BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan analisa yang dilakukan peneliti, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : Penelitian komunikasi internal ini ingin melihat bagaimana aliran informasi yang terjadi dalam komunikasi internal perusahaan sehinga melalui penelitian ini dapat ditemukan apakah ada kendala yang dihadapi oleh anggota organisasi dalam melakukan komunikasi, beserta apa penyebabnya. Komunikasi tersebut adalah komunikasi vertikal yang terdiri dari komunikasi ke bawah (downward communication) dan komunikasi ke atas (upward communication). Penelitian dalam komunikasi internal ini dilihat dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti di PT. Megah Pratama Resources. Secara keseluruhan, peneliti menemukan hampir di setiap aliran informasi yang ada muncul kendala atau hambatan dalam berkomunikasi. A. Komunikasi Vertikal 1. Dalam komunikasi ke bawah (downward communication), hambatan yang terjadi adalah sebagai berikut : a. Mengenai pemberian informasi yang tidak lengkap dan menyeluruh dari atasan kepada bawahannya. Hal ini dikarenakan atasan menginginkan bawahannya untuk lebih proaktif dalam mencari informasi sendiri. Tetapi dilain pihak, 88
89 bawahan merasa atasan tidak mau berbagi informasi yang dibutuhkannya. Perbedaan seperti ini dikarenakan adanya perbedaan pola pikir dan persepsi antara atasan dan bawahan. b. Ketidaktepatan waktu dalam penyampaian informasi oleh atasan kepada bawahan, serta kurangnya penjelasan akan suatu informasi tertulis yang diberikan kepada bawahan. Ketidaktepatan waktu berkaitan dengan penyampaian informasi atasan yang terkadang disampaikan pada orang ketiga dan mengingat mobilitas dan jadwal atasan yang padat, membuat bawahan harus menunggu terlebih dahulu agar dapat bertanya lebih lanjut dan jelas mengenai informasi yang disampaikan. c. Atasan tidak pernah melakukan kunjungan kepada bawahan dengan menanyakan informasi apa yang dibutuhkan oleh bawahannya, lingkungan kerja bawahan, situasi kondisi dan suasana kerja bawahan. d. Adanya informasi yang terlewatkan oleh bawahan. Itu terjadi karena penyampaian informasi terjadi secara berurutan. Dalam hal ini informasi yang diberikan tidak secara langsung disampaikan tetapi melalui orang lain. Sehingga bila ada keterlambatan dalam penyebaran informasi akan menyebabkan informasi itu sulit digunakan untuk membuat keputusan karena ada orang yang belum memperoleh informasi.
90 e. Informasi yang disampaikan hanya mengenai pekerjaan. Tidak adanya kontak antar atasan dan bawahan selain mengenai pekerjaan. Hal ini terjadi karena tidak adanya keinginan dari atasan untuk menjalin komunikasi interpersonal dengan bawahan. f. Penyaringan informasi. Bawahan cenderung melakukan penyaringan dikarenakan ketidakpercayaan bawahan atas informasi yang disampaikan atasan. 2. Untuk komunikasi ke atas (upward communication) juga terdapat beberapa kendala atau hambatan yang muncul, yaitu : a. Jenjang kepangkatan yang terlalu terlihat menjadikan komunikasi keatas sulit dilakukan. b. Tidak adanya reward yang tampak dan nyata yang diberikan oleh atasan atau organisasi kepada bawahan yang berprestasi. Serta tidak ada penilaian akan kerja karyawan dan jenjang karir yang tampak dan diketahui oleh bawahan sehingga membuat karyawan menjadi enggan melakukan komunikasi ke atas. Karena mereka menganggap informasi apapun yang mereka sampaikan kepada atasan tidak dapat mendongkrak jenjang karir mereka ke depan. c. Proses penyampaian usul, ide atau masukan yang terlalu prosedural memberatkan bawahan. Hal ini membuat bawahan menjadi malas untuk menyampaikan usul, ide dan masukan
91 bagi divisi mereka masing-masing maupun bagi organisasi secara keseluruhan karena setiap usul atau ide yang ada harus secara resmi disampaikan melalui supervisor. d. Situasi emosional atasan juga menjadi hambatan dalam komunikasi ke atas. Ini mengakibatkan bawahan enggan menyampaikan segala sesuatu ketika atasan dalam kondisi bad mood. Hal ini juga mengakibatkan setiap kali bawahan hendak berkomunikasi dengan atasan, selalu timbul rasa was-was dan ragu-ragu, serta akan memantau dulu situasi emosional atasan. e. Jarak struktural yang terlalu terlihat nyata membuat bawahan sulit berkomunikasi dengan atasan. f. Bawahan mengatakan bahwa atasan cukup sulit ditemui pada saat jam kerja perusahaan yang dikarenakan jadwal padat atasan. Khususnya untuk level manager. Selain hambatan-hambatan diatas peneliti juga menemukan adanya hambatan : 1. Budaya organisasi yang kekeluargaan tidak berkembang dan tidak menunjang kinerja bawahan untuk kemajuan perusahaan. 2. Kurang terjalinnya komunikasi interpersonal antara atasan dan bawahan. Secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan, bahwa atasan kurang memperhatikan aliran informasi, baik itu komunikasi vertikal, horizontal dan diagonal. Hal ini terjadi karena ketidakmampuan atasan dalam mengatur jalannya aliran informasi yang beredar serta kurangnya
92 kesadaran organisasi untuk lebih memperhatikan masalah komunikasi yang terdapat didalam perusahaan. 5.2. Saran Dari hasil analisa dan kesimpulan diatas mengenai hambatan komunikasi internal, khususnya hambatan komunikasi dalam aliran informasi, peneliti memberikan saran baik secara akademis maupun praktis. a. Saran Akademis Saran yang dapat diberikan adalah dibutuhkannya penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai gaya kepemimpinan, budaya organisasi, komunikasi interpersonal. Hal ini dibutuhkan untuk mengetahui sampai seberapa jauh gaya kepemimpinan, budaya organisasi dan komunikasi interpersonal mampu mempengaruhi kinerja karyawan. b. Saran Praktis 1. Atasan atau perusahaan lebih memberikan informasi yang lebih terbuka mengenai penilaian kinerja karyawan atau penilaian prestasi karyawan. Sehingga karyawan dapat mengetahui dengan pasti tolak ukur dalam penilaian kinerja dan prestasi. 2. Atasan sebaiknya mematahkan jarak struktural yang ada dengan sering mengunjungi bawahan dan melakukan kunjungan terkait dengan informasi apa yang dibutuhkan oleh bawahan, masalah lingkungan kerja, situasi kondisi dengan rekan kerja, dan tidak menutup kemungkinan mengenai masalah-masalah pribadi yang dihadapi bawahan. Sehingga atasan dapat
93 mengetahui dengan pasti informasi apa yang dibutuhkan oleh bawahannya dan apa yang sedang terjadi di lingkungan kerja bawahannya. 3. Atasan sebaiknya membina komunikasi interpersonal yang erat. Karena dengan diterapkannya komunikasi ini akan mampu menciptakan lingkungan kerja yang harmonis. 4. Perusahaan hendaknya mengaktifkan kembali fungsi HR sebagai sarana komunikasi bawahan kepada atasan dan juga sebagai jembatan antar keduanya. Jika hal itu tidak memungkinkan, perusahaan dapat mendirikan divisi baru sepreti PR yang khusus menangani keperluan komunikasi organisasi agar dapat menjadi jembatan antara perusahaan dan karyawan.