Pengaruh Madu Terhadap Proses Penyembuhan Luka Gangren Pada Pasien Diabetes Mellitus

dokumen-dokumen yang mirip
Hubungan Usia Dengan Respon Madu Terhadap Proses Penyembuhan Luka Gangren Pada Pasien Diabetes Mellitus

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Luka bakar adalah salah satu cedera yang paling luas yang

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN OBAT GLIBENKLAMID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH KAPILER DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH VENA MENGGUNAKAN GLUKOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

Pengaruh Pemberian Buah Apel Romebeauty

Jl.Cerme No.24 Sidanegara Cilacap * Kata Kunci : Terapi Steam Sauna, Penurunan Kadar Gula Darah, DM tipe 2

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DI PUSKESMAS JAGASATRU CIREBON


I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB III METODE PENELITIAN


BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

HUBUNGAN RIWAYAT GARIS KETURUNAN DENGAN WAKTU TERDIAGNOSIS DIABETES MELITUS DI RSUD. PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. dan pembuluh darah (Setiati S, 2014). kronik ataupun akut (Sudoyo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB 1 PENDAHULUAN. kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. (Awad,

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB I PENDAHULUAN. juta (PERKENI, 2015). Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun penderita DM di Klinik Pratama Firdaus sebanyak 109 orang.

NASKAH PUBLIKASI. HUBUNGAN ASUPAN SERAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD Dr.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Luka bakar merupakan masalah pada kulit yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

PENELITIAN PENGARUH HEMODIALISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM. Elya Hartini *, Idawati Manurung **, Purwati **

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) dalam darahnya. Yang dicirikan dengan hiperglikemia, yang disertai. berbagai komplikasi kronik (Harmanto Ning, 2005:16).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus adalah kelainan metabolik kronik dimana luka sulit

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. seimbang akan mempengaruhi rasio lingkar pinggang pinggul menjadi

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

Kata Kunci : Diabetes, Pola Makan, Aktifitas Olahraga, Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya ( American Diabetes Association, 2013). Pasien DM

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Pengaruh Madu Terhadap Proses Penyembuhan Luka Gangren Pada Pasien Diabetes Mellitus Nabhani 1 *, Yuli Widiyastuti 2, 1 Prodi DIII Keperawatan, Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta 2 Prodi DIII Keperawatan, Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta 1 nabhani@dosen.stikespku.ac.id 2 yuliwidyastuti@dosen.stikespku.ac.id Kata Kunci Diabetes mellitus, Gangren, Madu Abstrak Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya yang menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler dan neuropati. Beberapa peneliti melakukan penelitian dengan metode pengobatan gangren secara herbal diantaranya yaitu dengan minyak zaitun, minyak kelapa, aloe vera dan madu. Madu sangat dipercaya oleh masyarakat untuk berbagai jenis pengobatan termasuk luka, madu juga mudah didapat selain itu efektif dalam proses penyembuhan luka. Luaran: 1. Publikasi ilmiah dalam Jurnal Nasional yang mempunyai ISSN, 2. Prosiding pada seminar ilmiah (berskala lokal, regional maupun nasional). Hasil Penelitian: Dari hasil uji data pairet t tes hasil t hitung 5.000 dan p value 0.015 karena hasil t hitung 5.000 diatas harga atau > table t: 2.35 dan p < dari 0.05, maka disimpulkan ada manfaat madu untuk mempercepat proses penyembuhan luka gangrene sehingga hipotesis yang berbunyi ada manfaat madu terhadap penyembuhan luka gangrene di terima. Sementara kekuatan pengaruh atau manfaat dapat dilihat hasil Paired Samples Correlations dengan hasil 0.57 atau memiliki kekuatan 57 %, sehingga dapat diketahui ada pengaruh yang sedang. Effect of Honey Against Healing Process Gangrene Injury In Patient Diabetes mellitus Keywords Diabetes mellitus, Gangren, Honey Abstract Diabetes mellitus is a metabolic disorder characterized by hyperglycemia associated with abnormalities of carbohydrate, fat and protein metabolism caused by decreased insulin secretion or decreased insulin sensitivity or both that leads to chronic microvascular complications and neuropathy. Some researchers do research with methods of gangrene treatment herbs such as with olive oil, coconut oil, aloe vera and honey. Honey is very trusted by the community for various types of treatment including wounds, honey is also easy to obtain than it is effective in the wound healing process. Outcomes: 1. Scientific publications in the National Journal that has ISSN, 2. Proceedings on scientific seminars (local, regional and national scale). Result of research: From test result data pairet t test result t count 5000 and p value 0.015 because result t count 5000 above price or> table t: 2.35 and p <from 0.05, hence concluded there is benefit honey to accelerate healing process gangrene wound so that hypothesis which reads there is benefit of honey on healing gangrene wound received. While the power of influence or benefit can be seen the result of Paired Samples Correlations with the result of 0.57 or have the power of 57%, so it can be known there is a moderate influence. 70

Website: ejournal@stikespku.ac.id 1. PENDAHULUAN Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya yang menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler dan neuropati (Yuliana, 2009 dalam NANDA, 2013). Berbagai penelitian epidemiologi menunjukan adanya kecenderungan peningkatan insiden dan prevelensi Diabetes melitus tipe II di berbagai penjuru dunia termasuk Indonesia. WHO menyatakan kasus diabetes di Asia akan naik samapai 90% dalam 20 tahun ke depan (Riskesdas, 2009). Di Indonesia berdasarkan hasil Riskedes (2009) dari 24417 responden berusia >15tahun, 10,2% mengalami toleransi glukosa terganggu (kadar glukosa) 140-200 mgdl setelah puasa selama 4 jam diberikan beban glukosa sebanyak 75 gram, Beberapa hal yang dihubungkan dengan faktor resiko diabetes melitus adalah obesitas, hipertensi, kurangnya aktivitas fisik dan rendahnya konsumsi sayur dan buah (Riskesdes, 2009). Berdasarkan laporan rumah sakit dan puskesmas, prevelensi diabetes mellitus tergantung insulin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008 sebesar 0.16 (Riskesdes, 2009). Salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah gangren, dimana kulit dan jaringan sekitar luka akan mati atau nekrotik dan mengalami pembusukan, Gangren dapat terjadi pada pasien bagian tubuh yang terendah diujung terutama pada ekstremitas bawah. Perawatan luka biasanya mengunakan antiseptik cairan fisiologis (NaCl atau RL) lakukan debridement pada luka dan gunakan kasa steril serta peralatan luka Cloramfenikol, tetrasiklin HCL, silver sulvadiazine 1%, basitracin, bioplacenton, mafenide acetate dan gentamisin sulfat adalah antibiotik yang sering penggunaan antibiotik topikal ini dapat menyebabkan efek yang merugikan seperti peningkatan jumlah koloni pada luka, menimbulkan nyeri dan sensitifitas terhadap sulfa (Moenadjat, 2006). Beberapa peneliti melakukan penelitian dengan metode pengobatan gangren secara herbal diantaranya pengobatan gangren dengan herbal yaitu dengan minyak zaitun (Hammad, 2012), madu (Hammad, 2013) dan aloe vera (Yunita Sari, 2015). Perawatan luka menggunakan aloe vera sebagai pengobatan luka pada gangren karena aloe vera mengandung anti inflamasi, antiseptik agen, glukoman dan aloe vera dapat me-ningkatkan sintesisi kolagen dan kontraksi pada luka (Yunitasari, 2015). Dari berbagai cara tersebut diatas pengusul memilih cara Perawatan luka menggunakan madu karena madu mengandung zat gula fruktosa dan glukosa yang merupakan jenis gula monosakarida yang mudah diserap oleh usus. Selain itu, madu mengandung vitamain, asam amino, mineral, antibiotik dan bahan-bahan aroma terapi. Pada umumnya madu tersusun atas 17,1 % air, 82,4 % karbohidrat total, 0,5% protein, asam amino, vitamin dan mineral. Selain asam amino nonesensial ada jug asam ami-no esensial diantaranya listin, hystadin, tritofan. Karbohidrat yang terkandung dalam madu termasuk tipe karbohidrat sederhana. Karbohidrat tersebut umumnya terdiri dari 38,5% fruktosa dn 31% glukosa. Sisanya 12,9% karbohidrat yang tersusun dari maltose, sukrosa, dan gula lain (Intanwidya, 2006 dalam Kartini, 2009). Kemudian cara perawatan luka gangren dengan madu secara rutin akan lebih baik, dari jaman dulu madu sangat dipercaya oleh masyarakat untuk berbagai jenis pengobatan termasuk luka madu juga mudah didapat selain itu efektif dalam proses penyembuhan luka karena kandungan airnya rendah, juga PH madu yang asam serta kandungan hidrogen peroxida-nya mampu membunuh bakteri dan mikro-organisme yang masuk kedalam tubuh kita. Selain itu madu juga mengandung antibiotika sebagai antibakteri dan antiseptik menjaga luka (Hammad, 2013). 2. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode Quasi Eksperiment Design, disebut eksperimen jenis ini karena belum memenuhi persyaratan. Penelitian ini menggunakan pendekatan One Design Pre-test and Post-test Group, yaitu membandingkan subjek sebelum dan sesudah diberikan tindakan perawatan luka menggunakan madu 71

