadi bagian yang penting di dunia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil studi morbiditas SKRT-Surkesnas menunjukkan penyakit gigi menduduki urutan pertama (60% penduduk)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beberapa tahun terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. 27 Dewasa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencegah, mengubah dan memperbaiki ketidakteraturan letak gigi dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Selama beberapa tahun terakhir, perawatan endodontik cukup sering

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Simple Random Sampling. itu direndam dalam larutan fisiologis. Silinder dengan diameter 4 mm dan tinggi 4 mm

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. yang paling sering digunakan dibidang kedokteran gigi restoratif. Selain segi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. Abrasi merupakan suatu lesi servikal pada gigi dan keadaan ausnya

BAB III METODE PENELITIAN. tentang Pengaruh Lama Pengaplikasian Bahan Bonding Total-Etch Terhadap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia adalah cabang dari Ilmu Kedokteran Gigi yang mempelajari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. suatu infeksi ulang (Namrata dkk., 2011). Invasi mikroorganisme terjadi melalui

Abstract. Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

PEMAKAIAN BAHAN ADHESIF TOTAL ETCHING DAN SELF ETCHING DI KEDOKTERAN GIGI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan saluran akar merupakan suatu usaha perawatan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara bahan restorasi dengan jaringan gigi merupakan hal yang penting

BAB I PENDAHULUAN. utama yaitu preparasi biomekanis saluran akar atau pembersihan dan

PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan

KEKUATAN REKAT RESTORASI KOMPOSIT RESIN PADA PERMUKAAN DENTIN DENGAN SISTEM ADHESIF SELF-ETCH DALAM BERBAGAI TEMPERATUR

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggantikan gigi hilang. Restorasi ini dapat menggantikan satu atau lebih gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik restorasi indirek maupun pasak. Dibandingkan semen konvensional, semen

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1

Perbedaan Kekuatan Geser dan Kekuatan Tarik pada Restorasi Resin Komposit Microhybrid dengan Bonding Generasi V dan Bonding Generasi VII

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Semen ionomer kaca tipe 1 (Fuji I, GC, Japan)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PREPARASI BEVEL PADA RESTORASI KLAS I RESIN KOMPOSIT BERBASIS SILORANE TERHADAP CELAH MIKRO (PENELITIAN IN VITRO)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penjangkaran, akrilik, dan pasien dapat memasang atau melepas alat tersebut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. restorasi general (Heymaan et al, 2011). depan karena faktor intrinsik (Heymaan et al, 2011).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tumpatan warna gigi yang lain (Winanto,1997). Istilah resin komposit dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dalam proses reparasi gigi baik pada perawatan endodontik maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan pada spesimen adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk.,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu

4.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Identifikasi variabel Variabel bebas : - Varnis - Bonding agent Variabel terikat :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pengunyahan, meningkatkan pengucapan dan memperbaiki estetika

UNIVERSITAS INDONESIA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melindungi jaringan periodontal dan fungsi estetik. Gigi yang mengalami karies,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi. Resin komposit banyak digunakan sebagaibahan restorasi pada gigi anterior

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah ekperimental laboratoris murni.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. terus-menerus, yaitu mencabutkan atau mempertahankan gigi tersebut. Dewasa

BAB 2 BAHAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT

Transkripsi:

ETSA & B ndinģ AgЁņT

ETSA ASAM Resin komposit mempunyai sifat koefisien ekspansi termal yang tinggi dibandingkan email dan dentin, sehingga ikatan antara komposit dengan jaringan gigi lemah Agar terjadi perlekatan yang baik antara resin komposit dengan jaringan gigi, caranya dengan teknik etsa asam Penutupan tepi restorasi resin komposit akan stabil

TUJUAN Kegunaan melakukan etsa asam pada jaringan gigi untuk mendapatkan retensi tanpa perlu membuang jaringan sehat gigi lebih banyak. Asam fosfat dengan konsentrasi 30-50 % (paling banyak digunakan di klinik) 1. sifat larutannya stabil 2. mudah didapat 3. iritasi terhadap jaringan yang rendah

Pada pengetsaan email Tampak daerah yang mengalami demineralisasi Bahan bonding akan berpolimersasi dan masuk ke dalam celah-celah ini menghasilkan ikatan yang kuat Diatasnya diberi resin komposit yang akan mengadakan ikatan kimia dengan bahan pengikat tadi

