II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya) atau dapat membawa hasil. Menurut

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sunyono (2013) model pembelajaran dikatakan efektif bila siswa dilibatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya) atau dapat membawa hasil. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan kualitas mutu pendidikan menentukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pem-belajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses menyiapkan siswa agar mampu beradaptasi dan berinteraksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui konteks yang terbatas dan tidak sekoyong-koyong. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan

MATERI HIDROLISIS GARAM KIMIA KELAS XI SEMESTER GENAP

II. TINJAUAN PUSTAKA. berhasil guna, manjur atau mujarab, ada efeknya (akibat, pengaruhnya, kesannya).

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA.

Larutan Penyangga XI MIA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

CH 3 COONa 0,1 M K a CH 3 COOH = 10 5

BAB III METODE PENELITIAN. Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki definisi

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dalam pengertian secara umum adalah: kemampuan berdaya guna

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS

LEMBAR SOAL. Mata pelajaran : Kimia. Kelas/Program : XI/IPA Hari, tanggal : Selasa, 8 April 2008 Alokasi waktu : 90 Menit

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

INDIKATOR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PERINCIANNYA. Sub Kemampuan. Memfokuskan pertanyaan. Menganalisis argumen

GALAT TITRASI. Ilma Nugrahani

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media merupakan sarana fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengefektifkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam perjalanan proses pendidikan, belajar merupakan hal yang utama. Hal ini

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20.

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di

II. TINJAUAN PUSTAKA. masalah (problem solving), pengambilan keputusan (decision making), berpikir

2. Keterampilan Berpikir Kritis

LARUTAN PENYANGGA Bahan Ajar Kelas XI IPA Semester Gasal 2012/2013

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I. Standar Kompetensi 1. Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran, dan terapannya

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 3. ASAM, BASA, DAN GARAMLatihan Soal 3.7

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengkategorian Penggunaan Level Mikroskopik dalam Buku Teks. Kimia SMA pada Materi Larutan Penyangga

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan

Tentukan ph dari suatu larutan yang memiliki konsentrasi ion H + sebesar 10 4 M dengan tanpa bantuan alat hitung kalkulator!

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran penemuan (discovery learning) merupakan nama lain

BAB 7. ASAM DAN BASA

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI HIDROLISIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui konteks yang terbatas dan tidak sekoyong-koyong. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan (realitas). Von

Larutan penyangga adalah larutan yang dapat mempertahankan harga ph terhadap pengaruh penambahan sedikit asam atau basa, atau terhadap pengenceran.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan

2/14/2012 LOGO Asam Basa Apa yang terjadi? Koma Tulang keropos Sesak napas dll

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

Dikenal : - Asidimetri : zat baku asam - Alkalimetri : zat baku basa DASAR : Reaksi penetralan Asam + Basa - hidrolisis - buffer - hal lain ttg lart

Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Untuk mengembangkan strategi pembelajaran pada materi titrasi asam basa

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi interaksi komunikasi belajar mengajar antara guru, peserta didik, dan komponen

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

I. PENDAHULUAN. baik, namun langkah menuju perbaikan itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat

Artinya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka 8

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Ilmu Kimia merupakan salah satu ilmu yang memiliki karakteristik yang sama

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang secara khusus

KIMIa ASAM-BASA II. K e l a s. A. Kesetimbangan Air. Kurikulum 2006/2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Matthews dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu: 2001). Menurut Sagala

Soal dan Pembahasan Asam Basa, Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, dan K SP

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery

INTRUKSI Kompetensi Dasar Indikator Sumber Belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MODEL PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMFOKUSKAN PERTANYAAN PADA MATERI GARAM HIDROLISIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

Hidrolisis Garam. Model Problem Based Learning (PBL)

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari mengenai susunan, struktur, sifat, perubahan

Derajat Keasaman dan kebasaan (ph dan poh)

Bab IV Hasil dan Diskusi

kimia ASAM-BASA I Tujuan Pembelajaran

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar

OAL TES SEMESTER II. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat!

