BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penampilan masa kini dan hanya segelintir orang yang menyadari akan pentingnya

PERBEDAAN POLA MAKAN ANTARA REMAJA YANG MENJALANI PERAWATAN ORTODONTIK LEPASAN DAN PERAWATAN ORTODONTIK CEKAT SKRIPSI ILKHANA WINDAH J

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan normal (Graber dan Swain, 1985). Edward Angle (sit. Bhalajhi 2004)

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial emosional. Masa remaja dimulai dari kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimulai sejak 1000 tahun sebelum masehi yaitu dengan perawatan

PERUBAHAN JARAK INTERMOLAR SELAMA PEMAKAIAN PIRANTI ORTODONSI CEKAT DENGAN SISTEM PERLEKATAN LANGSUNG (Kajian Analisis Model studi) SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memberikan estetik wajah yang kurang baik (Wong, dkk., 2008). Prevalensi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. insisal sehingga mendapatkan hubungan oklusi yang baik (Siti-Bahirrah, 2004).

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan, salah satunya adalah Air Polisher Devices (APDs).

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan estetik gigi

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERAWATAN ORTODONTIK YANG DILAKUKAN OLEH PIHAK NON PROFESIONAL SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

BAB I PENDAHULUAN. ini sangatlah tinggi. Gaya hidup dan tren mempengaruhi seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kesehatan gigi, estetik dan fungsional individu.1,2 Perawatan dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2012). Perawatan ortodontik mempunyai riwayat yang panjang, anjuran tertulis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan pasien merupakan konsep multidimensi. Dimensi kepuasan

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

III. RENCANA PERAWATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

The Prevalence and Treatment Success of Removable Orthodontic Appliance with Anterior Crossbite Cases in RSGMP UMY

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan ortodonti merupakan perawatan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penampilan fisik yang baik terutama penampilan gigi-geligi adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari berbagai macam penyebab dan salah satunya karena hasil dari suatu. pertumbuhan dan perkembangan yang abnormal.

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. (Alexander,2001). Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu Kedokteran Gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. Bagi remaja, salah satu hal yang paling penting adalah penampilan fisik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Mulut yang merupakan pusat rujukan, pendidikan dan penelitian (Peraturan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi pada posisi ideal dan seimbang dengan tulang basalnya. Perawatan

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila

BAB I PENDAHULUAN. wajah yang menarik dan telah menjadi salah satu hal penting di dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan, dan perbaikan dari keharmonisan dental dan wajah. 1 Perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat semakin menyadari akan kebutuhan pelayanan

BAHAN AJAR Pertemuan ke 12

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tindakan pencegahan dan koreksi terhadap maloklusi dan malrelasi pada

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sampel yang di peroleh sebanyak 24 sampel dari cetakan pada saat lepas bracket. 0 Ideal 2 8,33 2 8,33

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lain dan diperkirakan pada dua dekade abad 21 mengalami aged population boom,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan tersebut bertujuan untuk memperbaiki abnormalitas susunan gigi dan

BAHAN AJAR Pertemuan ke 9

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontists adalah bagian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk menghasilkan dokter yang. sebagai bekal untuk belajar sepanjang hayat (Konsil Kedokteran

Pergerakan Gigi Dalam Bidang Ortodonsia Dengan Alat Cekat

III. KELAINAN DENTOFASIAL

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam. penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung pada pasien. 1. indeks kepala dan indeks wajah. Indeks kepala mengklasifikasian bentuk kepala

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Populasi dalam penelitian ini adalah cetakan gigi pasien yang telah. Rumus Federer = (t-1)(n-1) 15 keterangan = n 16

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rumit pada tubuh manusia. Sendi ini dapat melakukan 2 gerakan, yaitu gerakan

PERAWATAN MALOKLUSI KELAS II KELETAL DENGAN KOMBINASI AKTIVATOR - HEADGEAR

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkembangan yang bervariasi dari wajah, rahang, gigi, dan abnormalitas dentofasial

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAHAN AJAR Pertemuan ke 13

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan Ortodontik bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi-gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah penelitian observasional dengan metode

PROFIL LULUSAN DOKTER GIGI DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penampilan fisik mempunyai peranan yang besar dalam interaksi sosial.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki fungsi oklusi dan estetika

Perawatan Ortodonti pada Geligi Campuran. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observational

BAB I PENDAHULUAN. dengan gigi semakin meningkat seiring dengan perkembangan jaman dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut memiliki peran yang penting bagi fungsi

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

BAB 1 PENDAHULUAN. menghasilkan bentuk wajah yang harmonis jika belum memperhatikan posisi jaringan