Pengetsaan pada dentin Mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun 1970 pengetsaan dilakukan pada email dan dentin yang disebut total ecth tchnique dengan menggunakan asam fosfat 37 % Asam ini berpenetrasi sangat sedikit ke dentin sehingga tidak menyebabkan inflamasi pulpa

Reaksi Dentin terhadap Asam Etsa Perubahan-perubahan yang terjadi dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : 1. Demineralisasi superfisialis Asam pertama kali akan melarutkan smear layer yang terdapat pada bagian dentin terluar yang telah dipreparasi Waktu yang diperlukan asam untuk melarutkan smear layer jauh lebih kecil daripada waktu yang digunakan untuk mengetsa

2. Demineralisasi Kompleks tubuli dentin Asam etsa yang telah melarutkan smear layer kemudian berkontak dengan matriks dentin dan menyebabkan demineralisasi yang akan menghasilkan porositas pada dentin. Demineralisasi dentin menyebabkan denaturasi kolagen sehingga kolagen dentin menjadi lemah

3. Perubhn perfusi cairan dentin akibat permeabilitas dentin meningkat Pelarutan komponen smear layer sebagai akibat berkontaknya asam dng dentin dapat meningkatkan permeabilitas dentin. Smear layer berfungsi dalam : 1. membatasi difusi molekul-molekul besar ataupun kecil berpenetrasi ke dlm pulpa melalui tubuli dentin 2. mengatur koveksi cairan tubuli dentin yang berperan dalam mekanisme sensitivitas dentin sesuai dengan teori hidrodinamik 3. Smear layer bertanggung jawab terhadap perubahan permeabilitas dentin

Prosedur Etsa Asam 1. Gigi diisolasi dng cotton roll atau rubber dam 2. Asam fosfat 37 % diaplikasikan pada email dan dentin menggunakan sikat halus atau kuas, selama 15 detik 3. Email dan dentin dicuci dengan air bertekanan agar jaringan mineral gigi yang larut dan sisa asam hanyut bersama air. Waktu pencucian efektif yang dianjurkan adalah 15 detik

4. Email dan dentin dikeringkan dng semprotan angin selama 15 detik. Mengeringkan dengan menggunakan kapas atau cotton pellet dapat menyebabkan serat kapas tertinggal dan akan menyumbat porus hasil pengetsaan 5. Permukaan email yang telah dietsa terlihat kusam dan terlihat seperti kapur

PENGARUH PENGETSAAN THD PERMUKAAN ENAMEL &DENTIN ENAMEL Tdd bhn anorganik : 95-98% hidroksiapatit (HA) Enamel dietsa kristal hidroksiapatit terlarut (ion kalsium fosfat) kekasaran mikroskopik pd perm email sebagai ikatan fisik (mikromekanik) antara komposit & enamel

DENTIN Tdd : 20% bhn organik (kolagen) 80% bhn anorganik HA Tersusun atas 4 elemen utama : a. tubulus dentin b. peritubular dentin c. intertubular dentin d. Kolagen tipe 1 yg berikatan dg kristal apatit & cairan dentin

Etsa akan menghilangkan smear layer dentin, tubulus dentin serat kolagen terbuka Asam akan melarutkan HA pd peritubular & intertubular dentin di sekitar kolagen jaringan kolagen terekspose Bhn primer msk dlm tubulus dentin & sekitar serabut kolagen yg terbuka resin akan berpenetrasi ke dlm jar kolagen terjadi mechanical interlocking dg dentin

Proses etsa asam menyisakan HA di sekitar kolagen. Aplikasi bhn primer berpenetrasi & membentuk ikatan kimia antara gugus karboksil atau asam fosfat dari monomer bhn primer dg kristal HA yg melapisi kolagen dan keduanya membentuk hybrid layer

A = ADESIF H = HYBRID LAYER T = TAG D = DENTIN

MANFAAT ETSA 1. PERMUKAAN ENAMEL TIDAK RATA resin berpenetrasi dlm permukaan resin tag : a. macrotags : resin tag dlm perifer enamel rod b. microtags : dlm ujung kristal-kristal HA 2. MENINGKATKAN ENERGI PERMUKAAN

