PENGEMBANGAN PERANGKAT MODEL PEMBELAJARAN PEMEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) UNTUK MENUNTASKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN FISIKA DI SMP Miftakhul Ilmi, M.Pd. Dosen PGMI Fakultas Agama Islam Unipdu Jombang Abstract The aims of this research was to develop an concept attainment model oriented physics learning package which had criteria in validity, difficully level, readability of student s book, other aims were to describe the teaching and learning process, student activity, student response, and student achievement. The physics learning package has been implemented using one group pretest posttest design in student of grade VIII B ( 35 Students) at SMP Unggulan Amanatul Ummah Surabaya. The analized data revealed that: the developed learning package a good category and could be used with a few revision in certain aspects. The percentage of difficully level of student s book were 24,0 % respectively. The percentage of readability student s book were 50,8 % respectively. The lesson plan was also good implemented. The results of students achievement had reached more than 70 classically completeness. Based on those findings, it could be concluded that concept attainment model oriented on physisc learning package of rays refraction main topic could be well implemented succesfully instudent of grade VIII B (35 Students) at SMP Unggulan Amanatul Ummah Surabaya and it could achieve the teaching learning of students achievement. Keywords : The Development Of Learning Package, The Concept Attainment Model. I. Pendahuluan Pembelajaran IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA tidak hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja namun juga merupakan sesuatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2007a: 2). Siswa SMP belum mampu mengembangkan daya nalarnya untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari karena mereka belum memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi dan memahami konsep. Oleh karena itu, keterampilan berpikir tingkat tinggi dan memahami konsep perlu dibiasakan dan dilatihkan, karena keterampilan 1
tersebut tidak dapat datang dengan sendirinya. Vigotsky menyatakan anakanak dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya membutuhkan bimbingan dan bantuan dengan teman sebaya atau orang dewasa (Slavin, 1994:49). Jadi agar pada saat seorang anak akan mencapai tahapan untuk dapat memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi dan memahami konsep perlu dibimbing dan dibantu oleh teman sebaya atau orang dewasa. Menurut Dewey yang dikutip oleh Arends (1997: 162) sekolah adalah tempat yang tepat untuk melatihkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan memahami konsep. Sekolah adalah cermin masyarakat luas dan kelas merupakan laboratorium pemecahan masalah dan pemahaman konsep dari kehidupan nyata. Pokok bahasan pembiasan cahaya bercirikan masalah nyata dan berhubungan langsung dengan lingkungan sekeliling siswa. Materi pembiasan cahaya mengajarkan pada siswa untuk berpikir kritis dan logis terhadap pelajaran IPA di SMP, bertujuan untuk meningkatkan dan nilai ujian nasional dan prestasi tentunya tidak lepas dari upaya peningkatan kualitas pembelajaran fisika di sekolah, maka dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran fisika, perlu diterapkan dan diujicobakan berbagai model, pendekatan, maupun strategi belajar-mengajar yang diharapkan mendapat hasil yang optimal dan efektif. Suasana belajar yang diciptakan guru harus melibatkan siswa secara aktif. Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep adalah proses mengidentifikasi dan mendefinisikan konsep dengan jalan menemukan atributnya yang paling esensial sesuai dengan pengertian konsep yang dipelajari. Atribut tersebut harus membedakan contoh konsep itu dengan yang bukan contoh konsep. Oleh karena itu model Pembelajaran Pemerolehan Konsep (Concept Attainment Model) adalah model pembelajaran induktif yang dirancang membantu siswa segala umur untuk belajar konsep sekaligus mempraktikkan keterampilan berpikir analitis ((Klausmeier, 1985; Tennyson & Cocchiarella, 1986) dalam Arends, 2008 : 151). Inti utama dari hasil belajar yang dapat dicapai menggunakan model pemerolehan konsep ini adalah (a) Konsep khusus/tertentu, (b) Hakikat konsep, (c) Penalaran logis dan berpikir tingkat tinggi, serta (d) Keterampilan komunikasi. (Arends, 2008: 151). Model pembelajaran pemerolehan konsep cukup sulit dilakukan untuk siswa sekolah menengah karena permasalahan yang ditekankan adalah permasalahan sehari-hari, dimana siswa masih terbiasa dengan permasalahan akademik. Permasalahan sehari-hari adalah masalah yang ada di masyarakat, dan bukan merupakan masalah akademik seperti yang tercantum pada kurikulum. Tetapi jika permasalahan sehari-hari dapat dikaitkan dengan konsep atau prinsip yang ada dalam kurikulum, maka siswa akan dapat 2
menemukan sendiri konsep atau prinsip tersebut melalui pembelajaran pemerolehan konsep. Berdasarkan alasan-alasan yang telah diuraikan, maka pembelajaran pemerolehan konsep sangat bagus jika diterapkan pada anak SMP, karena melalui pembelajaran pemerolehan konsep siswa dilatih meneliti sejak dini, berpikir tingkat tinggi, memecahkan masalah, dan memahami konsep. Memang kendalanya sulit dilakukan pada anak SMP, untuk itu peneliti mencoba mengembangkan suatu perangkat pembelajaran berorientasi pembelajaran pemerolehan konsep yang sederhana sehingga dapat digunakan untuk anak SMP. Tujuan dan manfaat penelitian A. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendiskripsikan efektivitas perangkat pembelajaran berorientasi model pembelajaran pemerolehan konsep pada sub pokok bahasan pembiasan cahaya ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut: a. Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran berorientasi model pembelajaran pemerolehan konsep pada sub pokok bahasan pembiasan cahaya. b. Hasil Belajar siswa terhadap kegiatan pembelajaran berorientasi model pembelajaran pemerolehan konsep pada sub pokok bahasan pembiasan cahaya. c. Hambatan atau kendala-kendala apa saja yang dihadapi selama proses pembelajaran berorientasi model pembelajaran pemerolehan konsep pada sub pokok bahasan pembiasan cahaya. B. Manfaat penelitian 1. Menjadi acuan bagi guru dalam menerapkan perangkat pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran pemerolehan konsep pada konsep lain yang relevan. 2. Perangkat dan model yang digunakan dalam penelitian ini dapat diimpelementasikan di SMP lain yang kondisinya berbeda tetapi dengan penyesuaian-penyesuaian, sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. II. ISI Menurut Soeparman Kardi (1994:29) konsep adalah sekelompok stimuli yang mempunyai sifat-sifat yang sama. Stimuli itu dapat berupa benda, kejadian, atau manusia. Pengetahuan dapat diartikan sebagai hierarki 3
aturan-aturan, harus dipelajari dua atau lebih dari dua aturan, sebelum dipelajari aturan yang lebih tinggi tingkatannya. Model pembelajaran pemerolehan konsep mula-mula didesain oleh Joyce dan Weil (1972) yang didasarkan hasil riset Jerome Bruner dkk (1956) dengan maksud bukan saja didesain terutama untuk mengembangkan berpikir deduktif, tetapi juga untuk menganalisis dan mengembangkan konsep. Kegunaan model mengajar ini adalah: (1) untuk membantu siswa di dalam memahami konsep dengan memperhatikan objek, ide dan kejadian-kejadian; (2) agar siswa lebih efektif di dalam memperoleh konsep dengan cara memahami strategi berpikir. Model pembelajaran pemerolehan konsep pada prinsipnya adalah suatu strategi mengajar yang menggunakan data untuk mengajarkan konsep kepada siswa. Dengan model ini guru mengawali pengajaran dengan menyajikan data/contoh, kemudian meminta siswa untuk mengamati data tersebut. Atas dasar pengamatan ini dibentuk suatu abstraksi. Model pembelajaran pemerolehan konsep adalah suatu strategi pembelajaran induktif yang didesain untuk membantu para siswa pada semua usia menguatkan pemahaman siswa tentang konsep dan latihan pengujian hipotesis. Model ini menggunakan