Populasi dalam penelitian adalah seluruh pasien kunjungan di poliklinik omah luka sejumlah 20 dengan teknik Aksidental sampling. Instrumen menggunakan alat ukur DESIGN menurut Sugawa dkk, (2006) terdiri dari: check list. Data diambil pada bulan Mei sampai Juli 2017. Analisa menggunakan uji Paired t test pada signifikan 5%. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitaian dilakukan pada pasien yang berobat ke klinik omah luka mengalami komplikasi luka gangrene meliputi karakteristik responden (usia dan jenis kelamin), keadaan luka sebelum dan sesudah dilakukan tindakan kompres madu 3.1.1 Karakteristik Responden berdasarkan Usia Tabel di atas memperlihatkan distribusi responden berdasarkan usia sebagian besar usia >= 60 tahun (lansia) yaitu sebesar 3 orang (75%). 3.1.2 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) 1 Laki-laki 1 25 2 Perempuan 3 75 Total 4 100 Pada tabel di atas menunjukkan epidemiologi komplikasi gangrene pada diabetes mellitus sering terjadi pada perempuan 75% dibandingkan pada laki-laki hanya 25%. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia No Usia (tahun) Frekuensi Persentase (%) 1 57 1 25 2 62 1 25 3 67 1 25 4 70 1 25 Total 4 100 3.1.3 Deskripsi Luka Responden Tabel 3. Deskripsi Luka Responden Pada perawatan luka menggunakan kompres madu Pada pengolahan data, dilakukan hanya pada 4 responden No Indikator Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3 Kasus 4 Max sbl ssdh sbl ssdh sbl ssdh sbl ssdh 7 1 Depth/kedalaman luka 5 2 4 2 4 1 5 3 2 Exudate/eksudat 2 1 3 1 2 1 4 3 3 Size/luas luka 3 2 3 2 3 2 4 3 6 4 Infection/infeksi 3 1 2 1 3 1 4 3 6 5 Granulasi tissue/jaringan granulasi 5 2 4 2 3 1 5 4 5 6 Nekrotik tissue/jaringan nekrotik 3 1 3 1 2 1 3 2 7 TOTAL 21 9 19 9 17 7 25 18 6 72

