BAB I PENDAHULUAN. anak berkebutuhan khusus yang secara fisik mempunyai keterbatasan, agar semakin berkembang dan terarah.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kodrat kemanusiaannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Maosul, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang. berguna bagi agama, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat telah banyak mengangap bahwa anak yang dilahirkan karena suatu

BAB V PEMBAHASAN. berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya. Surabaya semakin di percaya oleh mayarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu,

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan. Kesempurnaan, kemuliaan, serta kebahagiaan tidak mungkin

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pendidikan dan yang ditegaskan dalam Undang-Undang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Tentang Layanan Bimbingan Karir. 1. Pengertian Layanan Bimbingan Karir

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

BAB 1 PENDAHULUAN. unik dan mereka lebih tertarik dengan dirinya sendiri hanya saja sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terarah dan mencapai tujuannya. Seperti, pada fase kanak-kanak orang harus

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia baik itu pendidikan formal maupun non formal. Begitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. investasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman belajar dan merupakan tujuan pertumbuhan. Dengan demikian, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. didik), dan mengembangkan kemampuan yang meliputi masalah akademik

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

I. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. masih tanggung jawab orang tua. Kewajiban orang tua terhadap anak yaitu membesarkan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hak semua anak, tanpa terkecuali. Baik yang

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan di

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis

1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia

2017, No Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kement

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. atas pendidikan. Unesco Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga mencanangkan

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

EVALUASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI SD NEGERI 1 TANJUNG PURWOKERTO

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan ahlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi-potensinya agar menjadi pribadi yang bermutu. Sekolah. keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Pendidikan memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Galih Wiguna, 2014

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 1. Sistem Pendidikan Nasional pasal 32 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dalam banyak hal remaja sekarang dihadapkan pada lingkungan yang tidak. karena remaja adalah masa depan bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai peranan sangat strategis dalam pembangunan suatu

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Kelancaran proses pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia kearah

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

BAB I PENDAHULUAN. luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak didiknya. Aktivitas kegiatan seorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS

SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi

2014 MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB I PENDAHULUAN !"#$%&'

BAB V PENUTUP. semakin menjadi penting bagi agenda reformasi pendidikan setelah Education

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional betujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

SISTEM JARINGAN PENGIMBAS TERIMBAS DALAM MENGOPTIMALKAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Setiap anak mempunyai potensi masing-masing, tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus yang secara fisik mempunyai keterbatasan, tetapi secara potensi mereka mempunyai kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita yang sama seperti anak normal lainnya. Pendidikan hadir sebagai wadah untuk mengembangkan dan mengarahkan potensi anak tersebut agar semakin berkembang dan terarah. Salah satu persoalan yang dihadapi anak berkebutuhan khusus adalah bagaimana mengupayakan jaminan pendidikan lanjut dan bagaimana setelah peserta didik ini menyelesaikan pendidikan di tinkatan sekolah. Apakah mereka dapat bersaing dan dapat memiliki karir yang layak di dunia yang memandang keluarbiasaan sebagai sebuah kelainan, keterbelakangan, dan bentuk-bentuk diskriminasi lainnya. Sampai kini hanya sedikit penyandang keluarbiasaan yang dapat kesempatan bersaing dan memiliki karir yang layak, mengingat kompleksnya permasalahan dan dampak yang ditimbulkan oleh keluarbiasaan. Baik yang menyangkut dampak psikologis, dan dampak sosialnya. Peran para penyandang cacat dalam pembangunan nasional sangat penting untuk mendapat perhatian dan didayagunakan sebagaimana mestinya. Seperti yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 31 Setiap warga 1

2 negara berhak mendapat pendidikan. Selain itu, sarana dan upaya untuk memberikan perlindungan hukum terhadap kedudukan, hak, kewajiban, dan amanat hak atas pendidikan bagi yang menyandang kelainan atau ketunaan di tetapkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 32 di sebutkan bahwa: pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial, ddan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. 1 Bahkan ada beberapa instrumen hukum yang dilahirkan untuk melindungi hak penyandang cacat untuk bekerja. Berkaitan dengan itu, negara menjamin pendidikan tiap anak termasuk anak dengan penyandang tunagrahita yang tercantum dalam UU RI No 23 Tahun 2002 Bab III Pasal 9 ayat 2 Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus. 2 Tetapi pada jenis pendidikan tertentu, memang ada yang tidak bisa diikuti oleh anak berkebutuhan khusus. Para penyandang cacat fisik, selain mendapatkan kesempatan untuk belajar, mereka juga mendapatkan program bimbingan yang diperuntukkan bagi semua peserta didik. 1 Undang-Undang, SISDIKNAS (sistem pendidikan nasional) nomor 20 tahun 2003 disertai penjelasan, hal 26 2 Redaksi Sinar Grafika, UU Perlindungan Anak (UU RI No. 13 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), 7