contoh-contoh positif dan negatif. Model pembelajaran pemerolehan konsep berasal dari studi tentang proses berpikir. Menurut model ini, belajar adalah proses aktif mengenai informasi dan kemudian disusun dan dibentuk dengan cara yang unik oleh setiap individu. Dalam model ini, pengajar melakukan pengendalian terhadap aktivitas, tetapi dapat dikembangkan menjadi kegiatan dialog bebas dalam fase itu. Interaksi antar peserta didik digalakkan oleh guru. Dengan pengorganisasian kegiatan itu diharapkan siswa akan lebih memperlihatkan inisatifnya untuk melakukan proses induktif bersama bertambahnya pengalaman dalam melibatkan diri dalam kegiatan mengajar belajar. Prinsip-prinsip pengelolaan yang harus mendapat perhatian bagi pengajar dalam model pemerolehan konsep adalah: (1) memberikan dukungan dengan menitikberatkan pada sifat hipotesis dari diskusi-diskusi yang berlangsung; (2) memberikan bantuan kepada siswa dalam mempertimbangkan hipotesis yang satu dari yang lainnya; (3)memusatkan perhatian peserta didik terhadap contoh-contoh yang spesifik; (4)memberikan bantuan kepada peserta didik dalam mendiskusikan dan menilai stategi berpikir yang mereka pakai. Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep terdiri atas 5 langkah sintaks, yaitu (1) Menyajikan contoh, (2) Menganalisis Hipotesis, (3) Analisis Siklus, (4) Penutup, dan (5) Penerapan. Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Konsep 4
Fase Fase-1 Menyajikan contoh dan non contoh, Menyampaikan tujuan dan menyiapkan kelas Tingkah Laku Guru Guru menjelaskan tujuan dan prosedur untuk pelajaran ini dan menyiapkan siswa untuk siap belajar. Guru menyajikan contoh dan noncontoh tambahan untuk menguji pemahaman terhadap konsep. Siswa diminta untuk memberikan contoh dan noncontoh konsep yang lain Fase-2 Menganalisis Hipotesis Guru mendaftar idea-idea siswa pada papan tulis dan diberi judul Hypotesis atau ciri yang mungkin, dengan menggunakan menggunakan kata-kata siswa sebanyak mungkin. Guru mencoba untuk merumuskan beberapa idea alternative. Guru menambah sedikit contoh lagi (2-3) contoh ke meja. Guru meminta siswa selanjutnya bekerja berkelompok untuk mendaftar dan mendiskusikan persamaan ciri pada kelompok item YA. Selanjutnya mereka menentukan konsepnya. Guru meminta siswa kelompok Atribut YA selanjutnya didiskusikan dengan seluruh kelas dan dibandingkan dengan kelompok TIDAK. Fase-3 Analisis Siklus (Mengulang Fase I dan Fase II dengan data baru) Fase-4 Penutup Fase -5 Penerapan Guru memberikan informasi tambahan untuk mengeliminasi karakteristik yang tidak diinginkan. Guru melakukan klarifikasi dari respon siswa, setelah siswa menjelaskan responnya. Guru mengajukan daftar contoh-contoh untuk tes Guru menanyakan mengenai nama konsep, definisi, dan atributnya serta contoh lainnnya, kalau siswa sudah menemukan karakteristiknya dan konsepnya dan menentukan generalisasi. Guru meminta siswa untuk menambah contoh atau noncontoh berdasar pengalaman mereka atau pengetahuan mereka atau mungkin yang telah mereka lakukan di rumah. (Sumber : dalam buku Belajar Untuk Mengajar karangan Arends. R. L. 2008:152) 5
Pada Tabel 2. berikut merupakan hasil pengembangan tahap-tahap pembelajaran pemerolehan konsep oleh peneliti. Tabel 2. Hasil Pengembangan Sintaks Pembelajaran pemerolehan konsep oleh peneliti Tahap Tahap 1 Guru Menyajikan contoh dan non contoh, Menyampaikan tujuan dan menyiapkan kelas Tahap 2 Guru menganalisis hipotesis Tahap 3 Guru mengulang fase I dan fase II untuk data baru Kegiatan Guru a. Guru memotivasi siswa dengan menyajikan contoh gambar dan noncontoh gambar. b. Guru memberikan pertanyaan pada siswa sehubungan dengan contoh gambar yang ditunjukkan pada siswa. c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. a. Guru membagi siswa dalam kelompok belajar b. Guru membagikan bahan penyelidikan dan LKS serta materi ajar siswa. c. Guru mendaftar ide-ide siswa pada papan tulis dan diberi judul Hipotesis atau ciri yang mungkin, dengan menggunakan menggunakan kata-kata siswa sebanyak mungkin