Website: ejournal@stikespku.ac.id Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa keadaan luka tergolong berat 2 (20-30) dan sedang 2 (10-19) Tabel 4. Hasil Hasil Uji Distribusi Normal luka Responden (One-Sample Kolmogorov- Smirnov Test) No Luka Nilai p Keterangan 1 Sblm perlakuan 0.846 > 0,05 = normal 2 Stlh perlakuan 0,417 >0,05 = normal Pada tabel di atas menunjukkan data berdistribusi yang normal dan tidak normal yang ditunjukkan dengan membandingkan nilai p terhadap nilai p kritis yaitu 0,05. karena lebih besar maka berdistribusi normal sehingga dilakukan uji parametris. Hasil uji pengaruh madu terhadap proses penyembuhan gangrene Dengan paired t tes hasil t hitung 5.000 dan p value 0.015, hasil t hitung 5.000 diatas harga atau > table t: 2.35 dan p < dari 0.05. Hasi uji kekuatan pengaruh Paired Samples Correlations bahwa keeratan pengaruh paired sample correlation 0,577 (57%) sehingga mempunyai pengaruh yang sedang 3.2 Pembahasan Analisis univariat berdasar jenis kelamin responden 4 responden 75 % wanita (3 orang) dan 25% Laki-laki (1 orang) insiden tersebut senada dengan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang baru dirilis Kementerian Kesehatan (Kemkes) obesitas pada perempuan cenderung lebih tinggi dibanding laki-laki. Perempuan meningkat dari 14,8% (2007) menjadi 32,9% (2013), sedangkan laki-laki hanya 13,9% menjadi 19,7%. Berdasar umur dari 4 responden 75% berusia > 60 th yang golong lansia. Kondisi tersebut sesuai dengan prevalensi bahwa semakin usia lanjut kejadian penyakit semakin meningkat. Karakteristik berdasar luka dari 4 kasus menurut skala design 2 kasus tergolong berat (skor > 20) dan 2 kasus tergolong sedang (skor < 20). Setelah dilakukan perawatan luka masingmasing kasus tidak memberikan respon yang sama hal ini banyak disebabkan oleh banyak factor antara lain kondisi luka itu sendiri, usia, nutrisi. Namun setelah dilakukan perawatan selama dua minggu secara umum terjadi perbaikan luka menjadi lebih bersih dan mengecil seperti hasil skala design rata-rata dari empat kasus dari skor 21 menjadi 11. Dari analisis bivariat diperoleh hasil t hitung 5.000 dan p value 0.015 karena hasil t hitung 5.000 diatas harga atau > table t: 2.35 dan p < dari 0.05, maka disimpulkan ada manfaat madu untuk mempercepat proses penyembuhan luka gangrene sehingga hipotesis yang berbunyi ada manfaat madu terhadap penyembuhan luka gangrene di terima. Dan keeratan pengaruh paired sample correlation 0,577 (57%) sehingga mempunyai pengaruh yang sedang. Seperti telah di jelaskan di bagian atas bahwa dari jaman dulu madu sangat dipercaya oleh masyarakat untuk berbagai jenis pengobatan termasuk luka, madu mengandung vitamain, asam amino, mineral, antibiotik dan bahan-bahan aroma terapi. Sehingga perawatan luka gangren dengan madu secara rutin akan lebih baik, madu juga mudah didapat selain itu efektif dalam proses penyembuhan luka karena kandungan airnya rendah, juga PH madu yang asam serta kandungan hidrogen peroxidanya mampu membunuh bakteri dan mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh kita. Dari hasil penelitian terhadap 4 kasus yang pengukurannya dilakukan sebelum dilakukan perawatan sebagai control dari kondisi luka yang relative tidak sama, terutama terhadap luka pada kasus 4 dengan kondisi luka yang cukup luas dan banyak jaringan nekrosis maka hasil akhir hanya terjadi perubahan yang sedikit dari skor 25 menjadi 18, sementara terhadap kasus 1-3 kondisi luka relative ringan sehingga pada akhir perawatan terjadi perubahan dan perbaikan luka yang cukup signifikan dengan rata-rata skor 19 menjadi 8. 6. SIMPULAN Luka gangrene merupakan komplikasi dari penyakit diabetes mellitus yang sering terjadi 73

karena terjadi kerusakan pada pembuluh darah sehingga jaringan tidak cukup memperoleh aliran darah yang akhirnya terjadi nekrosis. Kondisi ini tindakan perawatan luka memerlukan waktu yang lama, hal ini terbukti dari hasil penelitian dari empat kasus setelah dilakukan perawatan dengan menggunakan kompres madu selama dua minggu walaupun memperlihatkan ada perbaikan luka tapi keadaan luka belum sembuh secara baik dan masih diperlukan perawatan lanjut. Berdasar dari pembahasan kasus tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa madu memiliki manfaat untuk membantu proses penyembuhan luka gangrene pasien diabetes mellitus, hasil uji data menggunakan paired t test mendapatkan hasil t hitung 5.000 dan p value 0.015 karena hasil t hitung 5.000 diatas harga atau > table t: 2.35 dan p < dari 0.05, maka disimpulkan ada manfaat madu untuk mempercepat proses penyembuhan luka gangrene sehingga hipotesis yang berbunyi ada manfaat madu terhadap penyembuhan luka gangrene di terima. Namun demikian penelitian ini masih terdapat keterbatasan seperti jumlah sample yang terbatas hanya 4 dengan kondisi luka yang relative tidak sama dan design penelitian tidak menggunakan variable control, sehingga kurang bisa mengukur secara akurat manfaat madu untuk proses penyembuhan luka. RISKESDAS. 2009. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Nasional 2009. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen RI. -------------------2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDES). Nasional 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen RI. Yunitasari. 2015. Perawatan Luka Diabetes. Yogyakara: Graha Ilmu. 7. REFERENSI Hammad Said. 2012. 77 Resep Sehat dengan Minyak Zaitun. Indonesia: Aqwam ------------------ 2013.99 Resep Sehat dengan Madu.Indonesia: Aqwam Intanwidya, Y. 2006. Analisa Madu dari Segi Kandunganya Berikut Khasiatnya Masingmasing. [serial online]. http://www.mailarchive.com/forum@ alumniakabogor.net/msg01046.html. diakses tanggal 5 Oktober 2015. Moenadjat Y. 2006. Resusitasi: Dasar-dasar Manajemen Luka Bakar Fase Akut. 74