I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah. Secara umum bentuk wajah (facial) dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada saat ini

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dari struktur wajah, rahang dan gigi, serta pengaruhnya terhadap oklusi gigi geligi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontist adalah ilmu

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA SAKIT DAN MOTIVASI PADA PASIEN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN YANG DIRAWAT DENGAN ALAT ORTODONTIK CEKAT SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ortodontik (Shaw, 1981). Tujuan perawatan ortodontik menurut Graber (2012)

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kualitas pelayanan yang ditawarkan kepada konsumen dalam. merasakan kepuasan terhadap kualitas yang ditawarkan.

memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 93 ayat 1 pelayanan kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pohon Arak (salvadora persica) (Almas,2002). dan minyak atsiri untuk meningkatkan air liur (Zaenab dkk,2004)

A. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman, perawatan ortodontik semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan saat ini memiliki paradigma baru yaitu menempatkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. wajah dan jaringan lunak yang menutupi. Keseimbangan dan keserasian wajah

KARAKTERISTIK DAN MOTIVASI PEMAKAIAN PIRANTI ORTODONTI CEKAT PADA SISWA SMP DAN SMA BODHICITTA DAN HUSNI THAMRIN MEDAN

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG

Transkripsi:

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Ortodontik a. Pengertian Ortodontik Ortodontik berasal dari bahasa Greek yaitu orthos yang berarti baik atau betul dan dontos yang berarti gigi. Jadi ortodonsia dapat dijerjemahkan sebagai ilmu pengetahuan yang bertujuan memperbaiki atau membetulkan letak gigi yang tidak teratur atau tidak rata (Adnan, 2014). Keadaan gigi yang tidak teratur disebabkan oleh malposisi gigi yaitu kesalahan posisi gigi pada masing-masing rahang. Malposisi gigi akan menyebabkan malrelasi yaitu kesalahan hubungan antara gigigigi pada rahang yang berbeda. Lebih lanjut lagi keadaan demikian menimbulkan maloklusi yaitu penyimpangan terhadap oklusi normal. Maloklusi dapat terjadi karena adanya kelainan gigi (dental), tulang rahang (skeletal), kombinasi gigi dan rahang (dentoskeletal) maupun karena otot-otot pengunyahan (muskuler) (Sulandjari, 2008). Pertumbuhkembangan perlu dipelajari karena maloklusi bukan merupakan suatu penyakit tetapi suatu penyimpangan pertumbukembangan. Penyimpangan pertumbuhkembangan yang menyangkut letak gigi dapat menyebabkan suatu maloklusi, misalnya 8

9 letak gigi-gigi yang berdesakan. Penyimpangan pertumbuhkembangan tulang rahang menghasilkan kelainan skeletal misalnya maloklusi kelas III Angle yang ditandai dengan rahang bawah yang terlalu ke depan dibandingkan dengan rahang atas. Letak gigi yang tidak teratur dan kelainan letak rahang sangat besar pengaruhnya terhadap penampilan seseorang. Sebagian besar kelainan ortodontik lebih banyak mempengaruhi kondisi psikososial seseorang daripada mempengaruh kesehatan fisik (Rahardjo, 2009). b. Tujuan Perawatan Ortodontik Tujuan perawatan ortodontik adalah memperbaiki susunan dan kedudukan gigi-geligi untuk mendapatkan hubungan gigi-geligi (fungsi oklusi) yang stabil, perbaikan pengunyahan, keseimbangan otot dan keserasian estetika wajah yang harmonis. Secara umum perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki kehidupan pasien dengan mengatasi kesulitan psikososial yang berhubungan dengan penampilan wajah dan gigi (Sari & Kiki, 2013). Ada 2 alasan yang jelas dari perawatan ortodontik yaitu untuk estetika dan fungsi, perawatan ortodontik tidak hanya dapat memperbaiki susunan gigi geligi, tetapi dalam kasus-kasus tertentu juga dapat mempunyai dampak yang besar pada lingkungan seseorang dan perkembangan kariernya. Selain itu susunan gigi yang lebih baik dapat menyebabkan standar kebersihan mulut menjadi lebih baik. Tujuan utama perawatan ortodontik adalah mendapatkan penampilan