H + + OH - > H 2 O. Jumlah mol asam (proton) sama dengan jumlah mol basa (ion hidroksida). Stoikiometri netralisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya) atau dapat membawa hasil. Menurut Hamalik (2005) menyatakan bahwa pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluasluasnya kepada siswa untuk belajar karena aktivitas yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan pengalaman baru bagi siswa untuk mendapatkan pengetahuan baru pula. Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami isi materi yang sedang dipelajari. Sedangkan efektifitas pembelajaran menurut Siddiq (2012) adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Begitupun untuk keefektifan model pembelajaran. Menurut Mergendoller (2006) suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila adanya perbedaan yang signifikan secara statistik terhadap hasil belajar siswa dikelas eksperimen dan kelas kontrol yang ditujukkan dengan peningkatan nilai pretespostes siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan perubahan nilai pretespostes siswa di kelas kontrol.

9 B. Model Pembelajaran Problem Solving Kemampuan memecahkan masalah memerlukan proses berpikir. Jika masalah itu berhasil dipecahkan berarti siswa mempelajari sesuatu yang baru. Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam berpikir seperti mengamati, bertanya, berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungannya perlu terus ditingkatkan. Pemikiran siswa diarahkan pada hal-hal yang menuntut kemampuan mencari jawaban sebanyak mungkin terhadap persoalan yang dihadapinya. Siswa dirangsang berpikir kreatif dan dapat menjajagi bidang-bidang baru dan menghasilkan penemuan-penemuan baru. Berkaitan dengan pengertian yang telah diuraikan, maka pemecahan masalah atau problem solving dapat diartikan sebagai kemampuan yang menunjukkan pada proses berpikir yang terarah untuk menghasilkan gagasan, ide, atau mengembangkan kemungkinan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya agar tercapai tujuan yang diinginkan ( Sumiati dan Asra, 2008 ). Menurut Suryani (2012) langkah-langkah model problem solving yaitu meliputi : 1. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya. 2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain. 3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.

10 4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam hal ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul sesuai. 5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi. Model pembelajaran problem solving (pemecahan masalah) memiliki kelebihan sebagai berikut: 1. Model ini lebih dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan siswa. 2. Proses belajar-mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil. Apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga, masyarakat dan kerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia. 3. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif dan menyeluruh, sebab dalam proses belajarnya siswa banyak berlatih memecahkan permasalahan dari berbagai segi dalam rangka pemecahannya. C. Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Robert Ennis berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Sedangkan menurut Fisher dan Scriven berpikir kritis adalah interpretasi dan eva-

11 luasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi (Fisher, 2008). Menurut Liwoso (Suyanti, 2010) proses pembelajaran berpikir kritis dimulai dengan suatu pernyataan apa yang akan dipelajari, menampilkan temuan tidak terbatas dan pertimbangan kemungkinan-kemungkinan dan kesimpulan pola-pola pengertian yang didasarkan pada kejadian. Alasan-alasan, penyimpangan, dan prasangka baik para pengajar maupun para ahli membandingkan dan membentuk lembaga penilaian. Sedangkan menurut Sembel (Suyanti, 2010) berpikir kritis merupakan sebuah proses. Proses berpikir ini bermuara pada tujuan akhir yang membuat kesimpulan ataupun keputusan yang masuk akal tentang apa yang harus kita percayai dan tindakan apa yang akan kita lakukan. Berpikir kritis bukanlah dilakukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama adalah mempertanyakan jawaban, fakta, atau informasi yang ada. Dengan demikian bisa ditemukan alternative atau solusi terbaiknya. Menurut Ennis (1989) terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis (KBKr) yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelompok keterampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (interfence), membuat penjelasan lebih lanjut (advance clarification), serta strategi dan taktik (strategy and tactics). Adapun kedua belas indikator tersebut adalah: 1. Memfokuskan pertanyaan. 2. Menganalisis argumen. 3. Bertanya dan menjawab pertanyaan.

12 4. Mempertimbangkan kredibilitas sumber. 5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. 6. Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi. 7. Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi. 8. Membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan. 9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi. 10. Mengidentifikasi asumsi. 11. Memutuskan suatu tindakan. 12. Berinteraksi dengan orang lain. Tabel 1. Keterampilan berpikir kritis menurut Ennis Keterampilan berpikir kritis 1. Memberikan penjelasan sederhana Sub keterampilan Indikator berpikir kritis 1. Menfokuskan pertanyaan a. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan b. Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria jawaban yang mungkin. c. Menjaga pikiran terhadap situasi yang sedang dihadapi 2. Menganalisis argumen a. Mengidentifikasi kesimpulan b. Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan c. Mengidentifikasi alasan yang tidak dinyatakan d. Mencari persamaan dan perbedaan e. Mengidentifikasi dan menangani ketidaktepatan f. Mencari struktur dari argumen g. Meringkas 3. Bertanya dan menjawab a. bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi pertanyaan mengapa? dan pertanyaan yang b. Apa alasan utama Anda? me-nantang c. Apa yang Anda maksud dengan...? d. Apa yang menjadi contoh? e. Apa yang bukan menjadi contoh? f. Bagaimana mengaplikasikan ke kasus ini? g. Apa yang menjadi perbedaan? h. Apa faktanya?

