BAB V PEMBAHASAN. 1. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray. peserta didik 20 dengan rincian 9 perempuan dan 11 laki-laki.

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN TWO STAY TWO STRAY SISWA KELAS X-AK SMK BHUMI PAHALA PARAKAN TEMANGGUNG

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS LESSON STUDY YANG MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMP NEGERI 10 PADANGSIDIMPUAN.

616 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI

PENINGKATAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL TSTS SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 24 PURWOREJO

JPTM. Volume 05 Nomor 02 Tahun 2016, 56-61

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

Anna Revi Nurutami Universitas PGRI Yogyakarta

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS)

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS ( TWO STAY TWO STRAY )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai proses pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang

DI SDN 2 WONOANTI KECAMATAN GANDUSARI TRENGGALEK

PENERAPAN PEMBELAJARAN TSTS DENGAN AKTIFITAS WINDOW SHOPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BANGUN RUANG SISI DATAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Teknik Bertukar Pasangan dengan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data Penelitian Sebelum Tindakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian dan analisis penelitian yang telah dilakukan, maka

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

Jln. Kalimantan 37, Jember

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

BAB V PEMBAHASAN. peserta didik dalam pembelajaran Al-Qur'an Hadits melalui penerapan model

BAB III METODE PENELITIAN. dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat

PENGGUNAAN TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PESAWAT SEDERHANA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas XI IPS2 SMA NEGERI 1

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Madrasah tempat berlangsungnya penelitian terletak di Jalan Basuki

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIII semester genap tahun pelajaran

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Peningkatan Pemahaman Materi Sistem Peredaran Darah Manusia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Salatiga, peneliti berhasil mengidentifikasi permasalahan pembelajaran akuntansi

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW DENGAN TSTS TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI TEORI KINETIK GAS

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Negeri 4 Kota

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA KELAS 5

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. yang menyulitkan untuk mencapai tujuan tertentu.menurut Polya sebagaimana

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan pada siswa kelas IV SDN 1 Sukabanjar menggunakan

Upaya Meningkatkan Perilaku Empati Anak Melalui Teknik Two Stay Two Stray pada Anak Kelompok B Tk Islam Bakti IX Kerten Tahun Pelajaran 2013/2014

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum dilaksanakan proses pembelajaran siklus I, melalui pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Oleh: Wildan, Muhammad Ali, Fatma Dhafir. Abstrak

BAB VI PENUTUP. 1. Proses Penerapan Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada mata

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EFEK DOPPLER MELALUI TS-TS SISWA KELAS XI TKJ.1 SMK NEGERI 1 BIREUEN. Oleh Bima Albert*

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

memiliki tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yakni siswa terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa diajarkan kepada siswa agar mampu

PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING METODE TSTS TERHADAP PEMAHAMAN MENGENAI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Penelitian ini dilaksanakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN. Sebelum melakukan tindakan, peneliti melakukan persiapan-persiapan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. Dalam tinjauan pustaka ini akan memaparkan pengertian-pengertian konsep yang

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS V SD WASHLIYANI MARTUBUNG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlokasi di SMK Negeri 1

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dalam Pembelajaran Matematika di Kelas VIII SMPN 6 X Koto Singkarak

MEIDITA CAHYANINGTYAS K

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENERAPAN METODE TWO STAY TWO STRAY (DUA TINGGAL DUA TAMU) TERHADAP PEMAHAMAN FAKULTAS PSIKOLOGI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

Disusun oleh : Nurul Fitria Febriyanti ( ) Puput Wulandari ( ) Zafira Syajarotun ( ) Mega Ayu Setyana ( )

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRUKTURAL TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan Metode Two Stay Two Stray

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. kooperatif tipe Jigsaw. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray dalam Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Proses Pembentukan Tanah Model cooperative learning tipe two stay two stray diterapkan di kelas V MI Darul Huda Purwodadi Kras Kediri dengan jumlah peserta didik 20 dengan rincian 9 perempuan dan 11 laki-laki. Model cooperative learning tipe Two Stay Two Stray dikembangkan oleh Spencer Kagan. Metode atau tipe Two stay two stray (dua tinggal dua tamu) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Struktur two stay two stray memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Metode ini juga melatih peserta didik untuk bersosialisasi. 1 Menurut Agus Suprijono, pembelajaran dengan metode ini diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk 1 Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas, (Jakarta: PT Grasindo, 2010), hal. 61 98

99 guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi intrakelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai tamu mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan. 2 Huda menyatakan bahwa dengan belajar berkelompok dapat mendorong peserta didik untuk saling bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu untuk memecahkan masalah, dan saling mendorong antara satu dengan yang lain untuk berprestasi. 3 Model pembelajaran two stay two stray secara tidak langsung melatih peserta didik untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga peserta didik lebih produktif dalam pembelajaran. Model 2 Agus Supriyono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hal. 93-94 3 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran:Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis, (yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hal. 207

100 pembelajaran two stay two stray memiliki kelebihan diantaranya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, mampu memperdalam pemahaman peserta didik, menyenangkan peserta didik dalam belajar, mengembangkan sikap positif peserta didik, mengembangkan sikap kepemimpinan peserta didik, mengembangkan sikap ingin tahu peserta didik, meningkatkan rasa percaya diri peserta didik, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus tindakan, sedangkan dalam pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Kegiatan awal dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik baik secara mental maupun fisik untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Kegiatan awal, peneliti membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak peserta didik untuk berdoa bersama dan kemudian mengecek kehadiran peserta didik. Peneliti juga menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi serta apersepsi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apa saja yang sudah dipelajari berkenaan dengan materi, sehingga peserta didik akan terarah, termotivasi dan perhatiannya terfokus pada materi yang dipelajari. Kegiatan inti, peneliti menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray, dalam pembelajaran penelitih terlebih dahulu

101 memberikan pertanyaan kepada peserta didik untuk memancing keaktifan peserta didik. Kemudian peneliti membagi kelas menjadi 4 kelompok dengan masing-masing kelompok berjumlah 5 peserta didik yang bersifat heterogen dari jenis kelamin dan tingkat kemampuan akademiknya. Pembagian kelompok ini menggunakan model cooperative yang dibentuk berdasarkan hasil pre test. Kemudian peneliti membagikan materi dan gambar tentang macam-macam pelapukan kepada masing-masing kelompok. Setiap kelompok mendapatkan materi dan gambar yang berbeda. Peneliti membimbing peserta didik untuk mengamati gambar dan menjelaskan proses terjadinya pelapukan menurut gambar tersebut. Setelah itu masingmasing kelompok menyiapkan 2 orang untuk perwakilan bertukar tempat (bertamu) di kelompok lainnya. Bagi yang bertamu mendapatkan tugas untuk mencari informasi ke kekelompok yang di datanginya. Bagi peserta didik yang tidak bertamu (tinggal) di kelompok bertugas untuk menjelaskan atau memberikan informasi tentang apa yang tadi telah didiskusikan bersama kelompoknya. Jika tamu sudah mengerti dengan yang dijelaskan tamu bisa kembali ke kelompoknya masing-masing untuk menjelaskan atau memberikan informasi tentang apa yang telah didapat dan mendiskusikannya bersama kelompoknnya. Setelah kegiatan kelompok selesai, peneliti memberikan kesempatan kepada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja mereka dan memberikan kesempatan