d. Guru menambah sedikit contoh lagi (2-3) contoh ke meja. e. Guru menginformasikan prinsip-prinsip bekerja dalam kelompoknya. f. Guru meminta siswa selanjutnya bekerja berkelompok untuk mendaftar dan mendiskusikan persamaan ciri pada kelompok item YA. Selanjutnya mereka menentukan konsepnya. g. Guru meminta siswa kelompok Atribut YA selanjutnya didiskusikan dengan seluruh kelas dan dibandingkan dengan kelompok TIDAK. a. Guru memberikan informasi tambahan untuk mengeliminasi karakteristik yang tidak diinginkan. b. Guru melakukan klarifikasi dari respon siswa, setelah siswa menjelaskan responnya. c. Guru membimbing dalam melakukan penyelidikan kepada masing-masing kelompok. d. Guru meminta siswa mendiskusikan hasil kegiatan penyelidikan yang terdapat dalam 6
Tahap 4 Penutup Tahap Kegiatan Guru LKS bersama anggota kelompoknya. e. Guru mengajukan daftar contoh-contoh untuk tes a. Guru membimbing kelompok dan menanyakan mengenai nama konsep, definisi, dan atributnya serta contoh lainnnya, kalau siswa sudah menemukan karakteristiknya dan konsepnya dan menentukan generalisasi. b. Guru meminta perwakilan dari masingmasing anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil karyanya dan kelompok lain menanggapi. Tahap 5 Penerapan a. Guru meminta siswa untuk menambah contoh atau noncontoh berdasar pengalaman mereka atau pengetahuan mereka atau mungkin yang telah mereka lakukan di rumah. b. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari hasil kegiatan yang telah dilakukan. Sebagaimana dalam setiap model pembelajaran tentunya tidak tertutup kemungkinan adanya kekurangan dan kelebihan dari model pembelajaran tersebut. Adapun kelebihan dari model pembelajaran tersebut adalah: ( Widoko;2001:1-16 ) a. Kelebihan model pembelajaran konsep 1) dapat membuat pengajaran lebih konkrit 2) siswa lebih mudah memahami pelajaran 3) proses pelajaran lebih menarik 4) siswa dirangsang lebih baik dalam pemrosesan informasi Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut ada beberapa langkah yang diambil yakni: a. Memberi penugasan awal sebelum pembelajaran, dengan cara memberi soal agar dikerjakan di rumah sebelum pembelajaran dilakukan. b. Memberi tugas mencari fenomena alam yang menurut siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan. c. Memperbanyak contoh dan non contoh, sebagai jalan untuk memperkaya khasanah pengetahuan siswa tentang materi yang akan dipelajari. d. Pembimbingan pembelajaran yang aktif selama proses pembelajaran. 7
Menurut Suherman (1994 : 35) model pemerolehan konsep merupakan model yang sangat efisien untuk menyajikan informasi yang teroganisasi dalam berbagai bidang studi. Salah satu keunggulan model pemerolehan konsep ini adalah meningkatkan kemampuan untuk belajar lebih mudah dan lebih efektif. Bahkan dikatakan dari hasil kajian keberlakuan model pemerolehan konsep diperoleh petunjuk yang meyakinkan secara akademis dan praktis, bahwa model pemerolehan konsep dapat digunakan untuk sasaran belajar dari berbagai usia. Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep adalah proses mengidentifikasi dan mendefinisikan konsep dengan jalan menemukan atributnya yang paling esensial sesuai dengan pengertian konsep yang dipelajari. Atribut tersebut harus membedakan contoh konsep itu dengan yang bukan contoh konsep. Oleh karena itu model Pembelajaran Pemerolehan Konsep (Concept Attainment Model) adalah model pembelajaran induktif yang dirancang membantu siswa segala umur untuk belajar konsep sekaligus mempraktikkan keterampilan berpikir analitis ((Klausmeier, 1985; Tennyson & Cocchiarella, 1986) dalam Arends, 2008:151). Hasil belajar yang dapat dicapai menggunakan model pemerolehan konsep ini adalah (a) Konsep khusus/tertentu, (b) Hakikat konsep, (c) Penalaran logis dan berpikir tingkat tinggi, serta (d) Keterampilan komunikasi. Metode penelitian Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka jenis penelitian ini tergolong penelitian pengembangan, yang mendeskripsikan sekelompok data dipresentasikan dalam bentuk diagram untuk pengamatan yang meliputi keterlaksanaan pembelajaran dengan model pemerolehan konsep, aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar, respon siswa terhadap pembelajaran, ketuntasan hasil belajar siswa selama kegiatan belajar-mengajar. Penelitian dilakukan dengan cara mengembangkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari materi ajar siswa, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar pengamatan Siswa (LKS), dan instrumen penelitian lainnnya. Pada tahap pengembangan perangkat pembelajaran, yang menjadi subyek penelitian ini adalah perangkat pembelajaran yang dikembangkan yang terdiri dari: rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi ajar siswa, lembar kegiatan siswa (LKS), dan perangkat tes hasil belajar (THB). Subjek dalam uji coba perangkat yang telah dikembangkan adalah 10 siswa Kelas VIII A untuk uji coba I dan 35 siswa Kelas VIII B SMP Unggulan Amanatul Ummah Surabaya Tahun Pelajaran 2009/2010 untuk uji coba II. Uji coba 1 dan uji coba 2 menggunakan rancangan one group pretestposttest design, di mana digunakan satu kelompok subyek. Pertama-tama dilakukan uji awal, lalu dikenakan perlakuan untuk jangka waktu tertentu. 8
Kemudian dilakukan uji akhir. Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut (Tuckman, 1978:129): Tabel 3. Rancangan Penelitian Pre test Perlakuan Post test O 1 X O 2 Keterangan Gambar: O 1 = uji awal (pretest), untuk mengetahui penguasaan awal siswa terhadap pengetahuan tentang materi sebelum diberikan perlakuan. X = Perlakuan, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan perangkat model pembelajaran pemerolehan konsep yang dikembangkan untuk jangka waktu tertentu. O 2 = uji akhir (posttest), untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap pengetahuan tentang materi. Sesuai dengan jenis data yang ingin diperoleh dalam penelitian ini, maka instrumen penelitian yang dikembangkan dan digunakan adalah sebagai berikut: 1. Efektivitas Penerapan Perangkat Pembelajaran a. Lembar Angket Respon Siswa Lembar angket respon siswa ini digunakan untuk memperoleh data mengenai pendapat/ komentar dari siswa tentang perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti. Minat adalah kecendrungan hati yang tinggi terhadap sesuatu atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Motivasi adalah dorongan yang timbul dalam diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. b. Tes Hasil Belajar Lembar tes hasil belajar ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai pengetahuan konsep mengenai pembiasan cahaya sebagai suatu produk. Tes hasil ini digunakan untuk menentukan ketuntasan pencapaian tujuan pembelajaran, ketuntasan individual, ketuntasan klasikal dan sensitivitas tiap butir soal tes hasil belajar. Dalam menyusun instrumen pengamatan yang baik perlu untuk diketahui nilai koefisien reliabilitas, sedangkan dalam menyusun instrumen tes hasil belajar yang baik diperlukan pula analisis validitas dan indeks sensivitas butir soal. c. Instrumen Untuk Mengetahui Keterlaksanaan Dan Hambatan dalam Pengembangan Perangkat. Instrumen ini menggunakan lembar keterlaksanaan RP, dari keterlaksanaan RP dapat diketahui kekurangan kekurangan dalam 9
pelaksanaan pembelajaran, kemudian dari kekurangan-kekurangan dapat diketahui kendala-kendala dalam pembelajaran. Lembar pengamatan hambatan dalam pengembangan perangkat ini ditentukan oleh pengamat secara langsung pada saat KBM sedang berlangsung. Dan hasilnya dicatat pada lembar pengamatan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan teknik sebagai berikut: a. Observasi/Pengamatan Observasi/pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data penelitian tentang aktivitas siswa dan keterlaksanaan RPP saat kegiatan pembelajaran berlangsung. b. Pemberian Tes Pemberian tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa dan ketuntasan tujuan pembelajaran, ketuntasan individu, klasikal, dan sensivitas butir soal. c. Pemberian Angket Pemberian angket dilakukan setelah proses belajar mengajar satu pokok