3 Perkembangan karir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan manusia, karena itu prinsip-prinsip yang berlaku bagi perkembangan manusia pada umumnya berlaku bagi perkembangan karir. Siswa yang berada pada masa remaja mulai mengenal karir atau pekerjaan yang diperoleh dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah. Tugas-tugas perkembangan bagi siswa di sekolah sebagai calon tenaga kerja ialah memilih lapangan kerja yang sesuai dengan potensi-potensi yang dimilikinya, keterampilan berfikir, kemaampuan kerja dan sikap terhadap pekerjaan, tetapi kenyataanya saat kelulusan siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di hadapkan pada situasi pilihan, yaitu: melanjutkan studi ke perguruan tinggi atau harus memasuki dunia kerja. Masalah yang terjadi pada siswa dalam rangka persiapan memasuki dunia kerja diantaranya siswa belum mampu mengembangkan karirnya ketika sesudah memilih jurusan sesuai dengan yang dipilihnya di sekolah. Bimbingan dirumuskan sebagai proses bantuan individu untuk membantu siswa mengerti diri mereka dan dunianya. 3 Bimbingan di sekolah adalah suatu proses pemberian bantuan kepada anak didik yang dilakukan secara terus menerus, supaya anak didik dapat memahami dirinya, sehingga sanggup mengarahkan diri dan bertingkah laku wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan 3 Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992) hal.56

4 masyarakat. 4 Tujuan dari program bimbingan karir ini adalah membantu individu agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, dan mengembangkan masa depannya yang sesuai dengan bentuk kehidupannya yang diharapkan. Lebih lanjut dengan layanan bimbingan karier, individu mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya sehingga mampu mewujudkan dirinya secara bermakna. 5 Dalam sistem pendidikan Indonesia, konselor di sekolah menengah mendapat peran dan posisi atau tempat yang jelas, yaitu sebagai salah satu komponen student support service, adalah men-support perkembangan aspek-aspek pribadi, sosial karir, dan akademik peserta didik, melalui pengembangan menu program bimbingan dan konseling pembantuan kepada peserta didik. Selain itu, peran guru bimbingan dan konseling sebagai konselor yaitu untuk mendorong perkembangan individu, membantu memecahkan masalah, dan mendorong tercapainya kesejahteraan (will being) individu secara fisik, psikologis, intelektual, emosional ataupun spiritual. 6 Sehingga dengan demikian, para siswa yang akan melanjutkan pelajaran, atau memilih program studi, serta yang akan 4 Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia,2002), hal. 13 5 Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan (Bandung: Refika Aditama, 2009), hal. 16-17 6 Dede Rahmat Alidayat & alerdi, Bimbingan Konseling Kesehatan Mental di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 114.

5 langsung terjun ke dunia kerja, memerlukan bimbingan karir secara bijaksana. 7 Proses pembentukan pribadi tidak hanya terletak pada sekolah pendidikan formal, akan tetapi juga terletak pada pendidikan keluarga dan masyarakat untuk pengembangan diri anak tersebut. Pengembangan diri berarti mengembangkan bakat yang dimiliki, mewujudkan impian-impian, meningkatkan rasa percaya diri, menjadi kuat dalam menghadapi cobaan dan menjalani hubungan yang baik dengan sesamanya yang dapat di capai melalui upaya belajar dari pengalaman, menerima umpan balik dari orang lain, melatih kepekaan terhadap diri-sendiri dan orang lain dan mempercayai suara hati. Sesuai dengan amanat alam undang-undang pokok pendidikan, perberdayaan anak berkebutuhan khusus melalui pendidika harus tetap menjadi salah satu agenda pendidikan nasional, agar supaya anak berkebutuhan khusus memiliki jiwa kemandirian dan dapat berinteraksi/ bersosialisasi dengan siswa yang reguler. Pendidikan inklusif bukan nama lain untuk pendidikan anak berkebutuhan khusus pendidikan inklusif menggunakan pendekatan yang berbeda dalam mengidentifikasi dan memcoba memecahkan kesulitan yang muncul disekolah. Pendidikan inklusif merupakan pergeseran dari hal. 195 7 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir) (Yogyakarta: Andi Offset, 2010),