10 dentofasial yang menyenangkan secara estetika dengan fungsi yang baik dan dengan gigi-gigi dalam posisi yang stabil. Perawatan ortodontik tidak boleh dilakukan jika tidak dapat memberikan perbaikan yang nyata serta abadi karena alasan inilah banyak maloklusi ringan yang dibiarkan tanpa perawatan (Willian, et al., 2000). c. Jenis Perawatan Ortodontik Berdasarkan piranti yang digunakan untuk merawat maloklusi secara garis besar dapat digolongkan pada piranti lepasan (removable appliance), piranti fungsional (functional appliance) dan piranti cekat (fixed appliance) (Rahardjo, 2009). 1) Piranti Lepasan (removable appliance) Piranti lepasan adalah piranti yang dapat dipasang dan dilepas oleh pasien. Komponen utama piranti lepasan adalah (1) komponen aktif, (2) komponen pasif, (3) lempeng akrilik, (4) penjangkaran. Salah satu faktor keberhasilan perawatan dengan piranti lepasan adalah kepatuhan pasien untuk memakai piranti. 2) Piranti Fungsional (functional appliance) Piranti fungsional digunakan untuk mengoreksi maloklusi dengan memanfaatkan, menghalangi atau memodifikasi kekuan yang dihasilkan oleh otot orofasial, erupsi gigi dan pertumbuhkembangan dentomaksilofasial. Ada juga yang mengatakan bahwa piranti fungsional dapat berupa piranti lepasan atau piranti cekat yang menggunakan kekuatan yang berasal dari

11 kekuatan otot, fasial dan atau jaringan yang lain untuk mengubah relasi skeletal dan gigi. 3) Piranti Cekat (fixed appliance) Piranti cekat adalah piranti ortodontik yang melekat pada gigi pasien sehingga tidak bisa dilepas oleh pasien. Piranti ini mempunyai komponen utama yaitu lekatan (attachment) yang berupa breket (bracket) atau cincin (band), kawat busur (archwire) dan penunjang (accessories atau auxiliaries) misalnya rantai elastomeric dan modul. 2. Operator Ortodontik a. Dokter Gigi Spesialis Ortodontik Program pendidikan dokter gigi spesialis ortodontik bertujuan mencapai kemampuan keprofesian sebagai seorang dokter gigi spesialis ortodontik dengan kemampuan akademik yang mempunyai sifat atau ciri utama sebagai berikut (Harahap, et al.,2005) : 1) Berkesinambungan (continue) Bahwa program pendidikan dokter gigi spesialis 1 (SP 1) merupakan bagian daripada pendidikan yang berkesinambungan dan berjenjang yang berawal dari pendidikan sarjana kedokteran gigi, pendidikan dokter gigi spesialis dan dapat diteruskan ke pendidikan dokter. 2) Akademik Profesional Bahwa pendidikan dokter gigi spesialis prtodontik merupakan perpaduan pendidikan akademik yang bercirikan

12 pendalaman ilmu (akademik) melalui berbagai kegiatan akademik dan pendidikan keprofesian yang bercirikan pencapaian kemampuan profesi (dokter gigi spesialis) melalui serangkaian pelatihan keprofesian. 3) Belajar Aktif (Active Learning/Adult Learning) Pendidikan dokter gigi spesialis ortodontik memakai kaidah pandidikan tinggi (higher education) yang bersifat pendidikan aktif dan mandiri dengan motivasi, kreativitasi dan integritas peserta yang tinggi. Proses pendidikan terutama ditekankan pada pendekatan student centred, problem solving dan self directed learning sehingga staf pengajar lebih berperan sebagai fasilisator. 4) Berdasarkan Pencapaian Kemampuan (Competency Based/Mastery Learning) Bahwa pendidikan dokter gigi spesialis ortodontik bertujuan mencapai kemampuan (competency) dan kemahiran (mastery) yang didukung oleh dasar akademik yang kuat berdasarkan permasalahan yang ada di masyarakat (evident base). 5) Pencapaian Kemampuan Individu (Individual Competency) Bahwa pencapaian kemampuan tersebut merupakan pencapaian kemampuan setiap individu peserta. Oleh karena itu setiap kegiatan baik pendalaman akademik maupun pelatihan keprofesian harus dialami oleh masing-masing individu peserta

13 melalui hand on training secara terus menerus dan nyata di bawah pengawasan supervisor. 6) Sekuensi Bahwa strategi proses pembelajaran, supervise dan evaluasi disusun secara sekunsial dan berjenjang melalui berbagai tahapan. 7) Persyaratan (Pre Requisite) Untuk hal-hal tertentu prasyarat harus dicapai lebih dahulu untuk mengikuti tahap berikutnya. 8) Terpadu dan Terintegrasi (Integrated Comprehensif) Bahwa proses pelatihan keprofesian sedapat mungkin dilaksanakan secara komprehensif (integrated teaching) dengan cara mengelompokkan berbagai sub-disiplin sub-unit. 9) Sistem Matriks Bahwa sistem matriks dapat dipakai dalam menyusun jenis, distribusi dan variasi kegiatan peserta dalam pelatihan keprofesian dan kegiatan kademik agar setiap peserta mendapatkan kegiatan yang sama. 10) Jaringan Sumber Pembelajaran (Network of Learning Resources) Bahwa seyogyanya digunakan jaringan sumber pembelajaran secara luas agar proses pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien. Misalnya kerjasama dengan pusat pendidikan dokter gigi spesialis ortodontik lain.

