TARI BARIS KATEKOK JAGO DI SESA DARMASABA, KECAMATAN ABIANSEMAL, KABUPATEN BADUNG

dokumen-dokumen yang mirip
RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. tengah berbagai perubahan, lebih jauh lagi mampu menjadikan dirinya secara aktif

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi

Resensi Buku Serba Serbi Tari Baris, Antara fungsi Sakral dan Profan Kiriman: Made Sudiatmika, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

Pemodelan Sistem Informasi Gamelan Bali Menggunakan Tree Diagram

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 19

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

TARI BARIS RASA CINA Oleh I Nyoman Payuyasa Dosen Prodi Film dan Televisi FSRD ISI DENPASAR

ANGKLUNG TIRTHANIN TAMBLINGAN DI DESA PAKRAMAN SELAT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

DESKRIPSI DUKUH SILADRI. Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010

ARTIKEL KARYA SENI KAJIAN ESTETIS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI TELEK DI DESA JUMPAI KABUPATEN KLUNGKUNG

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN

Eksistensi Gamelan Selonding di Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali

PEMBELAJARAN NILAI MELALUI GENDER WAYANG DI SANGGAR GENTA MAS CITA, PANJER, DENPASAR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

SKRIP KARYA SENI GENITRI OLEH: I PUTU GEDE WAHYU KUMARA PUTRA NIM: PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

Gambar 15. Foto Kendang Dalam Gamelan Terompong Beruk Foto: Ekalaiani, 2011.

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

PEMENTASAN WAYANG LEMAH PADA UPACARA CARU BALIK SUMPAH DI DESA PAKRAMAN KENGETAN KECAMATAN UBUD KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Arifa, 2013

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM :

UPACARA NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN MANDUANG KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89

BAB I PENDAHULUAN. berkunjung dan menikmati keindahan yang ada di Indonesia khususnya dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA

PERGESERAN MAKNA SENI TARI PRAJURITAN DESA TEGALREJO KECAMATAN ARGOMULYO

A. LATAR BELAKANG MASALAH

PERANCANGAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL BUKU UPACARA ADAT NGABEN UMAT HINDU BALI

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widdy Kusdinasary, 2013

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini tari pendet dikenal sebagian masyarakat sebagai tarian

UPACARA NGAJAGA-JAGA DI PURA DALEM DESA ADAT TIYINGAN KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga

PERAWATAN DAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

DUDONAN KARYA MELASPAS, MUPUK PEDAGINGAN, NGENTEG LINGGIH, PADUDUSAN ALIT, TAWUR WERASPATI KALPA NO GALAH EED KARYA PENYANGGRA PEMUPUT PIRANTI

PERSOALANSAKRALISASI TARI ANDIR DI DESA TISTA, KERAMBITAN,KABUPATEN TABANAN

3. Karakteristik tari

DESKRIPSI PENATAAN TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA DEWATA NAWA SANGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat.

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Sumatera dan Suku Mandailing adalah salah satu sub suku Batak

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

Transkripsi:

TARI BARIS KATEKOK JAGO DI SESA DARMASABA, KECAMATAN ABIANSEMAL, KABUPATEN BADUNG I Putu Adi Saputra, I Ketut Laba Sumarjiana Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar ABSTRAK Tari Baris Katekok Jago adalah tari baris Upacara atau tari Baris Wali yang ditarikan oleh sejumlah laki-laki dewasa dengan membawa senjata yang disebut Tumbak Poleng. Pada umumnya tarian Baris Katekok Jago diiringi oleh gamelan gong gede, sementara tari Baris Katekok Jago yang ada di desa Darmasaba bisa diiringi oleh gamelan gong kebyar atau diiringi oleh gamelan baleganjur dan gamelan angklung menurut kemampuan orang yang Ngupah. Orang yang menarikan tari Baris Katekok Jago di desa Darmasaba tidak dapat ikut menari begitu saja, akan tetapi harus melalui pingitan terlebih dahulu. Berkaitan dengan penelitian ini, ada beberapa teori yang dipergunakan guna menunjang dalam penelitian adalah (1) teori kebudayaan, (2) teori masyarakat, (3) teori tari dan (4) fungsional struktural. Adapun metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah (1) observasi, (2) wawancara, (3) dokumentasi. Sedangkan metode pengolahan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analitis. Hasil dari penelitian ini adalah (1) tari Baris Katekok Jago adalah warisan budaya lokal yang sudah ada sejak tahun 1927, bertempat di Pura Dalem Gegelang atas prakarsa sekeha majukut kelompok tani pimpinan I Ngilis (Alm)., (2) Fungsi tari Baris Katekok Jago yaitu sebagai Tari Wali yang ditarikan sebagai pengiring disetiap upacara Dewa Yadnya dan upacara Pitra Yadnya (Ngaben/Pelebon), (3) Tari Baris Katekok Jago merupakan tari sakral yang digunakan pada upacara yadnya pada tingkatan Madya dan tingkatan Utama sebagai simbol dari kesatria yang mengawal turunnya Para Dewa ke bumi disetiap upacara Dewa Yadnya dan upacara Pitra Yadnya. Sampai saat penelitian ini dilakukan, tari Baris Katekok Jago masih tetap dilestarikan oleh generasi penerus masyarakat desa Adat Tegal, Darmasaba. Kata kunci : Tari Baris Katekok Jago ABSTRACT Baris Katekok Jago is one of Baris Dance for Ceremony or Baris Wali dance which is danced by grown up men while bringing a weapon called Tumbak Poleng. Commonly Baris Katekok Jago dance is accompanied by gamelan gong gede, meanwhile the Baris Katekok Jago in Darmasaba can be accompanied by gong kebyar or by gamelan baleganjur and angklung depends on the ability of the person who held the ceremony Ngupah. The person who will perform the dance has to undergo quarantee pingitan. In this research, there are several theories that are used to support the study namely (1) culture theory, (2) society theory, (3) dance theory and (4) functional structural. Method of data collection in this research are (1) observation, (2) interview, (3) documentation. Meanwhile the data analysis used in this research is a descriptive analysis following the qualitative method. The result of this research are (1) Baris Katekok Jago dance is a local culture heritage which already exists since 1927, in Dalem Gagelang Temple as the inisiative of sekeha majukut the farmer group led by the late I Ngilis, 83

Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2016 ISSN 2087-9016 (2) the function of Baris Katekok Jago dance is as Wali dance which showed in every Dewa Yadnya and Pitra yadnya (Ngaben/Pelebon) ceremony, (3) Baris Katekok Jago dance is a sacred dance showed in Yadnya ceremony on Madya and Utama Level as a symbol of knights who guard the God while descending to the earth in every Dewa Yadnya and Pitra Yadnya. Until this research is done, the Baris Katekok Jago dance is still preserved by the people of Adat Tegal village, Darmasaba. Key words: Baris Katekok Jago dance PENDAHULUAN. Masyarakat dan kebudayaan Bali pada perkembangannya kini sesungguhnya diwarnai oleh perjalanan budaya dan prilaku masyarakat pada masa Bali kuna, masa Bali Majapahit, dan masa Bali Modern. Kebudayaan Bali meliputi berbagai unsur kebudayaan, salah satunya unsur seni yang meliputi: seni rupa, seni sastra, seni suara, dan seni tari dengan segala variasi yang terdapat di dalam masing-masing kesenian tersebut. Berbagai kesenian di atas dalam seni budaya Bali terjalin sedemikian rupa, satu sama lainnya saling isi mengisi seolah olah satu sama lainnya tak dapat dipisahkan. Kesenian Bali dengan segala bentuknya mempunyai banyak variasi sesuai dengan ungkapan dan selera masyarakat pendukungnya, namun tetap menunjukkan gerak serta identitas kesenian Bali yang bersifat religius. Yudha Triguna (2003:3) menyatakan bahwa kehidupan religius Hindu di Bali tidak bisa dilepaskan dari kesenian. Upacara yadnya di tempat-tempat suci (pura atau mandir) tidak bisa dilepaskan dari seni, seperti seni suara, seni tari, seni karawitan, seni lukis, dan sastra. Dengan keterlibatan seni, upacara yadnya menjadi kelihatan meriah dan khidmat. Setiap kesenian yang dipentaskan dilandasi oleh filsafat agama Hindu yang tinggi. Para penari (pragina) dalam semangatnya ngayah mempersembahkan kesenian tersebut dalam wujud bhakti. Beraneka ragam kesenian secara sengaja dipelihara untuk kepentingan upacara. Seni Tari di Bali sangat erat kaitannya dengan prosesi keagamaan. Bahkan layak dipercaya bahwa usia pakem tari sama tuanya dengan penetapan Agama Hindu. Dewa Siwa yang dipercaya oleh umat Hindu sebagai Sang Hyang Tunggal digambarkan pula sebagai Dewa Tari dengan Gelar Siwa Nataraja dalam sikap gerakan tari yang diartikan sebagai gerakan kekuatan mengisi ruang saat menciptakan alam semesta (Kade Subhiksu 2011: ). Tari-tarian sakral yang dipelihara untuk kepentingan upacara dalam psoses keagaman menyebabkan kesenian Bali tetap dijaga pelestariannya seperti halnya: Tari Baris Katekok Jago yang ada di Desa Kabupaten Badung yang merupakan pilihan sebagai judul penelitian ini. Kepekaan terhadap pengaruh-pengaruh luar perlu mendapatkan perhatian agar perkembangan dan kelangsungan hidup Baris Katekok Jago tersebut dalam jaman modern ini tidak menyimpang dari induknya yang mempunyai identitas yang jelas yaitu Agama Hindu. Sustiawati (1994:3) mengatakan Tari Baris Katekok Jago adalah tari baris Upacara atau tari Baris Wali yang ditarikan oleh sejumlah laki-laki dewasa dengan membawa senjata 84