6 kecemasan tentang suatu kelompok tertentu menjadi upaya yang difokuskan untuk mengatasi hambatan untuk belajar dan berpartisipasi. 8 Melalui pendidikan inklusif ini muncul harapan dankemungkinan bagi mereka yang tergolong kelompok minoritas dan terabaikan untuk memperoleh kesempatan pendidikan bersama dengan teman-teman sebayanya secara lebih inklusif (tidak terpisahkan). Dengan berdasarkan pemikiran bahwa hak mendapat pendidikan merupakan hak asasi manusia yang paling mendasar dan merupakan sebuah pondasi untuk hidup bermasyarakat. Pada umumya, sekolah-sekolah umum hanya menyelenggarakan pendidikan reguler, yang mana siswa-siswanya adalah anak-anak normal yang tidak mengalami kebutuhan khusus dalam pendidikannya. SMK Negeri 8 Surabaya merupakan salah satu sekolah yang melaksanakan sistem kelas inklusif karena didalamnya terdapat anak berkebutuhan khusus yang belajar bersama-sama anak normal lainnya. Di SMK Negeri 8 Surabaya sekitar tahun 2000 sudah mulai menerapkan atau menerima siswa anak berkebutuhan khusus akan tetapi pada saat itu di batasi untuk bisa masuk, yaitu hanya tunarungu dan tunawicara. Dan di tahun 2008 SMK Negeri 8 surabaya mulai menerima anak berkebutuhan khusus secara umum dan dalam hal ini juga di dukung oleh pemerintah Surabaya, pada tahun 2015 setiap sekolah menengah SMA/SMK wajib menerima siswa anak berkebutuhan khusus, dan 8 Sue Stubbs, pendidikan inklusif ketika hanya sedikit sumber, (Bandung: UPI jurusan pendidikan luar biasa, 2002), hal 38

7 pemerintah kota membantu dalam hal tenaga pendamping serta guru pengajar khusus untuk anak berkebutuhan khusus Dan dukungan sekolah juga terlihat dari jumlah guru BK yang ada, yaitu ada tiga guru yang selalu siap dan di bantu oleh enam staff, jadi total ada Sembilan yang bertugas di ruang BK dan tenaga pengajar serta pendamping yang berjumlah lima orang. Pada tahun 2016 di SMK Negeri 8 Surabaya anak berkebutuhan khusus berjumlah sekitar 50 siswa dengan berbagai macam karakter dan berbeda keterbatasan yang di miliki, dan dari 50 siswa anak berkebutuhan khusus yang ada di SMK Negeri 8 Surabaya terbagi kedalam 3 kelas dan jurusan masing-masing. khusus anak ABK ada lima jurusan yang di berikan oleh sekolah, yaitu: jurusan tata boga, jurusan tata busana, jurusan tata kecantikan (kecantikan kulit dan kecantikan rambut). Dengan memberi kesempatan yang sama kepada anak berkemampuan berbeda untuk memperoleh pengajaran dan pendidikan, berarti memperkecil kesenjangan angka partisipasi pendidikan normal dengan anak berkelaianan. Dalam kelas inklusi terdapat peserta didik yang normal dan yang berkebutuhan khusus dan karakteristik yang berbedabeda dengan siswa lainnya. Oleh karena itu dalam kelas inklusi ini tidak ada pemisahan antara anak yang tumbuh secara normal dan anak yang berkebutuhan khusus (ABK)

8 Melihat banyaknya jumlah siswa anak berkebutuhan khusus yag ada di SMK Negeri 8 Surabaya, ini membuktikan bahwa pendidikan untuk anak berkebutuhan kusus di sekolah tersebut baik, sehingga banyak dari orang tua yang berkebutuhan khusus yang mendaftarkan anaknya ke sekolah tersebut. Dan Peneliti termotivasi dan tertarik untuk membuat karya tulis yang berjudul layanan bimbingan karir anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya. B. Rumusan masalah 1. Bagaimana peran guru BK dalam menangani anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya? 2. Bagaimana layanan bimbingan karir bagi anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya? 3. Apa faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir bagi anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya? 4. Bagaimana hasil layanan bimbingan karir yang di terapkan bagi anak berkebebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya? C. Tujuan masalah 1. Untuk mendiskripsikan peran guru BK dalam menangani anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya. 2. Untuk mendiskripsikan layanan bimbingan karir anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya.