BONDING AGENTS Tujuan : untuk memberikan perlekatan yang cukup pada enamel dan dentin Bahan bonding biasanya terdiri atas bahan matriks resin BIS-GMA yang tanpa bahan pengisi atau dengan hanya sedikit bahan pengisi(pasi), yg diaktifkan secara kimia atau resin polimerisasi sinar resin dengan viskositas yang rendah akan mengalir segera ke daerah yang porus yang dihasilkan oleh etsa dan menjamin pembentukan tag resin yang maksimal bahan bonding mencapai suatu perlekatan yang baik dengan gigi Bonding agents tersedia dalam berbagai macam pilihan, yaitu light-cured dan dual-cured, multibottle systems dan light cured, single bottle system

Komposisi dan Reaksi Sebuah bonding agent tdd tiga komponen : Etchant Primer Adhesive Banyak bonding agent mengandung monomer multifungsional (primer/adhesive) dengan grup hydrophilic untuk meningkatkan pembasahan dan penetrasi dari dentin yang dirawat dan kelompok hydrophobic untuk mempolimerisasi dan membentuk ikatan dengan komposit

Primer dan adhesive biasanya terbawa dalam sebuah pelarut seperti aseton, alkohol, atau air - Multiple-bottle systems : komponen-komponen ini dikemas terpisah. - Single-bottle systems : primer dan adhesive digabung menjadi satu. - Single-bottle systems mengandung acidic primers, yang membuatnya dapat digunakan tanpa dilakukan etsa dengan phosporic acid sebelumnya.

Perlekatan pada enamel yang telah dietsa adalah perlekatan mikromekanikal Perlekatan pada dentin memerlukan pembersihan smear layer, yang terdiri dari hidroxyapatite dan sebagian denaturated collagen, dan dekalsifikasi dari intertubular dentin pada kedalaman 1 hingga 5 μm Bonding agent memasuki kolagen yang terpapar dan tidak seperti perlekatan pada enamel, membentuk sebuah hybrid layer. Formasi dari hybrid layer memberikan retensi mikromekanikal terhadap dentin.

ETCHANT Bhn : asam lemah (asam maleat), asam inorgnik kuat dg konsentrasi rendah (asam fosfor/asam nitrat), bhn kelat (EDTA). Disebut juga sbg bhn kondisioner krn untuk mengkondisikan struktur permukaan gigi agar dpt menerima bhn adesif shg dpt membentuk ikatan yg diharapkan. Fungsi : menghilangkan smear layer, demineralisasi dentin peritubular & intertubular

PRIMER Berupa bhn monomer bifungsional, mempunyai sifat hidrofilik & hidrofobik, contoh: HEMA Fungsi : 1. Menghubungkan dentin yg bersifat hidrofilik dg bhn adesif yg hidrofobik 2. Menginfiltrasi dentin peritubular & intertubular yg mengalami demineralisasi 3. Meningkatkan ikatan thd resin dg membentuk lapisan pd perm dentin yg basah

ADHESIVE Bersifat hidrofobik, bahan : Bis-GMA/TEGMA Perlekatan resin adesif yg terpolimerisasi dg fibril kolagen (sist total etch) & sisa kristal HA (sist self etch) menghslkn struktur yg disebut hybrid layer. Merupakan bhn resin tanpa bhn pengisi, tdd komponen primer (HEMA) Fungsi : 1. Membentuk zona interdifusi resin-dentin (lapisan hibrid) dg ketebalan 1-5 µm 2. Membentuk resin tag 3. Menyediakan lap methacrylate yg nantinya berikatan dg komposit

Klasifikasi bonding Menggunakan monomer hidrofobik Bahan adhesiv pertama yang dikenalkan ini adalah Cervident oleh ss white 1965 dimana bahan bonding ini mampu berikatan secara kimia dengan kalsium dan memiliki retensi sekitar 50% dalam 6 bulan Bonding pada generasi ini juga ditinggalkan karena kekuatan bonding sangat rendah yaitu sekitar 2-3 MPA yang hanya mampu sedikit memperbaiki kebocoran tepi.

Cervident

Generasi kedua (akhir 70 anpertengahan 80 an) Bonding agent ini tidak memerlukan pembuangan dari smear layer dan memiliki komponen ester phosphat dari BIS GMA yang telah dimodifikasi. Bahan bonding ini untuk meningkatkan ikatan pada kalsium dari smear layer dan permukaan dentin. Bonding ini dikenal dengan nama Phosphate Bonding Agents Dengan low bond strengths 5-6 Mpa, bonding ini mampu membuat retensi sekitar 70% dalam 1 tahun. Contoh dari bonding agent ini adalah scotch bond 1 and Bondlite

scotch bond 1

Generasi ke tiga (pertengahan 80 an) Bonding generasi ketiga selalu menggunakan resin primer yang hidrofilik Disini conditioner, primer dan resin adhesif diaplikasikan pada langkah langkah yang berbeda contoh sistem bonding yang diperkenalkan adalah : 1. Sistem bonding GLUMA (Glutaraldehydehydroxyethyl methacrylate) sebagai conditioner adalah EDTA dan Primer tersebut berisi glutaraldehyde dan HEMA

2. Scotchbond 2 menggunakan HEMA dan asam maleat sebagai kondisioner, dan primernya terdiri atas HEMA dan BIS-GMA 3. sistem bonding clearfil liner menggunakan 10% asam sitrat dan 20%kalsium klorida sebagai condisioner enamel dan dentin lalu diikuti adhesiv dan primer yang terdiri dari monomer derivat asam salisilat untuk meningkatkan perlekatan pada komponen kolagen dari dentin

setelah pengaplikasian etsa dan primer, dilakukan pengaplikasian resin adhesive pada enamel dan dentin, kekuatan bonding cukup besar, yaitu sekitar 12 MPA scotch bond 2

Generasi ke empat (awal 1990 an) Pada generasi ini pertama kali telah dicapai pembuangan dari smear layer dng sempurna Bonding mempunyai komponen tdd etsa (asam fosfor 32%-37%, asam sitrat 10%, calcium clorida 20%, asam oxalat/aluminium nitrat), primer (NTG-GMA/BPDM,HEMA/GPDM, 4- META/MMA, glutaraldehid), adhesive (Bis-GMA / TEGMA), solvent (aceton, etanol/air). Mempunyai kekuatan perlekatan yang tinggi, dimana menghasilkan retensi 98-100% dalam 3 tahun kekuatan bonding sangat besar, yaitu sekitar 25 MPA

Generasi ke lima (akhir 1990 an) Pada bonding generasi kelima ini telah dilakukan suatu usaha penyederhanaan, yaitu dengan mengurangi jumlah dari botol dengan mengkombinasikan primer dan adhesiv. Terdiri dari etsa (asam fosfor), primer-adhesive (PENTA, methacrilate phosphonate), solvent (acetone, etanol/air)solvent-free)

Bonding generasi ini mempunyai dua bentuk yaitu one bottle system dan self-etching primer. One bottle system merupakan kombinasi dari primer dan adhesive yang diaplikasikan setelah pengetsaan pada enamel dan dentin. Self-etching primer merupakan perpaduan dari etsa dan primer yang dikerjakan dalam satu waktu.kekuatan bonding sangat besar, yaitu sekitar 25 MPA

Generasi ke enam (akhir 1990 an) Bonding generasi ke 6 ini mengkombinasikan antara primer & condisioner, mengkombinasikan antara primer, condisioner serta adhesiv. Bonding ini tdd dua tipe. 1. berbentuk two bottle, tdd liquid 1 berisi acidic primer dan liquid 2 berisi adhesive. Acidic primer ini diaplikasikan dahulu kemudian dilanjutkan dengan pengaplikasian adhesive, tanpa etsa dengan asam fosfor dan mempunyai solvent air.

2. two bottle primer dan adhesive yang keduanya dicampur lalu diaplikasikan ke gigi, tanpa etsa dengan asam fosfor dan mempunyai solvent air. Kekuatan bonding generasi ini adalah sedang, yaitu sekitar 20 MPA. Contoh bonding ini antara lain Xeno-III, Adper Prompt L-Pop, Futura Bond dan UniFil Bond

AdheSE Prompt L-Pop

Generasi ke tujuh Bonding generasi ketujuh merupakan jenis bonding baru yang menggunakan sistem All-inone adhesives yang mengkombinasikan kondisioner, primer dan adhesiv. Kekuatan bonding sangat besar, yaitu 25 MPA. Contoh : G-bond merupakan bonding dari product GC ( Jepang ), i-bond dan Xeno-IV Produk bonding generasi 7 ini hanya membutuhkan 1 x pengaplikasian.

Bonding generasi 7 adalah bonding revolusi baru dimana etching dan bonding dalam satu botol. Menggunakan sistem yang sederhana : hanya mengaplikasikan produk bonding pada permukaan gigi yang akan dilakukan etching dan bonding, tunggu 10 detik, kemudian semprot angin dengan kuat dan light cure selama 10 detik

Keunggulan bonding generasi ketujuh Kemasan etching dan bonding dalam satu botol Etching tidak terpisah Hanya sekali lapis Teknik mudah dan hemat waktu Tiga langkah kerja hanya dalam 30 detik Demineralisasi dibawah 1µm

Menyediakan cukup mineral untuk chemical adhesion Melindungi dan menutup tubulus dentinalis dengan sempurna, meminimalkan resiko sensitivitas paska perawatan Monomer menghasilkan lapisan hybrid dng penutupan lbh baik, resiko kebocoran sangat kecil (nano-leakage) Double chemical adhesion : 4-MET berikatan pada dentin Phosphoric Acid Ester berikatan pada enamel

Bebas Hema Lebih tahan dalam mulut karena Hema adalah hidrofil yang menyerap air sehingga tidak ada perubahan warna, tidak terjadi degradasi Tidak menimbulkan alergi Lapisan tidak ada gelembung udara Kandungan Acetone mencegah terjadinya kontaminasi oleh air Aplikasi praktis Mempersingkat waktu kerja, mengurangi kemungkinan kesalahan teknik Ikatan tetap stabil

Bersifat hidrofobik sesudah penyinaran shg untuk kasus kavitas klas V yang berbatasan dengan gingiva, kavitas akan terjaga tetap kering. Lapisan bonding sangat tipis (kurang dari 10 micrometer) - meningkatkan estetik restorasi Penyimpanan pada suhu ruangan di bawah suhu 28 C

G-Bond I-Bond

Perbandingan komponen dari sistem adhesiv gigi dari generasi kegenerasi tahapan Etsa enamel dan dentin Pelapis dasar dentin Pelapis enamel dan dentin Boding generasi ke 4 Boding generasi ke 5 Boding generasi ke 6 Etsa etsa Self-etching primer primer Self-priming Self-etching resin/sealer primer Boding generasi ke 6 (mixing required) Self-etching self-priming resin/sealer Self-etching Self priming resin/sealer Resin/sealer Self priming Resin/ sealer Self etching, resin/sealer priming resin/sealer Boding generasi ke 7 (non mixing required) Self-etching self-priming resin/sealer desensitizer Disinfectant Self-etching self-priming resin/sealer desensitizer disinfectant Self-etching, selfpriming resin/sealer desensitizer disinfectant

Perbandingan tahapan dan jumlah komponen dari masing masing bonding

Perbandingan kekuatan adhesiv gigi dari generasi kegenerasi

BERDASARKAN JUMLAH TAHAPAN DLM APLIKASI A. TOTAL-ETCH ADHESIVE Ada 2 macam yaitu : 1. three-step total-etch adhesive Menggunakan etsa asam, bhn primer & bonding. Tdd 3 tahap aplikasi : 1. Asam menghilangkan smear layer & smear plug 2. Permukaan yg telah dietsa diberi bhn primer 3. Aplikasi bhn bonding Bhn primer & adhesive berada dlm botol yg terpisah ( two-bottle component )

2. two-step total etch adhesive Bhn primer & adhesive digabung dlm satu kemasan ( single-bottle component ) Tdd 2 yaitu tahap aplikasi yaitu etching & rinsing (gab primer & adhesive) B. SELF-ETCH ADHESIVE Bhn etsa & primer digabung dlm 1 botol Tdd 2 thp : pengetsaan & bonding, tdk ada thp pencucian & pembuangan smear layer. Aplikasi bhn adesif membentuk hybrid layer & resin tag

Self-etch adhesive ada 2 macam yaitu : 1. two-step self-etch adhesive tdd 2 tahap aplikasi : self-etch primer dilanjut dg thp aplikasi resin adhesive 2. one-step self-etch adhesive ( all-in-one adhesive ) semua unsur bonding dikombinasikan dlm satu kemasan 1 tahap aplikasi Tujuan : mengurangi wkt kerja, mengurangi sensitifitas, mencegah kolapsnya kolagen

Mekanisme perlekatan self-etching. A. Smear layer yang melekat pada permukaan dentin. B. Aplikasi asam primer (biru) akan berpenetrasi ke dalam smear layer dan smear plug. C. Kemudian diaplikasikan bahan adhesif.

Ikatan antara bhn restorasi & perm gigi yg dilakukan total etch lbh kuat dibanding sist self etch krn bhn etsa & irigasi akan melarutkan smear layer, etsa akan melarutkan 10µm enamel, membuat lap porus dg kedlman 5-50 µm bhn adesif berpenetrasi dg baik ke tub dentin.