BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi tingkat pendidikan di suatu Negara maka Negara tersebut dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh manusia untuk mencapai suatu perkembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. selalu tumbuh dan berkembang. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari harinya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang dialami langsung oleh siswa. Nana Sudjana. (2008:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu secara langsung ataupun tidak langsung dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas pada pembelajaran. Sikap antisipasi dari para

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia dan memegang peranan

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. PKn SD tidak saja menanamkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk. kehidupan Bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang

BAB I PENDAHULUAN. menuntut manusia untuk selalu berpikir dan mencari hal-hal baru.

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti penyelidikan, penyusunan dan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

`BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru tidak hanya mentransfer ilmu kepada

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. luas, kreatif, terampil dan berkepribadian baik. oleh masyarakat yang ditujukan kepada lembaga pendidikan, baik secara langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. itu, untuk menciptakan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif dan produktif

I. PENDAHULUAN. Masalah, dan Pembatasan Masalah. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. PSKGJ - Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha-usaha perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pemerintah melalui kegiatan

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Pendidikan Dasar (SD dan SLP) dan Pendidikan Menengah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

I. PENDAHULUAN. (2012:5) guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam aktivitas sehari-hari, manusia tidak lepas dari interaksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2013, hlm Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Strategi & Desain Pengembangan Sistem

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

I. PENDAHULUAN. Guru mengajar hendaknya memiliki kemampuan yang cukup, ditunjukkan dengan

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS. mengerti dan memahami sesuatu yang baik. Sesuai dengan pendapat menurut

BAB I PENDAHULUAN. diakui oleh masyarakat. Dalam lembaga pendidikan formal, aktifitas pendidikan. terlaksana melalui kegiatan pembelajaran.

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FUTSAL

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang wajib diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berbicara merupakan kemampuan awal yang harus dimiliki

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan aspek penting bagi kehidupan manusia. Di dalam kehidupan sehari-hari, bahasa digunakan sebagai alat komunikasi ketika manusia berinteraksi satu sama lain. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat mengungkapkan maksud dan keinginannya. Setiap manusia harus dapat menggunakan dan memahami bahasa dengan baik dan benar agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Bahasa yang digunakan sebagai pengantar dalam berkomunikasi bangsa Indonesia adalah Bahasa Indonesia selain menggunakan bahasa daerah masingmasing. Seluruh bangsa Indonesia harus dapat menggunakan dan memahami Bahasa Indonesia secara baik dan benar agar tujuan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu dapat tercapai. Pembelajaran menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar harus dimulai sejak dini agar dapat terbiasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun. Mulai dari keluarga, sekolah, bimbingan belajar, dan perguruan tinggi. Pada tingkat sekolah, Bahasa Indonesia telah diajarkan sejak jenjang Sekolah Dasar (SD). Pembelajaran Bahasa Indonesia sangat penting untuk dilakukan sebab bahasa merupakan salah satu kunci keberhasilan peserta didik nantinya dalam menguasai segala bidang. Menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006, pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan dapat menjadikan peserta didik mampu berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan dan tulisan serta dapat menghargai hasil karya sastra Indonesia. Hal ini selaras dengan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 yang berbunyi: 1

2 Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, (2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, (3) Memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, (4) Menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, (5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, (6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Peserta didik dapat berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar serta mampu melakukan apresiasi sastra jika peserta didik memiliki antusiasme dan hasil belajar yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia dilakukan melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pembelajaran yang menantang dan melibatkan partisipasi aktif peserta didik akan berpengaruh terhadap hasil belajar. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pembelajaran akan berhasil jika suasana belajar di dalamnya membuat siswa nyaman dan terus tertantang untuk menunjukkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya sehingga tidak hanya guru yang aktif di dalam kelas namun justru siswa yang menjadi subyek pembelajaran (student center). Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab III Pasal 4 Ayat 4 yang menjelaskan bahwa pendidikan dilaksanakan dengan memberi keteladanan, membangun motivasi belajar, dan membangun kreativitas siswa. Pembelajaran