9 3. Untuk mendiskripsikan factor penghambat dan faktor pendukung dalam melaksanakan layanan bimbingan karir anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya. 4. Untuk mendiskripsikan hasil layanan bimbingan karir yang di terapkan bagi anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya. D. Penelitian terdahulu Pada bagian ini peneliti akan mengemukakan hasil-hasil penelitian atau karya pencipta terdahulu yang mempunyai relevansi dan kesamaan kajian dengan penelitian ini. Peneliti telah melakukan beberapa pencarian yang relevan. Adapun beberapa penelitian yang relevan tersebut berupa karya tulis skripsi mahasiswa sebelumnya. 1. Model pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 1 Sidoarjo, perbedaan Dalam penelitian ini ialah lebih ditekankan pada model pembelajarannya untuk anak yang menyandang satu jenis ketunaan yaitu autis, dan sikap negative yang tunjukan seorang ayah yang tidak menerima anaknya karena menyandang ketunaan semacam autis. berbeda dengan penelitian yang diangkat oleh penulis yaitu lebih terfokus pada proses pelaksaan karir anak berkebutuhan khusus dengan berbagai macam ketunaan. Sedangkan persamaannya ialah subyek dalam penelitiannya yaitu anak berkebutuhan khusus dalam sektor pendidikan inklusif. 9 9 Darul Faruqi, model pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) Di SMK Negeri 1 sidoarjo, skripsi jurusan PAI fakultas tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya, digilib UIN Sunan Ampel Surabaya 2015

10 2. Bimbingan dan konseling karir dengan menggunakan instrumen Holland Hexagon dalam menangani kebimbangan peminatan karir seorang siswa kelas X di MA Billingual Krian Sidoarjo. Yang di lakukan oleh Nanda Shella Arofah pada tahun 2014 fakultas dakwah dan komunikasi islam uin sunan ampel surabaya. Persamaan dalam penelitian ini ialah menggunakan metode kualitatif dan tujuan konseling karir ini adalah untuk mengetahui peminatan apa yang diinginkan oleh klien sesuai dengan bakat dan minat yang mereka inginkan. Perbedaan dalam penelitiaan ini adalah dari segi model yang digunakan dari penelitian ini menggunakan teori Holland Hexagon yang di gunakan sebagai instrumennya. Sedangkan dari penelitan yang dilakukan peneliti adalah beberapa model instrumen sebagai pelihan yang sesuai dengan klien. Dan yang menjadi obyek dalam penelitian di atas adalah siswa normal yang sedang proses pemilihan karir, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan peneliti disini adalah anak berkebutuhan khusus 10. E. Batasan penelitian Masalah dalam penelitian ini di batasi agar dapat mengarahkan perhatian secara seksama pada hal-hal tujuan yang ingin diteliti, dan agar supaya penelitian ini dapat di kaji secara terarah dan mendalam. 10 Helpia Kholis, model konsling kari terhadap seorang mantan penderita SKIZOFRENIA liponsos di keputih Surabaya (analisis pelayanan karir), skripsi jurusan bimbingan konseling islam fakultas dakwah dan komunkasi universitas islam negeri sunan ampel surabaya, digilib uin sunan ampel Surabaya 2015

11 Maka dalam hal ini peneliti membatasi penelitian ini pada proses pelaksanaan bimbingan karir siswa anak berkebutuhan khusus, yaitu mulai dari proses pemilihan jurusan, proses sekolah dalam membuka karir anak berkebutuhan khusus, proses mengembangkan karir anak berkebutuhan khusus serta peran sekolah dalam mencarikan informasi tentang karir khususnya yang bisa menerima anak berkebutuhan khusus. F. Manfaat penelitian Adapun manfaat penelitian sebagai berikut : 1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfat untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang bimbingan konseling khsusunya dalam layanan bidang karir anak berkebutuhan khusus dan pengetahuan mengenal secara langsung dan lebih dekat kepada anak berkebutuhan khusus dengan berbagai keterbatasan yang berbeda serta sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1) 2. Bagi Sekolah adalah bahan untuk pertimbangan penyediaan fasilitas bimbingan karir dan masukan untuk lebih peduli pada peningkatan kualitas layanan bimbingan karir secara umum, dan lebih Khusus untuk siswa anak berkebutuhan khusus. Serta sebagai bahan evaluasi untuk menerima dan mendidik anak berkebutuhan khusus lebih baik dan membantu menunjang karir dengan keterbatasan yang dimiliki. 3. Penelitian ini di harapkan menjadi bahan informasi bagi semua kalangan terutama dalam lingkungan sekolah, keluarga dan lembaga nonformal lainnya dalam menerima dan mendidik anak berkebutuhan