14 b. Dokter Gigi Umum Pendidikan profesi dokter gigi merupakan pendidikan akademik dan pendidikan profesional yang diarahkan pada penguasaan ilmu dan penerapan ilmu kepada masyarakat dalam bidang kedokteran gigi (Yusa, 2006). Profesi dokter gigi merupakan tugas mulia bagi kehidupan manusia dalam bidang kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut. Karenanya seorang dokter gigi dalam menjalankan tugasnya dituntut untuk bersikap profesional. Untuk mencapai kompetensi tersebut dokter gigi yang merupakan profesi harus didasari oleh keilmuan yang kokoh. Dengan demikian seorang dokter gigi mempunyai kompetensi akademik-profesionalisme yang diperoleh melalui pendidikan profesi yang didasari oleh pendidikan akademik sehingga setelah selesai pendidikannya akan memiliki kemampuan melaksanakan praktik sesuai dengan keahliannya bersikap profesional dengan selalu membekali dirinya dengan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Yusa, 2006). Kompetensi dokter gigi Indonesia ini adalah memberikan batas kemampuan yang harus dimiliki oleh dokter gigi yang melaksanakan pelayanan kedokteran gigi di Indonesia. Kemampuan minimal tersebut sudah dapat mengambarkan mutu dokter gigi Indonesia di manapun ia melaksanakan praktik. Melalui gambaran mutu ini masyarakat

15 Indonesia diharapkan akan mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang prima dengan mutu yang hampir sama (Yusa, 2006). 3. Kepuasan Pasien Kepuasan pasien merupakan salah satu hal yang penting dalam mengevaluasi mutu layanan suatu perawatan terhadap keahlian operator. Saat ini masalah ketidakpuasan terjadi di negara berkembang maupun di negara maju. Ada berbagai macam pegertian yang diberikan oleh pakar tentang kepuasan. Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya (Asmidar, et al., 2008). Kepuasan dapat diartikan sebagai perbedaan antara harapan dan kinerja yang dirasakan. Kepuasan pasien merupakan hal yang sanget subyektif, sulit diukur, dapat berubah-ubah, serta terdapat banyak sekali faktor yang berpengaruh sebanyak dimensi di dalam kehidupan manusia. Subyektivitas tersebut bisa berkurang dan bahkan bisa menjadi obyektifitas bila cukup banyak pendapat yang sama terhadap sesuatu hal. Oleh itu, untuk mengkaji kepuasan pasien digunakan suatu instrumen penelitian yang cukup valid diserta dengan metode penelitian yang baik (Asmidar, et al., 2008). Beberapa faktor yang memotivasi pasien untuk berkunjung ke klinik atau ke tempat perawatan yaitu: pelayanan, operator, fasilitas, lingkungan, lokasi dan rujukan. Pelayanan meliputi pelayanan yang lengkap, pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya.

16 Kepuasan pasien ditentukan oleh 4 faktor, yaitu: kemudahan (terjangkau, tersedia, waktu selalu buka), hubungan pasien-dokter (mendengarkan keluhan-keluhan, ramah, aman, informasi yang jelas), pelayanan (kecepatan pelayanan, tanggapan keluhan, pelayanan yang berlanjut), fasilitas (bersih, nyaman), dan biaya perawatan. Fasilitas meliputi reputasi klinik atau tempat perawatan, kecanggihan peralatan, kemudahan pakir, dan kenyamanan ruang. Lingkungan meliputi kebersihan lingkungan, keindahan lingkungan, ketenangan lingkungan, yang dapat membuat pasien nyaman berada di klinik atau tempat perawatan (Lily, et al., 2007). B. Kerangka Konsep Perawatan Orthodontik Alat Orthodonsi Cekat (Fixed Appliance) Alat Orthodonsi Lepasan (Removable Appliance) Kepuasan Pasien Gambar 1. Kerangka Konsep

17 C. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah persepsi kepuasan pasien perawatan ortodontik cekat dan ortodontik lepasan dengan hipotesis : 1. H0 : tidak ada perbedaan kepuasan yang signifikan antara pengguna ortodontik cekat dan pengguna ortodontik lepasan. 2. H1 : ada perbedaan kepuasan yang signifikan antara pengguna ortodontik cekat dan pengguna ortodontik lepasan.