13 Tabel 1 (Lanjutan) Keterampilan berpikir kritis 1. Memberikan penjelasan sederhana 2. Membangun kemampuan dasar Sub keterampilan berpikir kritis 3. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang 4. Memutuskan sumber yang dapat dipercaya 5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi 3. Menyimpulkan 6. Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi Indikator i. Apakah ini yang Anda katakan,...? j. Apakah yang ingin Anda katakan lagi mengenai hal tersebut? a. Keahlian b. Mengurangi konflik yang menarik perhatian c. Kesepakatan antarsumber d. Reputasi e. Menggunakan prosedur yang ditetapkan f. Mengetahui resiko g. Kemampuan memberikan alas an h. Kebiasaan berhati-hati a. Mengurangi menggunakan dugaan b. Mempersingkat waktu antara observasi dengan laporan c. Laporan yang dilakukan oleh pengamat d. Mencatat hal-hal yang diperlukan e. Pembuktian f. Kemungkinan dalam pembuktian g. Kondisi akses yang baik h. Kompeten dalam menggunakan teknologi i. Kepuasan pengamat atas kredibilitas kriteria a. Kelas logika b. Mengkondisikan logika c. Menginterpretsi suatu pernyataan 1) Penyangkalan 2) Kondisi yang dibutuhkan dan secukupnya 3) Kata logika lainnya: hanya, jika dan hanya jika. atau, beberapa, kecuali. tidak keduanya, dll.

14 Tabel 1 (Lanjutan) Keterampilan berpikir Sub keterampilan kritis berpikir kritis 3. Menyimpulkan 7. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi Indikator a. Menggeneralisasi a. Kekhasan dari sebuah data: batasan cakupan data b. Pengambilan contoh c. Tabel dan grafik b. Menyimpulkan kesimpulan yang bersifat penjelasan dan hipotesis 1. Tipe-tipe kesimpulan yang bersifat menjelaskan dan hipotesis: 1. Pernyataan sebab akibat 2. Menyatakan hal yang dapat dipercaya dan sikap orang lain. 3. Menginterpretasikan maksud penulis 4. Menyatakan secara historikal tentang halhal yang terjadi 5. Melaporkan definisi 6. Menyatakan sesuatu yang merupakan alasan dan kesimpulan yang tidak tercantum. 2. Menginvestigasi a) Merancang eksperimen, termasuk merancang variabel kontrol. b) Mencari fakta dan fakta yang berlawanan c) Mencari penjelasan yang mungkin 3. Kriteria memberikan anggapan yang tepat. a) Mengemukakan kesimpulan yang dapat menjelaskan fakta b) Mengemukakan kesimpulan berdasarkan fakta c) Alternatif kesimpulan yang tidak sesuai fakta

15 Tabel 1 (Lanjutan) Keterampilan berpikir Sub keterampilan kritis berpikir kritis 3. Menyimpulkan 7. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi Indikator d) Mengemukakan kesimpulan yang masuk akal 4. Membuat penjelasan lanjut 8. Membuat dan mengkaji hasil pertimbangan 9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbang-kan definisi a. Latar belakang fakta b. Konsekuensi c. Menerapkan konsep (prinsip-prinsip, hukum dan asas) d. Mempertimbangkan alternatif e. Menyeimbangkan, menimbang, dan memutuskan a. Bentuk: sinonim, klasifikasi, rentang, ekspresi yang sama, cara kerja, contoh dan non contoh b. Strategi definisi 1) Tindakan: melaporkan maksud, menetapkan maksud, mengungkap-kan posisi pada suatu permasalahan (termasuk rencana dan definisi yang meyakin-kan) 2) Mengidentifikasi dan mengendali-kan (a) Memberikan perhatian kepada keadaan (b) -jenis respon yang mungkin: (i) Definisi yang kurang tepat (respon yang sederhana) (ii) Pengurangan keadaan yang bukan-bukan Menurut definisi tersebut, ada hasil yang tidak sesuai