102 bagi kelompok lain untuk menanggapi. Setelah kegiatan diskusi kelompok selesai, peneliti meminta peserta didik untuk belajar memahami materi yang telah disampaikan. Guru meminta agar peserta didik yang sudah mengerti dapat menjadi tutor bagi anggota kelompoknya yang belum paham, sampai semua anggota kelompoknya memastikan bahwa seluruh anggotanya telah menguasai materi yang diajarkan. Pada kegiatan akhir, peneliti bersama peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari. Kegiatan ini dimaksudkan untuk membantu mengaktifkan kembali serta mempertahankan daya ingat peserta didik terhadap materi yang dipelajari agar dapat bertahan lama. Dalam penelitian ini, peneliti juga memberikan tes akhir (post test) untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah diberikan oleh peneliti yang bertindak sebagai guru. Berdasarkan hasil pengamatan, pada siklus I penerapan model two stay two stray sedikit terhambat karena beberapa peserta didik yang belum terbiasa menggunakan model two stay two stay, dan tidak mau bergabung dengan kelompoknya jika ternya anggota kelompoknya tersebut berlainan jenis. Namun pada siklus II, peneliti sudah melakukan tindakan perbaikan untuk mengatasi hal tersebut sehingga pada siklus II tidak ditemukan lagi hal yang demikian, peserta didik sudah terlihat aktif, semangat dan antusias dalam

103 penerapan model two stay two stray ini, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Pelaksanaan penelitian ini dibantu oleh observer untuk mengamati serta mendokumentasikan aktifitas peneliti dan aktifitas peserta didik selama berlangsungnya proses pembelajaran. Untuk memudahkan dalam pengamatan, observer diberi format observasi yang sudah dipersiapkan oleh peneliti, hal ini dimaksudkan untuk menganalisis serta untuk mengetahui apakah kegiatan yang dilakukan peneliti sudah sesuai dengan apa yang direncanakan atau belum, dan untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya jika perlu tindakan siklus selanjutnya untuk perbaikan. Berdasarkan observasi yang dilakukan, aktifitas peneliti dan aktifitas peserta didik mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 5.1 Peningkatan Aktifitas Peneliti dan Peserta Didik Jenis Aktifitas Siklus I (%) Siklus II (%) keterangan Aktifitas Peneliti 80% 84,6% Sangat Baik Aktifitas Peserta Didik 76% 90% Sangat baik 2. Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Penerapan Model Cooperative Learning tipe Two Stay Two Stray Pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasab Proses Pembentukan Tanah Berdasarkan data hasil tes formatif dari pre test, post test siklus I, post test siklus II, hasil belajar peserta didik mengalami

104 peningkatan setelah memperoleh pengalaman belajar dengan menggunakan model cooperative learning tipe two stay two stray. Peningkatan ketuntasan hasil belajar peserta didik dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.2 Peningkatan Ketuntasan Belajar Peserta Didik Jenis Tes Rata-Rata Ketuntasan (%) Pre Test (Tes Awal) 60,75 25% Post Test I (Tes Akhir Siklus I) 68,75 40% Post Test II (Tes Akhir Siklus II) 80,75 85% Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model cooperative learning tipe two stay two stray dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas V MI Darul Huda Purwodadi Kras Kediri. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan ketuntasan belajar mulai dai pre test, post test siklus I, kemudian post test siklus II, seperti yang terlihat pada grafik dibawah ini: Gambar 5.1 Grafik Peningkatan Hasil Belajar 100 80 60 40 60,75 25 68,75 40 85 80,75 Rata-rata Ketuntasan belajar 20 0 Pre test Post test siklus I Post test siklus II

105 Berdasarkan presentase ketuntasan kelas, hasil ketuntasan belajar pada siklus II sudah mencapai 85%. Hal ini berarti pada siklus II ini sudah memenuhi kriteria ketuntasan kelas yang sudah ditentukan yakni 75% dari jumlah keseluruhan peserta didik dengan nilain 75. Dengan demikian penelitian ini bisa diakhiri karena apa yang diharapkan telah terpenuhi. Hasil ketuntasan belajar pada siklus II terlihat adanya peningkatan pemahaman peserta didik, hal ini dibuktikan dengan terjadinya peningkatan hasil belajar peserta didik mulai dari pre test ke post test pada siklus I dan siklus II. Dengan demikian pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe two stay two stray terbuktki mampu meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA pokok bahasan proses pembentukan tanah peserta didik kelas V MI Darul Huda Purwodadi Kras Kediri.