bahasan berakhir. Angket digunakan untuk mengumpulkan informasi data tentang minat dan motivasi siswa terhadap kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran pemerolehan konsep. Tujuan analisis data dalam penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang selanjutnya merumuskan simpulan. Berikut ini data-data penelitian yang akan dianalisis: 1. Analisis Efektivitas Penerapan Perangkat Pembelajaran a. Analisis Data Respon Siswa Data angket diperoleh dari dua macam data yang diberikan kepada siswa, yaitu pertama: angket minat siswa, kedua: angket motivasi siswa terhadap proses pembelajaran. Teknik yang digunakan untuk menganalisis respon siswa adalah statistik deskriptif. b. Analisis Data Tes Hasil Belajar Analisis data dilakukan dengan tujuan untuk mengukur tingkat ketuntasan hasil belajar siswa dengan menggunakan tes hasil belajar, dan juga menganalisis validitas dan sensitivitas butir soal. Teknik untuk menentukan tingkat ketuntasan tes hasil belajar siswa adalah statistik deskriptif. c. Hambatan hambatan yang terjadi selama proses KBM berlangsung Teknik yang digunakan untuk menganalisis data hambatan-hambatan yang terjadi selama proses KBM adalah deskriptif kualitatif. 10
Hasil dan pembahasan penelitian Rekapitulasi data tentang minat siswa terhadap pembelajaran pada uji coba dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep (uji coba I dan Uji coba II) Minat Siswa (Uji coba I) Minat Siswa (Uji coba II) No Komponen Skor rata-rata Kriteria Skor rata-rata Kriteria 1 Attention (perhatian) 4.04 Baik 4.10 Baik 2 Relevance (keterkaitan) 3.76 Baik 3.80 Baik 3 Convidence (percaya diri) 3.95 Baik 4.00 Baik 4 Satisfaction (kepuasan) 3.89 Baik 3.92 Baik Pada Tabel 4. menyatakan respon siswa terhadap pembelajaran pemerolehan konsep adalah positif, hal ini didasari oleh skor rata-rata tiap kondisi yang mendukung minat belajar siswa dengan kriteria sangat baik. Begitu juga dengan rata-rata skor tiap kondisi untuk motivasi siswa dengan kriteria sangat baik. Analisis ketuntasan hasil belajar siswa disampaikan pada Grafik 1 di bawah ini: Grafik 1. Proporsi Ketuntasan Tes Hasil Belajar Siswa Pada U1 (Uji awal) dan U2 (uji akhir) 11
Berdasarkan Grafik 1. di atas, untuk uji awal 35 siswa tidak tuntas dengan rata-rata 31,8 %. Proporsi ketuntasan uji akhir yang dicapai semua siswa tuntas 100% dengan rata-rata 94,6%. Proporsi ketuntasan yang dicapai siswa minimum 89,20% dan maksimum 100%. Jadi prosentase ketuntasan siswa pada uji awal dan uji akhir meningkat dari 31,8 % menjadi 94,6 %. Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan diskusi hasil penelitian tentang pengembangan perangkat pembelajaran fisika konsep pembiasan cahaya dengan menggunakan model pembelajaran pemerolehan konsep (Concept Attainment), terdapat beberapa hasil sebagai berikut: 1. Respon Siswa Respon siswa terhadap pembelajaran pemerolehan konsep pada uji coba I dan uji coba II adalah positif, hal ini didasari oleh skor rata-rata tiap kondisi yang mendukung minat belajar siswa dengan kriteria sangat baik. Begitu juga dengan rata-rata skor tiap kondisi untuk motivasi siswa dengan kriteria sangat baik. 2. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa pada uji coba I dan uji coba II setelah pembelajaran pemerolehan konsep menunjukkan ketuntasan individual sebesar 100%. Ratarata proporsi jawaban benar siswa pada uji coba I yaitu sebesar 0,94 dan pada uji coba II sebesar 0,95. Hal ini berarti baik secara individual maupun klasikal belajar siswa sudah tuntas. 3. Kendala-Kendala Kendala-kendala yang ditemukan pada uji coba I, pada waktu presentasi hasil kerja kelompok, anggota kelompok saling tunjuk sehingga Guru langsung menunjuk setiap anggota kelompok untuk mewakili kelompoknya dalam mempresentasikan hasil kegiatan kelompoknya. Cara guru berbicara terkadang terlalu cepat sehingga guru mengatur intonasi bicara pada saat KBM. Siswa sulit menghubungkan antar konsep dalam peta konsep sehingga guru membimbing siswa membuat peta konsep. Dalam pembelajaran siswa terlalu banyak menggunakan waktu dalam berdiskusi berpasangan sehingga guru harus membatasi waktu untuk diskusi berpasangan. Kendala-kendala yang ditemukan selama proses penelitian uji coba II adalah beberapa siswa cenderung untuk mengobrol dengan teman sehingga guru harus menegur siswa yang mengobrol. Cara guru berbicara terkadang terlalu cepat sehingga guru harus segera mengatur intonasi bicara pada saat KBM. III. PENUTUP Kesimpulan dan saran 12
