BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu 1. Penelitian ini menghasilkan peta rencana jalur evakuasi yang paling efisien untuk proses penyelamatan diri dari bencana banjir bandang di masingmasing dusun. Secara umum rencana jalur evakuasi menggunakan jalan perkampungan dengan lebar ±3 meter. Kondisi jalan tersebut merupakan jalan setapak yang digunakan oleh penduduk setempat dalam melaksanakan kegiatan mereka sehari-hari. Rencana jalur evakuasi mengarah ke area evakuasi yang berada di samping (sisi luar) dari pemukiman. Area evakuasi mempunyai ketinggian 15 meter di atas permukaan laut (dpl), yang merupakan ketinggian aman dari bahaya banjir bandang. Secara lebih rinci, jalur evakuasi untuk masing-masing dusun adalah sebagai berikut a. Dusun Nasiri Terdapat dua area evakuasi. Area evakuasi 1 dapat ditempuh oleh penduduk dengan titik asal terjauh (titik B) selama 8 menit 36 detik. Area evakuasi 2 dapat ditempuh oleh penduduk dengan titik asal terjauh (titik E) selama 4 menit 21 detik. Sehingga dibutuhkan alat sistem peringatan dini bencana banjir bandang yang dapat memberikan peringatan adanya banjir bandang minimal 10 menit lebih awal. Untuk mempermudah proses evakuasi, diperlukan pembangunan struktural berupa anak tangga dan rambu penunjuk arah menuju area evakuasi. b. Dusun Mange-mange Terdapat dua area evakuasi. Area evakuasi 1 dapat ditempuh oleh penduduk dengan titik asal terjauh (titik A dan titik E) selama 2 menit 44 detik. Area evakuasi 2 dapat ditempuh oleh penduduk dengan titik asal terjauh (titik C) selama 4 menit 39 detik. Sehingga dibutuhkan
alat sistem peringatan dini bencana banjir bandang yang dapat memberikan peringatan adanya banjir bandang minimal 10 menit lebih awal. Untuk mempermudah proses evakuasi, diperlukan pembangunan struktural berupa anak tangga dan rambu penunjuk arah menuju area evakuasi. c. Dusun Hatamanu Terdapat tiga area evakuasi. Area evakuasi 1 dapat ditempuh oleh penduduk dengan titik asal terjauh (titik D) selama 6 menit 49 detik. Area evakuasi 2 dapat ditempuh oleh penduduk dengan titik asal terjauh (titik B) selama 4 menit 36 detik. Area evakuasi 3 dapat ditempuh oleh penduduk dengan titik asal terjauh (titik A) selama 2 menit 43 detik. Sehingga dibutuhkan alat sistem peringatan dini bencana banjir bandang yang dapat memberikan peringatan adanya banjir bandang minimal 10 menit lebih awal. Untuk mempermudah proses evakuasi, diperlukan pembangunan struktural berupa anak tangga, rambu penunjuk arah menuju area evakuasi, dan jembatan yang digunakan sebagai penghubung pemukiman penduduk dengan area evakuasi. Penyaluran bantuan baik logistik, medis, ataupun paramedis pada saat tahap tanggap darurat digunakan moda transportasi udara yaitu dengan menggunakan helikopter. Hal tersebut atas dasar pertimbangan kecepatan waktu penyaluran bantuan. Penyaluran bantuan dengan menggunakan moda transportasi udara dapat ditempuh selama 25 menit dari pusat Kota Ambon maupun Bandar Udara Pattimura. Untuk memperlancar penyaluran bantuan, maka diperlukan sarana heliport bagi helikopter untuk melakukan pendaratan. Sarana pendaratan (heliport) direncanakan dibangun di Dusun Talaga. Penyaluran bantuan baik logistik, medis, maupun paramedis yang sifatnya tidak mendesak, direncanakan menggunakan perpaduan moda transportasi darat dan laut (Alternatif Tiga). Penyaluran bantuan dengan menggunakan