12 khusus, khususnya dalam membantu menunjang karir dengan keterbatasan yang dimilikinya. G. Definisi konseptual Untuk menghindari salah tafsir tentang judul skripsi dan untuk memberikan pengertian yang jelas mengenai dengan judul layanan bimbingan karir bagi anak bekebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya. Maka perlu kiranya penulis menjelaskan arti dan maksud dari istilah-istilah yang dipakai dalam judul skripsi ini sebagai berikut: 1. Pengertian Layanan Bimbingan karir Layanan bimbingan karir adalah layanan bimbingan yang di berikan kepada siswa untuk dapat merencanakan dan mengembangkan masa depannya, berkaitan dengan dunia pendidikan atau dunia karir. 11 Bimbingan Karir Adalah Suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang sistematik, proses-proses, teknik-teknik, atau layananlayanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatankesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan keterampilan-keterampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola perkembangan kariernya. 12 11 libana S. Rahman. bimbingan dan konseling pola 17, (yogyakarta: UCY press yogyakarta, 2003) hal 43 12 Thayeb Manrihu, Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992) hal. 18

13 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir di sekolah merupakan proses membantu peserta didik dalam mengembangkan potensinya untuk merencanakan masa depannya dengan mempertimbangkan keadaan dirinya dengan keadaan lingkungan hidup sehingga dengan adanya bimbingan Karir ini peserta didik dapat mengembangkan potensinya dan memilih pekerjaan yang tepat dan sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Berkaitan dengan sekolah, Bimbingan Karir dapatlah dipandang sebagai suatu proses perkembangan yang berkesinambungan yang membantu peserta didik melalui perantara kurikuler yang dapat membantu terutama dalam hal perencanaan karir, pembuatan keputusan, perkembangan keterampilan atau keahlian, informasi karir dan pemahaman diri. 2. Pengertian anak berkebutuhan khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya. 13 Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik. 14 Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan 13 Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2010), hal. 33 14 Geniofam, Mengasuh & Mensukseskan Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Garailmu, 2010), hal.11

14 pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa, anak berkebutuhan khusus merupakan kondisi di mana anak memiliki perbedaan dengan kondisi anak pada umumnya, baik dalam faktor fisik, kognitif maupun psikologis, dan memerlukan penanganan semestinya sesuai dengan kebutuhan anak tersebut. Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus, yaitu sebagai berikut: a. Tunanetra (gangguan penglihatan) b. Tunarungu (gangguan pendengaran) c. Tunagrahita (kemampuan di bawah rata-rata) d. Tunadaksa (gangguan pada alat gerak) e. Autis (gangguan sistem syaraf) f. Tunalaras (gangguan penyesuaian diri dg lingkungan) g. Gangguan perilaku h. Anak berbakat H. Sistematika pembahasan Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan karya tulis ini, peneliti akan mencantumkan sistematika pembahasan yang terdiri dari VI BAB dengan susunan sebagai berikut:

15 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini meliputi : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, penelitian terdahulu, batasan masalah, Definisi operasional, dan Sistematika Pembahasan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka membahas tentang Kajian Teoritik yang dijelaskan dari beberapa refrensi untuk menelaah obyek kajian yang di teliti. Tinjauan pustaka meliputi pengertian Bimbingan dan Konseling, tujuan bimbingan konseling, asas- asas bimbingan konseling, langkah- langkah layanan bimbingan dan konseling, layanan bimbingan karir, tujuan bimbingan karir, prinsip-prinsip bimbingan karir, layanan bimbingan karir, anak berkebutuhan khusus, dan macam-macam anak berkebutuhan khusus. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang jenis penelitian, objek penelitian, informan, metode pengumpulan data, analisis data dan mengecek keabsahan data. BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Bab ini berisi pembahasan tentang diskripsi umum objek penelitian yang berisi diskripsi lokasi penelitian, diskripsi obyek penelitian yang meliputi: diskripsi konselor/ guru pendamping dan diskripsi masalah. Selanjutnya pembahasan tentang diskripsi hasil penelitian yang berisi tentang layanan bimbingan karir anak berkebtuhan khusus.

16 BAB V PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang pembahasan hasil penelitian, yang meliputi tentang peran konselor/ guru pendamping, faktor penghambat dan pendukung, serta hasil dari proses pelaksaanan bimbingan karir anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya. BAB VI PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran.