BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

BAB I PENDAHULUAN. disektor ekonomi, sosial budaya, politik, industri, pertahanan dan keamanan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia sehari-hari, selain itu jalan juga memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Jalan sebagai prasarana transportasi adalah salah satu faktor yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

PENGARUH PENAMBAHAN FILLER SEMEN DAN LAMA RENDAMAN BANJIR TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN SMA

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor pembangunan di Indonesia yang memiliki prioritas lebih dari sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. ini pemerintah DKI Jakarta mencoba mengeluarkan salah satu solusi yaitu

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aspal dapat digunakan sebagai wearing course, binder course, base course dan

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang

BAB III LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Tabel 1.1

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingginya laju pertumbuhan ekonomi hal ini mengakibatkan peningkatan

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

BAB III LANDASAN TEORI

LAMPIRAN A HASIL PENGUJIAN AGREGAT

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pertambahan jumlah penduduk yang terjadi secara konsisten di Indonesia dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT MIX ASPAL UNTUK LAPISAN PERMUKAAN AC-WC DENGAN STANDAR KEPADATAN MUTLAK

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab IV Penyajian Data dan Analisis

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

PENGARUH PENAMBAHAN KARET SOL PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT (204M)

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda

STUDI PENENTUAN JOB MIX DESAIN PERKERASAN LENTUR DENGAN MEMANFAATKAN ASPAL DAUR ULANG / RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman yang berkembang seperti saat ini pembangunan sarana

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

DAFTAR PENETAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

ANALISA UJI KUAT TEKAN AGREGAT HALUS PASIR BESI TULUNGAGUNG PADA CAMPURAN ASPAL DENGAN MENGGUNAKAN MARSHALL TEST TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NASKAH SEMINAR INTISARI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Transkripsi:

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu 1. Penelitian ini menghasilkan peta rencana jalur evakuasi yang paling efisien untuk proses penyelamatan diri dari bencana banjir bandang di masingmasing dusun. Secara umum rencana jalur evakuasi menggunakan jalan perkampungan dengan lebar ±3 meter. Kondisi jalan tersebut merupakan jalan setapak yang digunakan oleh penduduk setempat dalam melaksanakan kegiatan mereka sehari-hari. Rencana jalur evakuasi mengarah ke area evakuasi yang berada di samping (sisi luar) dari pemukiman. Area evakuasi mempunyai ketinggian 15 meter di atas permukaan laut (dpl), yang merupakan ketinggian aman dari bahaya banjir bandang. Secara lebih rinci, jalur evakuasi untuk masing-masing dusun adalah sebagai berikut a. Dusun Nasiri Terdapat dua area evakuasi. Area evakuasi 1 dapat ditempuh oleh penduduk dengan titik asal terjauh (titik B) selama 8 menit 36 detik. Area evakuasi 2 dapat ditempuh oleh penduduk dengan titik asal terjauh (titik E) selama 4 menit 21 detik. Sehingga dibutuhkan alat sistem peringatan dini bencana banjir bandang yang dapat memberikan peringatan adanya banjir bandang minimal 10 menit lebih awal. Untuk mempermudah proses evakuasi, diperlukan pembangunan struktural berupa anak tangga dan rambu penunjuk arah menuju area evakuasi. b. Dusun Mange-mange Terdapat dua area evakuasi. Area evakuasi 1 dapat ditempuh oleh penduduk dengan titik asal terjauh (titik A dan titik E) selama 2 menit 44 detik. Area evakuasi 2 dapat ditempuh oleh penduduk dengan titik asal terjauh (titik C) selama 4 menit 39 detik. Sehingga dibutuhkan

alat sistem peringatan dini bencana banjir bandang yang dapat memberikan peringatan adanya banjir bandang minimal 10 menit lebih awal. Untuk mempermudah proses evakuasi, diperlukan pembangunan struktural berupa anak tangga dan rambu penunjuk arah menuju area evakuasi. c. Dusun Hatamanu Terdapat tiga area evakuasi. Area evakuasi 1 dapat ditempuh oleh penduduk dengan titik asal terjauh (titik D) selama 6 menit 49 detik. Area evakuasi 2 dapat ditempuh oleh penduduk dengan titik asal terjauh (titik B) selama 4 menit 36 detik. Area evakuasi 3 dapat ditempuh oleh penduduk dengan titik asal terjauh (titik A) selama 2 menit 43 detik. Sehingga dibutuhkan alat sistem peringatan dini bencana banjir bandang yang dapat memberikan peringatan adanya banjir bandang minimal 10 menit lebih awal. Untuk mempermudah proses evakuasi, diperlukan pembangunan struktural berupa anak tangga, rambu penunjuk arah menuju area evakuasi, dan jembatan yang digunakan sebagai penghubung pemukiman penduduk dengan area evakuasi. Penyaluran bantuan baik logistik, medis, ataupun paramedis pada saat tahap tanggap darurat digunakan moda transportasi udara yaitu dengan menggunakan helikopter. Hal tersebut atas dasar pertimbangan kecepatan waktu penyaluran bantuan. Penyaluran bantuan dengan menggunakan moda transportasi udara dapat ditempuh selama 25 menit dari pusat Kota Ambon maupun Bandar Udara Pattimura. Untuk memperlancar penyaluran bantuan, maka diperlukan sarana heliport bagi helikopter untuk melakukan pendaratan. Sarana pendaratan (heliport) direncanakan dibangun di Dusun Talaga. Penyaluran bantuan baik logistik, medis, maupun paramedis yang sifatnya tidak mendesak, direncanakan menggunakan perpaduan moda transportasi darat dan laut (Alternatif Tiga). Penyaluran bantuan dengan menggunakan

perpaduan moda transportasi darat dan laut dapat ditempuh selama 3 jam dari pusat Kota Ambon menuju ke lokasi bencana. Apabila penyaluran bantuan baik logistik, medis, maupun paramedis yang berasal dari Kabupaten Seram Bagian Barat, direncanakan menggunakan moda transportasi laut (Alternatif Dua). Penyaluran bantuan dari Kabupaten Seram Bagian Barat menggunakan moda transportasi laut dapat ditempuh selama 3 jam 30 menit. Maka dari itu, untuk memperlancar penyaluran bantuan diperlukan sarana bagi bus air untuk merapat ke pantai (berlabuh). Sarana tersebut berupa dermaga tradisional yang direncanakan dibangun di Dusun Talaga. 2. Secara umum, permasalahan yang ada di sepanjang jalan dari Kantor Kabupaten Seram Bagian Barat menuju ke Kantor Kecamatan Huamual beserta solusinya adalah sebagai berikut a. Munculnya aliran air dari hutan saat hujan yang memotong jalan meninggalkan genangan air setelah hujan reda menjadi penyebab kerusakan pada jalan. Solusinya adalah dengan membangun drainase kemudian melakukan perbaikan pada jalan yang rusak. b. Tepi jalan rusak karena terjadi longsor pada tebing. Solusi yang dapat diberikan adalah dengan melakukan perkuatan pada tebing tanah. c. Jembatan rusak dan hilang ataupun tanpa pengaman bangunan. Solusinyan adalah dengan membuat jembatan baru ataupun memberikan perkuatan pada dasar jembatan dan dinding sungai. d. Bekas longsoran menyebabkan penyempitan jalan yang mengakibatkan jalan ini tidak dapat dilalui oleh mobil. Solusi yang dapat diberikan adalah dengan membersihkan bekas longsoran yang masih ada di jalan. e. Jalan putus karena adanya longsor dan bekas longsoran belum dibersihkan. Solusinya adalah reboisasi daerah hulu sungai serta perkuatan tebing tanah dengan terlebih dahulu melakukan uji tanah.

f. Jalan rusak yang berada di tengah hutan. Solusinya yaitu dengan pencanangan penanaman pohon produktif yang akan mendorong perekonomian masyarakat, selain itu, pohon produktif berfungsi sebagai penguat tanah, sehingga tanah tidak mudah longsor. Kemudian langkah selanjutnya yaitu pembangunan jaringan jalan ulang untuk memperlancar jalur perekonomian, dengan terlebih dahulu memperhatikan dan memperbaiki sistem aliran air hutan. Aliran air tersebut hendaknya dibuatkan semacam saluran drainase, sehingga air tidak mengganggu keberadaan jalan. 3. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa material lokal yang berasal dari Kabupaten Seram Bagian Barat memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. Untuk agregat kasar, nilai abrasi sebesar 24,6 %, dimana nilai yang disyaratkan maksimal sebesar 40 %. Nilai berat jenis semu sebesar 2,7 gr/cm 3, dimana nilai yang disyaratkan minimal 2,5 gr/cm 3. Nilai penyerapan agregat sebesar 1,2 %, dimana nilai yang disyaratkan maksimal 3 %. Nilai kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan magnesium sulfat sebesar 4 %, dimana nilai yang disyaratkan maksimal 12 %. Hasil uji laboratorium untuk agregat halus, nilai berat jenis semu sebesar 2,7 gr/cm 3, dimana nilai yang disyaratkan minimal 2,5 gr/cm 3. Sedangkan nilai penyerapan agregat sebesar 2,01 %, dimana nilai yang disyaratkan maksimal 3 %. Hasil uji laboratorium untuk filler, nilai berat jenis sebesar 2,9 gr/cm 3, dimana nilai yang disyaratkan minimal 2,5 gr/cm 3. Berdasarkan nilai karakteristik Marshall yang ada, didapatkan nilai Kadar Aspal Optimum sebesar 5,44 %. Dengan menggunakan nilai KAO yang ada, hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin lama perendaman maka nilai MQ akan semakin turun. Hal tersebut diakibatkan karena adanya penurunan nilai stabilitas sedangkan nilai flow cenderung naik. Dengan demikian nilai Indek Kekuatan Sisa