perpaduan moda transportasi darat dan laut dapat ditempuh selama 3 jam dari pusat Kota Ambon menuju ke lokasi bencana. Apabila penyaluran bantuan baik logistik, medis, maupun paramedis yang berasal dari Kabupaten Seram Bagian Barat, direncanakan menggunakan moda transportasi laut (Alternatif Dua). Penyaluran bantuan dari Kabupaten Seram Bagian Barat menggunakan moda transportasi laut dapat ditempuh selama 3 jam 30 menit. Maka dari itu, untuk memperlancar penyaluran bantuan diperlukan sarana bagi bus air untuk merapat ke pantai (berlabuh). Sarana tersebut berupa dermaga tradisional yang direncanakan dibangun di Dusun Talaga. 2. Secara umum, permasalahan yang ada di sepanjang jalan dari Kantor Kabupaten Seram Bagian Barat menuju ke Kantor Kecamatan Huamual beserta solusinya adalah sebagai berikut a. Munculnya aliran air dari hutan saat hujan yang memotong jalan meninggalkan genangan air setelah hujan reda menjadi penyebab kerusakan pada jalan. Solusinya adalah dengan membangun drainase kemudian melakukan perbaikan pada jalan yang rusak. b. Tepi jalan rusak karena terjadi longsor pada tebing. Solusi yang dapat diberikan adalah dengan melakukan perkuatan pada tebing tanah. c. Jembatan rusak dan hilang ataupun tanpa pengaman bangunan. Solusinyan adalah dengan membuat jembatan baru ataupun memberikan perkuatan pada dasar jembatan dan dinding sungai. d. Bekas longsoran menyebabkan penyempitan jalan yang mengakibatkan jalan ini tidak dapat dilalui oleh mobil. Solusi yang dapat diberikan adalah dengan membersihkan bekas longsoran yang masih ada di jalan. e. Jalan putus karena adanya longsor dan bekas longsoran belum dibersihkan. Solusinya adalah reboisasi daerah hulu sungai serta perkuatan tebing tanah dengan terlebih dahulu melakukan uji tanah.
f. Jalan rusak yang berada di tengah hutan. Solusinya yaitu dengan pencanangan penanaman pohon produktif yang akan mendorong perekonomian masyarakat, selain itu, pohon produktif berfungsi sebagai penguat tanah, sehingga tanah tidak mudah longsor. Kemudian langkah selanjutnya yaitu pembangunan jaringan jalan ulang untuk memperlancar jalur perekonomian, dengan terlebih dahulu memperhatikan dan memperbaiki sistem aliran air hutan. Aliran air tersebut hendaknya dibuatkan semacam saluran drainase, sehingga air tidak mengganggu keberadaan jalan. 3. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa material lokal yang berasal dari Kabupaten Seram Bagian Barat memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. Untuk agregat kasar, nilai abrasi sebesar 24,6 %, dimana nilai yang disyaratkan maksimal sebesar 40 %. Nilai berat jenis semu sebesar 2,7 gr/cm 3, dimana nilai yang disyaratkan minimal 2,5 gr/cm 3. Nilai penyerapan agregat sebesar 1,2 %, dimana nilai yang disyaratkan maksimal 3 %. Nilai kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan magnesium sulfat sebesar 4 %, dimana nilai yang disyaratkan maksimal 12 %. Hasil uji laboratorium untuk agregat halus, nilai berat jenis semu sebesar 2,7 gr/cm 3, dimana nilai yang disyaratkan minimal 2,5 gr/cm 3. Sedangkan nilai penyerapan agregat sebesar 2,01 %, dimana nilai yang disyaratkan maksimal 3 %. Hasil uji laboratorium untuk filler, nilai berat jenis sebesar 2,9 gr/cm 3, dimana nilai yang disyaratkan minimal 2,5 gr/cm 3. Berdasarkan nilai karakteristik Marshall yang ada, didapatkan nilai Kadar Aspal Optimum sebesar 5,44 %. Dengan menggunakan nilai KAO yang ada, hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin lama perendaman maka nilai MQ akan semakin turun. Hal tersebut diakibatkan karena adanya penurunan nilai stabilitas sedangkan nilai flow cenderung naik. Dengan demikian nilai Indek Kekuatan Sisa