16 Tabel 1 (Lanjutan) Keterampilan berpikir kritis 4. Membuat penjelasan lanjut Sub keterampilan berpikir kritis 9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbang-kan definisi 10. Mengidentifikasi asumsi 5. Strategi dan taktik 11. Memutuskan suatu tindakan 12. Berinteraksi dengan orang lain Indikator (iii) Mempertimbangkan alternatif interpretasi 3) Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi konten (isi). a. Alasan yang tidak dinyatakan b. Asumsi yang dibutuhkan: rekonstruksi argumen a. Mendefinisikan masalah b. Memilih kriteria untuk mempertimbangkan solusi yang mungkin c. Merumuskan alternatif solusi d. Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan sementara e. Merivew, memasukkan sumber ke dalam laporan dan membuat keputusan f. Memonitor pelaksanan a. Memberi label b. Strategi logis c. Strategi retorika d. Mempresentasikan posisi, baik lisan maupun tulisan Pada penelitian ini, yang dikembangkan adalah kelompok memberikan penjelasan sederhana dengan indikator kemampuan memfokuskan pertanyaan dan sub indikator yang dipilih yaitu merumuskan pertanyaan dan merumuskan kriteria jawaban yang mungkin.

17 D. Hasil Penelitian yang Relevan Berikut ini merupakan hasil penelitian terkait model pembelajaran problem solving : 1. Hasil penelitian Saputra (2012) menemukan bahwa pembelajaran dengan model problem solving lebih efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa daripada dengan pembelajaran konvensional dengan nilai rata-rata n-gain keterampilan berpikir kritis siswa dengan sub indikator (1) mengapa, (2) kemampuan untuk memberikan alasan, (3) mengemukakan hipotesis, (4) membuat bentuk definisi (contoh dan non contoh), dan (5) mendefinisikan masalah. Untuk kelas kontrol dan eksperimen berturut-turut adalah (1) -0.81 dan 0.73, (2) -0.63 dan 0.762, (3) -0.2 dan 0.49, (4) -0.5 dan 0.697, dan (5) 0.44 dan 0.70 2. Penelitian Safitri (2013) menemukan bahwa pembelajaran melalui penerapan model problem solving dapat berpengaruh terhadap tingkat kemampuan siswa dalam mengklasifikasi dan menginferensi pada materi asam-basa. Hal ini tebukti dari rata-rata nilai yang di dadapat dari perolehan nilai posttest. Ratarata nilai keterampilan klasifikasi untuk kelompok tinggi, sedang dan rendah berturut-turut 95 (sangat baik); 86,04 (sangat baik); dan 87,38 (baik). Ratarata nilai keterampilan inferensi untuk kelompok tinggi, sedang dan rendah berturut-turut 93,75 (sangat baik); 78,55 (baik); dan 64,58 (baik). 3. Penelitian Damayanti (2014) menemukan bahwa penerapan model pembelajarn Problem Solving disertai hierarki konsep dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa pada materi hidrolisis garam dengan presentase kreativitas tinggi siswa pada siklus I adalah 48,00% dan meningkat

18 menjadi 76,00% pada siklus II. Pada aspek kognitif, ketuntasan belajar siswa 68,00% pada siklus I meningkat menjadi 80,00% pada siklus II dan aspek afektif menunjukkan bahwa terjadi peningkatan presentase dari 74,49% pada siklus I meningkat menjadi 79,40% pada siklus II. E. Analisis -konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk memecahkan masalah, siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan aturanaturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya. Analisis konsep dengan konsep bujursangkar (Rosser, 1984:461) dalam Dahar (1989) antara lain (1) Nama konsep. Dengan menyetujui nama untuk suatu konsep orang dapat berkomunikasi tentang konsep itu. (2) Atribut-atribut kriteria dan variabel konsep. Atribut-atribut kriteria dari suatu konsep adalah ciri-ciri konsep yang perlu untuk membedakan contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh, dan untuk menentukan apakah suatu objek baru merupakan suatu contoh dari konsep. Atribut-atribut variabel konsep ialah ciri-ciri yang mungkin berbeda antara contoh-contoh tanpa mempengaruhi inklusi dalam kategori konsep itu. (3) Definisi konsep. Pada tingkat formal siswa dapat belajar konsep melalui definisi yang diberikan. Kemampuan untuk menyatakan suatu definisi dari suatu konsep dapat digunakan. Sebagai suatu kriteria bahwa siswa telah belajar konsep itu. (4) Contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh. (5) Hubungan konsep pada konsep-konsep lain : superordinat, koordinat dan subordinat.