Berdasarkan temuan pada penelitian uji coba I dan uji coba II pengembangan perangkat pembelajaran konsep pembiasan cahaya berorientasi dengan model pembelajaran pemerolehan konsep (Concept Attainment) dapat disimpulkan bahwa: Kualitas perangkat pembelajaran pemerolehan konsep yang dikembangkan adalah baik dan telah layak digunakan sebagai perangkat pembelajaran. Sedangkan uji coba perangkat pembelajaran pemerolehan konsep yang dikembangkan dapat dikatakan dapat menuntaskan hasil belajar siswa. Beberapa saran untuk dicoba selanjutnya dapat dikemukakan oleh peneliti berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil belajar yang telah dicapai dengan model pembelajaran pemerolehan konsep, maka model ini dapat dijadikan alternatif untuk diterapkan di sekolah yang berbeda pada materi yang berbeda. 2. Dalam kegiatan pembelajaran, sebaiknya diperlukan beberapa pengamat yaitu dua pengamat untuk mengamati keterlaksaan RPP dan tiga sampai lima pengamat untuk mengamati aktivitas siswa yang jumlah siswa nya lebih dari 30 siswa. 3. Dalam mengatur kegiatan pembelajaran, guru harus mengatur kecepatan suara supaya apa yang disampaikan dapat dipahami siswa dengan lebih mudah. 13
Daftar Pustaka Arends, R. L. 1997a. Clasroom Instraction and Management. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. Arends, R. L. 1997b. Clasroom Testing and Assesment. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. Arends. R. L. 2008. Belajar untuk mengajar. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Depdiknas 2007a. Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP: Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2007b. Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP: PERMEN 22 Th 2006 - Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar). Jakarta: Depdiknas. Eggen, D. P. Kauchak, P. D. & Harder. 1979. Strategies for Teacher, Information Processing Models in The Classrom. New Jersey: Englewood Cliffs, Prentice Hall, Inc. Eggen, D. P. Kauchak, P. D. 1996. Strategies for Teacher, Teaching Content and Thinking Skills. Needham Height, Massachussets: Allyn and Bacon. Ibrahim, M. 2002. Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Modul: Bio C-06 Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Ibrahim, M. 2005. Asesmen Berkelanjutan: Konsep Dasar, Tahapan Pengembangan dan Contoh. Surabaya: Unipress Univeristas Negeri Surabaya. Joyce, B & Weil, M. 1992. Models of Teaching. Amerika Serikat: Allyn and Bacon. A Davision of Simon & Shuster, Inc. Kardi, S. & Nur, M. 1994. Meningkatkan Keterampilan Mengajar Melalui Tindakan dan Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: FPMIPA IKIP Surabaya. Kardi, S. 2002. Mengembangkan Tes Hasil Belajar. Surabaya: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Surabaya. Nur. M. dan Wikandari, P. R. 1999. Pembelajaran Berpusat pada Mahasiswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pembelajaran. Surabaya: Unipress Universitas Negeri Surabaya. Slavin, R. E. 1994. Educational Psychology : Theory Into Practice. Boston: Allyn and Bacon Publisher. Suherman, E. 1994. Evaluasi proses dan hasil belajar matematika modul 1-6. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. Thiagarajan, S., Semmel. D. S., & Semmel, M. I. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Execeptional children, A. Sourcebook. Bloomington: Center for innovation on Teaching the handicapped. 14
Tuckman, B. W. 1978. Conducting Educational Research. San Diego: Harcourt Brace Javanovic Publishers. Widoko.2001. Model Pembelajaran Konsep. Surabaya: University Press IKIP Surabaya. 15