(IKS) dari campuran tersebut sebesar 65,778 %, dimana nilai tersebut jauh di bawah nilai yang disyaratkan yaitu minimal 90 %. Maka dari itu, campuran perkerasan AC-WC dengan menggunakan agregat lokal tidak cocok diterapkan di daerah Kabupaten Seram Bagian Barat yang jaringan jalannya sering terendam air cukup lama. Untuk mendapatkan perkerasan jalan yang sesuai dengan syarat yang berfungsi untuk mencapai umur perencanaan, maka perlu penggantian material perkerasan jalan dari luar daerah. Dimana material perkerasan jalan tersebut harus terlebih dahulu diuji lagi di laboratorium. Namun apabila dipaksakan menggunakan material lokal dalam pembangunan jaringan jalan dari Kabupaten Seram Bagian Barat menuju ke Kecamatan Huamual maka akan ada kelemahan dalam struktur perkerasan yang ada yaitu pada bagian lapis permukaan akan cepat rusak karena pengaruh rendaman air hujan yang mengakibatkan lemahnya ikatan aspal dengan agregat. Berdasarkan metode analisa komponen didapatkan ketebalan struktur perkerasan yang harus dicapai, yaitu Ø Tebal lapis permukaan : 5 cm (Laston) Ø Tebal lapis pondasi : 20 cm (Batu pecah kelas C) Ø Tebal lapis pondasi bawah : 18 cm (Pasir batu kelas C) 7.2 Saran Saran yang dapat diberikan oleh penyusun untuk Pemerintah Provinsi Maluku, dan terutama untuk Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Barat guna memperlancar dan mempersiapkan daerah rawan bencana yaitu 1. Pembangunan infrastruktur transportasi akan lebih optimal apabila lebih diprioritaskan pada pembangunan transportasi laut (alternatif tiga). Hal tersebut dengan pertimbangan bahwa dari hasil uji laboratorium ditemukan spesifikasi campuran dengan menggunakan material lokal tidak memenuhi persyaratan. Sehingga perlu penggantian material dari daerah lain. Penggantian material tersebut tentu saja akan menambah biaya pembangunan jalan yang akan mengakibatkan mahalnya biaya yang akan dikeluarkan.

2. Pembangunan transportasi laut lebih difokuskan pada pembangunan dermaga tradisional di Dusun Talaga dan pengadaan bus air yang lebih standar. Dengan harapan bahwa bus air tersebut tetap dapat beroperasi pada saat gelombang air laut mengalami sedikit peningkatan. Saran yang dapat diberikan oleh penyusun guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas dari penelitian ini yaitu 1. Perlu adanya keterlibatan ahli Geografi sehingga pemetaan akan lebih tepat. 2. Dengan alasan keadaan geografis, maka dalam tahap penanganan bantuan bencana pada tahap tanggap darurat bencana seharusnya diambil alih secara langsung oleh pemerintah Provinsi Maluku di Ambon. Karena bantuan berupa logistik, medis, maupun paramedis dari Kota Ambon akan lebih cepat sampai di lokasi dari pada bantuan dari Kabupaten Seram Bagian Barat. Karena keadaan transportasi yang kurang memadai. 3. Perlu adanya perancangan struktur anak tangga. 4. Perlu adanya penelitian lanjutan yang mengenai struktur lapis pondasi perkerasan jalan. 5. Penambahan waktu survei dengan tujuan memperdalam dan lebih mengenal lokasi penelitian.