19 Tabel 2. Analisis konsep pada materi garam hidrolisis No Nama/ Label Definisi 1 Garam Garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Komponen kation dan anion garam dapat berupa senyawa anorganik seperti klorida(cl ), dan bisa juga berupa senyawa organik seperti asetat (CH 3 COO ) dan ion monoatomik seperti fluorida (F ), serta ion poliatomik seperti sulfat (SO 2 4 ). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa. 2 Garam Garam netral adalah netral garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat dan tidak mengubah warna kertas lakmus konkret konkret Atribut Posisi Contoh Non Kritis variabel Super Ordinat Ordinat Sub Ordinat Contoh Reaksi asambasa Garam netral NaOH, anion dan garam asam HCl, kation garam basa NH 4 OH Senyawa ionik ion positif (kation), ion negatif (anion) hasil reaksi asam dan basa senyawa anorganik senyawa organic ion monoatomik ion poliatomik Berasal dari asam kuat dan basa kuat kation dan anion Teori asambasa Arrhenius Teori asambasa Brownsted Lowry Teori asambasa Reaksi asambasa NaCl, CH 3 COONa CH 3 COOK, NH 4 Cl, NH 4 Br, NaF Na 2 SO 4 NaCl, NaBr, NaI, LiNO 3 CH 3 CO ONa, NH 4 Cl

20 Tabel 2 (Lanjutan) No Nama/ Label 3 Garam asam Definisi Garam asam adalah garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah dan dapat mengubah kertas lakmus menjadi berwarna merah konkret Atribut Posisi Contoh Non Kritis variabel Super Ordinat Ordinat Sub Ordinat Contoh Teori asambasbasa Reaksi asam- NH 4 Cl, kation Al 2 (SO 4 ) 3 dan anion (NH 4 ) 2 SO 4 Terbentuk dari asam kuat dan basa lemah CH 3 CO ONa, NaBr, NaI 4 Garam basa 5 Garam hidrolisi Garam basa yaitu garam yang terbentuk dari basa kuat dan asam lemah Garam hidrolisi adalah reaksi anion atau kation suatu garam, atau keduanya, dengan air sehingga menggeser kesetimbangan air. Reaksi ini biasanya mempengaruhi ph larutan konkret abstrak Terbentuk dari basa kuat dan asam lemah Reaksi anion atau kation suatu garam, atau keduanya, dengan air kation dan anion kation dan anion Teori asambasa Teori asam dan basa Reaksi asam basa Reaksi kesetimbangan Reaksi asambasa Penyangga Hidrolisis parsial(seba gian) Hidrolisis total CH 3 COONa, Na 2 CO 3 CH 3 COOK CH 3 COONa (NH 4 ) 2 SO 4, NaClO 4, Li 3 PO 4, NH 4 Cl, NH 4 Br, CH 3 COONH 4 CH 3 CO ONH 4, NaBr, NaCl, NaBr, NaI, LiNO 3

21 No Tabel 2 (Lanjutan) Nama/ Label 6 Hidrolisis parsial 7 Hidrolisis total Tabel 2 (Lanjutan) Definisi Hidrolisis parsial adalah reaksi antara kation atau anion yang berasal dari asam lemah atau basa lemah dengan air yang terjadi ketika garam dari asam lemah dan basa kuat (garam basa) atau garam yang berasal dari basa lemah dan asam kuat (garam asam) dilarutkan dalam air Hidrolisis total adalah reaksi antara kation dan anion yang berasal dari asam lemah dan basa lemah dengan air yang terjadi ketika garam dari asam lemah dan basa lemah dilarutkan dalam air, dan sifat netral atau asam atau basa dari larutannya bergantung pada nilai Ka dan Kb untuk abstrak abstrak Atribut Posisi Contoh Non Kritis variabel Super Ordinat Ordinat Sub Ordinat Contoh Penyangga kation dan anion - Reaksi kation dari asam lemah bereaksi dengan air - Reaksi anion dari basa lemah bereaksi dengan air - Garam asam dan garam basa dilarutkan dalam air - Reaksi kation dengan air dan reaksi anion dengan air terjadi ketika garam dari asam lemah dan basa lemah dilarutkan dalam air - harga K a - harga K b kation dan anion Teori asam dan basa Reaksi asam basa Reaksi kesetimbang an Teori asam dan basa Reaksi asam basa Reaksi kesetimbang an Penyangga Garam hidrolisi yang berasal dari asam kuat dan basa lemah Garam hidrolisi yang berasal dari asam lemah dan basa kuat Garam hidrolisi yang berasal dari asam lemah dan basa lemah CH 3 COONa (NH 4 ) 2 SO 4, NaClO 4, Li 3 PO 4, NH 4 Cl, NH 4 Br CH 3 COONH 4 Al 2 (CO 3 ) 3 NaCl, NaBr, NaI, LiNO 3 NaCl, NaBr, NaI, LiNO 3

22 No Nama/ Label 7 Hidrolisis total 8 Tetapan Hidrolisis (K h ) Definisi ion-ion yang terhidrolisis. Tetapan Kesetmbangan dari reaksi Hidrolisis abstrak Berdasark an prinsip Atribut Posisi Contoh Non Contoh Kritis variabel Super Ordinat Ordinat Sub Ordinat kation Penyangga CH 3 COONH 4 dan anion Al 2 (CO 3 ) 3 kation Penyangga dan anion Tetapan kesetimbangan Teori asam dan basa Reaksi asam basa Reaksi kesetimbang an Tetapan hidrolisis larutan garam NH 4 Cl 0,001 M jika harga Kb= 10 5 adalah 10-9 M. Tetapan hidrolisis larutan garam NH 4 Cl 0,001 M jika harga Kb= 10 5 adalah 10 M 9 ph garam menghid rolisis ph garam hidrolisi adalah bilangan yang menyatakan tingkat keasaman larutan garam yang menghidrolisis air Berdasarkan prinsip Bilangan Tingkat keasaman larutan garam yang menghidrolisis air [H + ], [OH - ] zat Garam yang mengalami hidrolisis ph larutan asam dan basa Penyangga ph larutan penyangga ph dari larutan (CH 3 COO) 2 Ca 0,2 M. (Diketahui harga Ka CH 3 COOH = 1,8 10 5) adalah 9,18 ph dari larutan (CH 3 COO) 2 Ca 0,2 M. (Diketahui harga Ka CH 3 COOH = 1,8 10 5) adalah 10

23 F. Kerangka Pemikiran Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan memfokuskan pertanyaan dengan indikator merumuskan pertanyaan dan merumuskan kriteria jawaban yang mungkin menggunakan model problem solving. Model Problem Solving melibatkan siswa terhadap permasalahan dalam pembelajarannya. Penerapan model ini akan membuat siswa cenderung aktif melibatkan diri pada proses pembelajaran, sehingga guru tidak mendominasi kelas. Tahap pertama, mengorientasikan siswa pada masalah. Pada tahap ini diharapkan siswa dapat menentukan atau menemukan permasalahan dari fenomena masalah yang telah disampaikan oleh guru, sehingga akan melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis yaitu merumuskan pertanyaan. Tahap kedua yaitu mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini, siswa mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai masalah yang dihadapi. Kemudian, pada tahap ketiga yaitu menetapkan jawaban sementara dari masalah. Pada tahap ini siswa mempertimbangkan dugaan jawaban berdasarkan data yang diperoleh, siswa akan dilatih untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis yaitu merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin. Tahap keempat yakni menguji kebenaran dari jawaban sementara. Pada tahap ini siswa melakukan percobaan untuk membuktikan jawaban sementara. Kemudian melakukan diskusi untuk membahas hasil percobaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS berbasis problem solving. Tahap kelima menarik kesimpulan; artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah awal.

24 Penerapan model problem solving ini memberikan kebebasan untuk mengolah semua informasi yang mereka dapatkan dan mengaitkannya dengan pengetahuan awal yang mereka miliki, sehingga dapat melatih siswa untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki yaitu keterampilan merumuskan pertanyaan dan merumuskan kriteria jawaban yang mungkin. G. Anggapan Dasar Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah: 1. Perbedaan n-gain kemampuan memfokuskan pertanyaan siswa sematamata terjadi karena perubahan perlakuan dalam proses belajar siswa memperoleh materi yang sama oleh guru yang sama. 2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA semester genap SMA Negeri 10 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015 diabaikan. H. Hipotesis Umum Hipotesis dalam penelitian ini adalah model problem solving efektif dalam meningkatkan kemampuan memfokuskan pertanyaan pada materi garam hidrolisis.