(IKS) dari campuran tersebut sebesar 65,778 %, dimana nilai tersebut jauh di bawah nilai yang disyaratkan yaitu minimal 90 %. Maka dari itu, campuran perkerasan AC-WC dengan menggunakan agregat lokal tidak cocok diterapkan di daerah Kabupaten Seram Bagian Barat yang jaringan jalannya sering terendam air cukup lama. Untuk mendapatkan perkerasan jalan yang sesuai dengan syarat yang berfungsi untuk mencapai umur perencanaan, maka perlu penggantian material perkerasan jalan dari luar daerah. Dimana material perkerasan jalan tersebut harus terlebih dahulu diuji lagi di laboratorium. Namun apabila dipaksakan menggunakan material lokal dalam pembangunan jaringan jalan dari Kabupaten Seram Bagian Barat menuju ke Kecamatan Huamual maka akan ada kelemahan dalam struktur perkerasan yang ada yaitu pada bagian lapis permukaan akan cepat rusak karena pengaruh rendaman air hujan yang mengakibatkan lemahnya ikatan aspal dengan agregat. Berdasarkan metode analisa komponen didapatkan ketebalan struktur perkerasan yang harus dicapai, yaitu Ø Tebal lapis permukaan : 5 cm (Laston) Ø Tebal lapis pondasi : 20 cm (Batu pecah kelas C) Ø Tebal lapis pondasi bawah : 18 cm (Pasir batu kelas C) 7.2 Saran Saran yang dapat diberikan oleh penyusun untuk Pemerintah Provinsi Maluku, dan terutama untuk Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Barat guna memperlancar dan mempersiapkan daerah rawan bencana yaitu 1. Pembangunan infrastruktur transportasi akan lebih optimal apabila lebih diprioritaskan pada pembangunan transportasi laut (alternatif tiga). Hal tersebut dengan pertimbangan bahwa dari hasil uji laboratorium ditemukan spesifikasi campuran dengan menggunakan material lokal tidak memenuhi persyaratan. Sehingga perlu penggantian material dari daerah lain. Penggantian material tersebut tentu saja akan menambah biaya pembangunan jalan yang akan mengakibatkan mahalnya biaya yang akan dikeluarkan.
2. Pembangunan transportasi laut lebih difokuskan pada pembangunan dermaga tradisional di Dusun Talaga dan pengadaan bus air yang lebih standar. Dengan harapan bahwa bus air tersebut tetap dapat beroperasi pada saat gelombang air laut mengalami sedikit peningkatan. Saran yang dapat diberikan oleh penyusun guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas dari penelitian ini yaitu 1. Perlu adanya keterlibatan ahli Geografi sehingga pemetaan akan lebih tepat. 2. Dengan alasan keadaan geografis, maka dalam tahap penanganan bantuan bencana pada tahap tanggap darurat bencana seharusnya diambil alih secara langsung oleh pemerintah Provinsi Maluku di Ambon. Karena bantuan berupa logistik, medis, maupun paramedis dari Kota Ambon akan lebih cepat sampai di lokasi dari pada bantuan dari Kabupaten Seram Bagian Barat. Karena keadaan transportasi yang kurang memadai. 3. Perlu adanya perancangan struktur anak tangga. 4. Perlu adanya penelitian lanjutan yang mengenai struktur lapis pondasi perkerasan jalan. 5. Penambahan waktu survei dengan tujuan memperdalam dan lebih mengenal lokasi penelitian.