3 Bahasa Indonesia harus dapat membuat siswa kreatif dalam mengembangkan setiap unsur bahasa. Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai komponen, dintaranya adalah pendekatan pembelajaran, strategi, model, metode, tehnik, media, bahan ajar, dan berbagai komponen lainnya. Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Model pembelajaran adalah rangkaian antara pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, serta teknik dan taktik pembelajaran (Komalasari, 2010, h. 57). Model pembelajaran yang tepat akan dapat mengembangkan seluruh potensi yang terdapat pada diri siswa. Pembelajaran berlangsung secara efektif sehingga hasil belajar tinggi. Pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik akan membangkitkan keaktifan belajar siswa hingga hasil belajarnya maksimal. Siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran, bukan merasakan pembelajaran sebagai beban. Walaupun terdapat banyak model dan metode yang inovatif, namun kenyataannya berdasarkan hasil observasi dan wawancara di lapangan pada tanggal 22 Februari 2016 dengan menggunakan dua sampel, yaitu kelas 4 SD Negeri 3 Tanggung dan SD Negeri 4 Tanggung maka didapat data bahwa dari 20 siswa kelas 4 SD Negeri 4 Tanggung hanya terdapat 10 siswa yang memiliki keaktifan yang tinggi ketika dilaksanakan pembelajaran. Sedangkan di SD Negeri 3 Tanggung dari 18 siswa kelas 4 terdapat 10 siswa yang memiliki keaktifan tinggi dalam belajar. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa. Di SD Negeri 3 Tanggung ketuntasan hasil Belajar Bahasa Indonesia saat dilaksanakan tes tengah dan akhir semester hanya sekitar 60%. Tidak jauh berbeda dengan hasil Belajar Bahasa Indonesia di SD Negeri 4 Tanggung saat dilaksanakan tes tengah dan akhir semester juga hanya sekitar 50%. Guru sudah berusaha untuk menggunakan metode diskusi namun hanya terdapat beberapa siswa saja yang aktif mengemukakan pendapat dalam kelompoknya. Sehingga, hasil belajar tinggi hanya diperoleh siswa yang mendominasi dalam kelompoknya. Permasalahan ini terjadi karena berbagai sebab. Selain karena sebagian

4 besar masyarakat di pedesaan yang bermata pencaharian sebagai buruh, pedagang, dan petani dengan tingkat pendidikan rendah sehingga perhatian terhadap pendidikan anak kurang, juga dipengaruhi oleh pendidikan di sekolah yang sebagian besar cara mengajarnya menggunakan ceramah dan tanya jawab. Oleh karena itu diperlukan suatu model yang tepat sehingga tuntutan pendidikan yang semestinya dapat terlaksana. Jika diamati, terjadi ketidaksesuaian antara kondisi riil dan kondisi ideal di kelas 4 SD Negeri 3 Tanggung dan kelas 4 SD Negeri 4 Tanggung. Terjadi ketidaktuntasan belajar sekitar 55 % dari dua sekolah yang dijadikan sampel. Oleh karena itu diperlukan penggunaan model pembelajaran yang variatif agar keaktifan belajar siswa meningkat sehingga berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Terdapat banyak model pembelajaran yang inovatif. Salah satu model pembelajaran yang inovatif adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif menurut Arends (2008, h. 4) adalah model pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerjasama dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Pembelajaran kooperatif menekankan pada kerja sama siswa dan aktifitas kelompok dalam menyelesaikan tugas-tugas terstruktur yang diberikan oleh guru. Ada berbagai tipe dalam model pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah Numbered Heads Together (NHT), Cooperative Script, Student Team Achievement Divisions (STAD), Think Pair and Share, Jigsaw, Snowball Throwing, Team Games Tournament, Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), serta Two Stay Two Stray. Dari seluruh tipe model pembelajaran kooperatif, tipe TGT menurut berbagai penelitian terbukti efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri 4 Tanggung. TGT adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dilaksanakan tanpa membedakan status sosial dan melibatkan permainan serta reinforcement (Komalasari, 2010, h. 67). TGT sesuai dengan perkembangan siswa SD yang masih senang bermain dan berkompetisi antar kelompok. Sehingga melalui TGT, siswa akan memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar dan mengembangkan seluruh potensi yang terdapat dalam dirinya.

5 Berbagai penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT efektif untuk digunakan dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki hasil yang meningkat dibandingkan dengan pembelajaran konvensional berupa ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Hal ini terbukti dengan penelitian yang dilakukan oleh Hakim (2013) menunjukkan adanya peningkatan jumlah siswa dengan nilai tuntas pada mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 4 SD N 02 Koripan. Pada saat pra siklus sebelum diberikan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran tipe TGT dari 20 siswa hanya terdapat 9 siswa yang tuntas. Sedangkan setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran tipe TGT dari 20 siswa hanya terdapat 2 siswa saja yang tidak tuntas. Hal ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Muawanah (2015) yang berjudul Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Pokok Bahasan Bangun Ruang Sederhana Semester II Kelas 4 di MI Sultan Fatah Demak Tahun Pelajaran 2012-2013 menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT sebesar 64,32 lebih tinggi dari pada kelas kontrol yaitu 55,61. Penelitian yang dilaksanakan oleh Indriyati (2012) juga menyatakan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri Gumawang 1 Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang Semester II Tahun 2011/2012. Nilai ulangan siswa yang pada awalnya memiliki rata-rata 55, kemudian pada siklus 1 menjadi 69 dan pada siklus 2 menjadi 74. Dari latar belakang di atas, walaupun telah terdapat berbagai penelitian sebelumnya yang berhubungan tentang keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe TGT namun peneliti tetap tertarik untuk meneliti keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan judul Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas

6 4 di SD Negeri 4 Tanggung Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Ajaran 2015/2016 karena sampel dan populasi pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Sampel dan populasi yang berbeda memiliki karakteristik dan kemampuan siswa yang berbeda pula. Jadi masih terdapat keraguanraguan terhadap efektivitas model pembelajaran tersebut dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Peneliti tertarik melakukan penelitian ini karena sebagian besar guru SD yang terdapat di SD Negeri 4 Tanggung menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi kelompok. Walaupun metode diskusi menekankan pada kerja sama namun hanya terdapat beberapa siswa yang mendominasi kelompoknya. Siswa yang lain pasif dan tidak mampu mengeluarkan pendapat. Hal ini sejalan dengan konsep pembelajaran kooperatif. Oleh karena itu peneliti mencoba menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT yang sama halnya menekankan pada kerja sama namun dikemas dalam sebuah permainan yang menarik bagi siswa. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang terdapat di lapangan yang disajikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran hanya menekankan pada ceramah, tanya jawab, dan diselingi dengan diskusi. 2. Siswa yang mencapai batas ketuntasan hasil belajar Bahasa Indonesia kelas 4 SD Negeri 3 Tanggung dan SD Negeri 4 Tanggung hanya sekitar 55%. 3. Siswa yang memiliki keaktifan belajar tinggi pada kelas 4 SD Negeri 3 Tanggung dan SD Negeri 4 Tanggung hanya sekitar 50%. 4. Ketika berdiskusi hanya terdapat beberapa siswa saja yang mendominasi kelompok.

7 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: apakah model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament efektif untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas 4 di SD Negeri 4 Tanggung Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan semester II tahun ajaran 2015/2016. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas 4 di SD Negeri 4 Tanggung Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan Semester II tahun ajaran 2015/2016. 1.5 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan di atas, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat meyakinkan pembaca terhadap efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TGT serta pengaruhnya terhadap hasil belajar khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. 1.5.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis penelitian ini adalah untuk memperoleh kepastian efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas 4 di SD Negeri 4 Tanggung Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan Semester II tahun ajaran 2015/2016 sehingga bermanfaat bagi mahasiswa, guru, dan para pelaku pendidikan.