I Putu Adi Saputra, I Ketut Laba Sumarjiana - Tari Baris Katekok... yang disebut Tumbak Poleng. Pada umumnya tarian Baris Katekok Jago biasanya diiringi oleh gamelan gong gede, sementara tari Baris Katekok Jago di desa Darmasaba diiringi oleh gamelan gong kebyar atau diiringi oleh gamelan baleganjur dan gamelan angklung menurut kemampuan orang yang Ngupah. Orang yang menari tari Baris Katekok Jago di desa Darmasaba tidak dapat ikut menari begitu saja, akan tetapi harus melalui pingitan terlebih dahulu. (Pingit = angker atau mempunyai kekuatan gaib). Apabila dipentaskannya tari Baris Katekok Jago pada saat upacara Dewa Yadnya maupun upacara Pitra Yadnya kemungkinan akan terjadi bencana terhadap desa tersebut karena dipentaskannya atau tidak dipentaskannya tari Baris Katekok Jago adalah Bhisama leluhur ( keputusan bersama yang memiliki kekuatan mengikat. Adapun hal yang mendorong untuk meneliti tari Baris Katekok Jago di desa Darmasaba adalah sebagai berikut: Pertama, karena tari Baris Katekok Jago ini mempunyai keunikan yang terletak pada penarinya atau orang yang menarikan tari Baris Katekok Jago melalukan proses penyucian diri sebelum menjadi penari. Kedua, karena beberapa orang penarinya yang sudah lanjut usia dan dianggap tidak mampu lagi menari maka untuk generasi selanjutnya dikuatirkan akan mengalami kepunahan. Dengan mengungkapkan masalah-masalah tentang keberadaan tari Baris Katekok Jago di desa Darmasaba yang mempunyai keunikan tersendiri pada penarinya, peneliti berharap kepada generasi muda khususnya di desa Darmasaba agar dapat berperan aktif ikut serta berpartisipasi menjaga dan melestarikan tari Baris Katekok Jago sebagai warisan leluhur agar tetap lestari terlebih bagi masyarakat desa Darmasaba sebagai pewarisnya. Rumusan Masalah 1. Bagaimana asal mula tari Baris Katekok Jago yang ada di Desa Kabupaten Badung? 2. Apa fungsi tari Baris Katekok Jago di Desa Darmasaba, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung? 3. Pada tingkatan Upacara Yadnya apa saja menggunakan tari Baris Katekok Jago di Desa Darmasaba, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui asal mula tari Baris Katekok Jago yang ada di Desa Kabupaten Badung. 2. Untuk mengetahui fungsi tari Baris Katekok Jago di Desa Darmasaba, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. 3. Untuk mengetahui tingkatan Upacara Yadnya apa saja menggunakan tari Baris Katekok Jago di Desa Kabupaten Badung METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah ( sebagai lawannya 85

Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2016 ISSN 2087-9016 adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai intrumen kunci, teknik pengambilan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Atas dasar itu penelitian kualitatif sering disebut sebagai metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) penelitian kualitatif sering disebut sebagai metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Pembahasan Hasil Penelitian Masyarakat Bali memiliki kebudayaan yang bernilai tinggi dengan sifat religiusnya, menciptakan tari, khususnya tari sakral oleh para seniman menyadur membumbui dengan isyarat isyarat tertentu yang memiliki kekuatan serta dikaitkan dengan berbagai sarana upakara sebagai saksi dari unsur kekuatan yang bersifat religius dari pementasan tarian sakral tersebut. Unsur kekuatan yang dimaksud kemudian dikaitkan dengan keadaan lingkungan di sekitar yang memyesuaikan dengan gerakan karakter yang terdapat pada tarian sakral tersebut. Kehidupan masyarakat Hindu di Bali sejak dulu meyakini akan kehidupan Sekala yaitu kehidupan yang nyata dapat mempengaruhi oleh kehidupan yang Niskala atau kehidupan yang tidak nyata, tidak terlihat, tidak dapat diraba, hanya bisa dirasakan dengan satu keyakinan bahwa sebenarnya kehidupan Niskala itu ada. Seperti, Keyakinan dengan adanya Tuhan atau Para Dewa, keyakina adanya Jiwa pada setiap makhluk hidup dan sebagainya. Menurut penuturan informan dari bapak Ketut Lepur selaku Bendesa Adat Tegal Darmasaba menuturkan bahwa keberadaan tari Baris Katekok Jago di Desa Adat Tegal Darmasaba, sebagai berikut ini. Keberadaan tari Baris Katekok Jago yang ada di desa Adat Tegal Darmasaba sudah ada pada tahun 1950-an. Tari Baris Katekok Jago merupakan tari ayah-ayahan yang berada tepatnya di Pura Dalem Gegelang. Adanya tari Baris Katekok Jago di Desa Adat Tegal Darmasaba yang disakralkan, beliau juga menuturkan bahwa tari Baris Katekok Jago yang ada di Desa Adat Tegal Darmasaba memang mempunyai keunikan tersendiri atau sudah mempunyai ciri khas dari tari Baris Katekok Jago yang lainnya. Ciri khas tari Baris Katekok Jago tersebut terlihat dari gerak tariannya seperti ayam jantan yang berebutan mencari ayam betina dan gerakan tersebut membuat orang yang menonton tarian Baris Katekok Jago menjadi terhibur dan tanpa di sadari di dalam tarian tersebut ada pesan nilai yang tertuang yaitu tidak bolehnya kita sesama manusia saling berebutan (wawancara, 12 Agustus 2015). Menurut informan bapak I Wayan Likes selaku Kelihan Bajar Tengah memaparkan bahwa keberadaan sekaa Baris Katekok Jago desa Adat Tegal Darmasaba, sebagai berikut ini. Sekaa Baris Katekok Jago desa Adat Tegal yang tepat berada di banjar beliau memang sangat erat hubungannya dengan upacara keagamaan, bahkan tari Baris Katekok Jago yang ada disini diperlukan juga oleh desa desa lainnya dan beliau berpendapat bahwa adanya tarian Baris Katekok. Jago ini yang menjadi warisan dari penglingsir Banjar Tengah khususnya harus tetap dipertahankan 86

I Putu Adi Saputra, I Ketut Laba Sumarjiana - Tari Baris Katekok... dan dilestarikan agar tari Baris Katekok Jago terus ada di jaman yang maju ini dan beliau juga menyatakan perlunya masyarakat Banjar Tengah untuk belajar dan memahami gerakan-gerakanyang tertuang dalam tarian Baris Katekok Jago agar gerakan demi gerakan yang di tarikan supaya lebih mantap (wawancara, 28 Agustus 2015). Dengan demikian, berdasarkan kedua pendapat dari dua informan tersebut dapat diungkapkan bahwa keberadaan tari Baris Katekok Jago di Desa Adat Tegal Darmasaba sudah menjadi warisan budaya lokal yang tercermin dari gerakan yang tertuang dalam tari Baris Katekok Jago. Gerakan yang sudah menjadi ciri khas ini telah dipengaruhi oleh keberadan lingkungan di Desa Adat Tegal Darmasaba dan telah menyatu dengan kekuatan religius sehingga tarian Baris Katekok Jago ini dijadikan tarian Sakral di Desa Adat Tegal Darmasaba. Fungsi Tari Baris Katekok Jago. Hasil wawancara dari salah satu penari dan juga merupakan sesepuh dari sekaa tari Baris Katekok Jago yang ada di desa Adat Tegal Darmasaba yaitu I Ketut Rinus menuturkan tentang fungai dari tarian Baris Katekok Jago, sebagai berikut. Baris Katekok Jago yang ada di desa Adat Tegal Darmasaba sebagaimana halnya dengan tari Baris Katekok Jago di Tangguntiti maupun di Banjar Begawan, maka fungsi dari tari Baris Katekok Jago di Banjar Tengah, desa Adat Tegal Darmasaba ini pun sama fungsinya yaitu untuk kepentingan upacara Pitra Yadnya dan bahkan juga untuk upacara Dewa Yadnya, namun yang menjadikan tari Baris Katekok Jago yang ada di desa Adat Tegal Darmasaba berbeda yaitu ciri khas gerakan yang unik dan menarik untuk diketahui (wawancara, 12 Agustus 2015). Menurut hasil wawancara dari bapak Ketut Nesa selaku Kelihan atau Ketua Sekaa Baris Katekok Jago di Desa Adat Tegal Darmasaba memaparkan, sebagai berikut ini. Sekaa Baris Katekok Jago di Desa Adat Tegal Darmasaba diyakini bahwa tarian Baris Katekok Jago sebagai Tarian sakral sebagai simbol dari kesatria yang menjadi pemendak turunnya Para Dewa ke bumi disetiap upacara Dewa Yadnya, yang biasanya digunakan dalam prosesi upacara Dewa Yadnya seperti Karya Ngenteg Linggih, Karya Padudusan Agung, Karya Padudusan Alit dan sebagainya menurut dari tingakatan upacaranya dan mengawal arwah menuju tempatnya pada upacara Pitra Yadnya (Ngaben/Pelebon) khususnya di Desa Adat Tegal Darmasaba (wawancara, 14 Agustus 2015). Apa yang diungkapkan oleh kedua informan tersebut dapat ditegaskan bahwa fungsi dari tari Baris Katekok Jago di Desa Adat Tegal Darmasaba sebagai tarian yang disakralkan dan termasuk Tari Wali, yaitu berfungsi untuk kepentingan upacara Pitra Yadnya (Ngaben/Pelebon) dan juga untuk upacara Dewa Yadnya. Sarana Pementasan Tari Baris Katekok Jago. Sebagaimana halnya dengan tradisi kegiatan tari Baris Katekok Jago lainnya, maka begitu pula halnya dengan tradisi tari baris Katekok Jago di banjar Tengah, Tegal Darmasaba yang selalu membuat sarana upacara dengan sarana sesajen pada waktu dengan tujuan memohon keselamatan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Pada umumnya upacara 87

Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2016 ISSN 2087-9016 tersebut dilakukan pada waktu menjelang pentas, kemudian pada waktu pentas dan terakhir ketika sudah selesai pentas. Seluruh jenis sesajen yang dipergunakan dapat dirangkum sebagai berikut. 1. Daksina Gede. 2. Peras Ajengan. 3. Pangeresikan / Biakaonan. 4. Nasi Rongan. 5. Ulam/ lauk pauk karangan. 6. Pajegan dengan Ulam Pajegan. 7. Ketipat/ Ketupat Tampul. 8. Segehan Agung. Sebelum pementasan dimulai sesajen atau banten hendaknya harus dihaturkan, yakni bertujuan untuk memohon keselamatan dan kelancaran kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar senantiasa mendapatkan perlindungan selama pementasan hinga berakhirnya pementasan. Simpulan 1. Asal mula tari Baris Katekok Jago yang berada di Desa Adat Tegal, Darmasaba adalah warisan budaya lokal yang sudah ada sejak tahun 1927, bertempat di Pura Dalem Gegelang atas prakarsa sekeha majukut kelompok tani pimpinan I Ngilis (Alm) dan hingga saat ini masih tetap dilestarikan oleh generasi penerus masyarakat desa Adat Tegal, Darmasaba. 2. Fungsi tari Baris Katekok Jago di Desa Adat Tegal, Darmasaba yaitu sebagai Tari Wali yang ditarikan sebagai pengiring disetiap upacara Dewa Yadnya dan upacara Pitra Yadnya (Ngaben) khususnya di Desa Adat Tegal Darmasaba. Tarian Baris Katekok Jago lebih mementingkan fungsinya, hal ini terlihat dari gerakan dan tata busana yang sederhana. 3. Tari Baris Katekok Jago merupakan tari sakral yang digunakan pada upacara yadnya pada tingkatan Madya dan tingkatan Utama sebagai simbol dari kesatria yang mengawal turunnya Para Dewa ke bumi disetiap upacara Dewa Yadnya, seperti Karya Ngenteg Linggih, Karya Padudusan Agung, Karya Padudusan Alit dan sebagainya dan mengawal arwah menuju tempatnya pada upacara Pitra Yadnya (Ngaben) khususnya di Desa Adat Tegal Darmasaba. DAFTAR PUSTAKA Anom, I. G. K., dkk. (2008). Kamus Bali-Indonesia, Beraksara Latin dan Bali. Provinsi Bali. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. Bandem, I. M. (1985). Pengembangan Tari Bali. Denpasar: ASTI Denpasar. Suparlan, A. H. (2015). Pengantar Studi Masyarakat Indonesia. Malang: MADANI Kelompok Intrans Publishing. Yadnya, I. G. N. (1989). Deskripsi Tari. Denpasar. 88