BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis dan dibahas tentang konsep ketuhanan Al Ghazali dalam Perspektif Filsafat Ketuhanan dan Relevansinya dengan Pembentukan Pribadi Ideal di Indonesia, maka diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Karakteristik Pemikiran Ketuhanan Al Ghazali adalah : a. Pengetahuan diri adalah kunci pengetahuan tentang Tuhan, karena seseorang yang mengetahui dirinya, maka akan mengetahui Tuhannya. Pengetahuan diri adalah mengetahui diri pribadi yang terdiri atas dua bagian yaitu jasmani dan rohani. Jasmani merupakan awal yang diketahui, walaupun sebenarnya terakhir diciptakan sedang rohani terakhir diketahui, walaupun sebenarnya awal diciptakan. b. Pengetahuan tentang Tuhan dapat dicapai dengan memikirkan wujud dan sifat sifat Nya, karena manusia diciptakan Tuhan sesuai dengan citra Nya, maka ada kemiripan dengan diri Nya walaupun sebenarnya dalam arti kiasan, misal : Tuhan Maha Pengasih, Tuhan Maha Penyayang, Tuhan Maha Bijaksana, Tuhan Maha Berilmu, Tuhan Maha Pengetahuan, Tuhan Maha Berkehendak, Tuhan Maha Berdiri sendiri. Manusia dalam hal ini juga memiliki sifat kasih dan sayang, bijaksana, berilmu, berpengetahuan, berkehendak, berdiri sendiri, dan sifat sifat lain yang ada pada Tuhan dan yang sesuai bagi manusia sebagai makhluk, oleh karena memang tidak 231
232 mungkin sama antara Sang Pencipta (Al Khalik) dengan yang diciptakan (al makhluk), karena hanya sebatas pada menyerupai citra Nya. c. Tuhan adalah Hakikat Sumber Segala Cahaya karena Tuhan merupakan Cahaya Terakhir lagi Tertinggi artinya tidak ada cahaya diatas dan tidak ada cahaya dibawahnya dan tidak ada sekutu bagi Tuhan karena Tuhan Maha Esa, Esa dalam zat Nya, Esa dalam sifat sifat Nya dan Esa dalam perbuatan Nya, maka Tuhan adalah sebenar benar Maujud dan Cahaya Hakikat Segala Hakikat yang tiada tara bandingan Nya sehingga tidak ada cahaya sebenarnya kecuali hanya Allah SWT. d. Karakteristik pemikiran Al Ghazali dapat dikemukakan sebagai berikut: Al Ghazali memiliki ciri khas sebagai filosof besar dalam dunia Islam yang tidak sependapat dan tidak menerima aliran aliran filsafat yang bertentangan dengan kebenaran Islam. Al Ghazali berilmu pengetahuan luas, kritis dan cerdas serta berusaha mencapai tujuan hidup dengan keutamaan akhlak selalu beribadah kepada Allah untuk mencapai hidup bahagia dunia maupun akhirat. Al Ghazali pada akhirnya memilih kehidupan sebagai seorang sufi dengan cara bertasawuf yaitu berusaha dekat dengan Allah sedekat dekatnya, sehingga benar benar merasa memperoleh kepuasan dan kebahagiaan yang sempurna dan abadi. 2. Hakikat Konsep Ketuhanan menurut Al Ghazali dalam Pembentukan Pribadi Ideal dapat dikemukakan sebagai berikut :
233 a. Seseorang yang meyakini adanya Tuhan dengan haqqul yaqiin, berupaya untuk selalu melaksanakan seluruh perintah Allah dan meninggalkan seluruh larangan Allah maka beribadah kepada Allah merupakan cara terbaik yang dilakukan demi meraih kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat sehingga timbul sikap kehati hatian dalam menghadapi hidup ini. b. Hakikat konsep Tuhan menurut Al Ghazali dalam hubungannya dengan pribadi yang ideal kembali kepada kedudukan Tuhan sebagai Sumber Cahaya yang membimbing kepada cahayanya siapa yang Dia kehendaki, maka cahaya Allah tidak terbatas menembus sesuatu kecuali yang dikehendaki Nya sehingga Nur (Cahaya) berupa hidayah yang berisi tuntunan ajaran agama Islam yang diberikan kepada pribadi pribadi pilihan Allah yaitu manusia ideal. c. Manusia ideal menurut pandangan Al Ghazali adalah hanya ada pada diri Nabi Muhammad saw sebagai uswatun khasanah yang memiliki beberapa sifat : siddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan), fathonah (cerdas). 3. Hakikat Relevansi Pemikiran Al Ghazali tentang Ketuhanan dalam Konteks Indonesia. Al Ghazali dengan berbagai macam pemikiran kefilsafatannya terutama berkaitan dengan masalah ketuhanan berusaha memberikan penegasan bahwa Tuhan adalah Sumber Hakikat Segala Cahaya, tidak ada sekutu bagi Nya, Cahaya Tertinggi dan Terakhir merupakan tujuan hidup bagi umat manusia dalam rangka mewujudkan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Tujuan hidup
234 manusia adalah beribadah kepada Allah dengan melaksanakan semua kewajiban selaku makhluk kepada Al Khalik serta berupaya meninggalkan semua larangan Nya. Konsep Ketuhanan Al Ghazali, jika dipelajari, diamati dan dikaji oleh setiap individu bangsa Indonesia yang ber Pancasila terutama sila pertama yaitu Ketuhanan yang Maha Esa, maka akan menjadi pendorong dan pemicu agar senantiasa beriman dan bertakwa kepada Tuhan. Bangsa Indonesia dilihat dari aspek historis merupakan bangsa religius etis yaitu bangsa yang beragama dan memiliki kesusilaan yang tinggi berdasarkan pada agama dan keyakinan masing masing maka di antara pemeluk agama satu dengan lainnya saling adanya toleransi, menghormati serta menghargai sehingga dapat terwujud adanya kerukunan hidup antar umat beragama. Indonesia adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwilayah dari Sabang sampai Merauke yang ber Bhinneka Tunggal Ika (berbeda beda tetapi tetap satu jua) dengan berdasarkan pada Falsafah Negara Pancasila yang mengutamakan hidup saling bekerja sama, bergotong royong, ramah tamah, dan sopan santun, ciri ciri khas yang demikian itulah yang tidak dimiliki oleh bangsabangsa lain di dunia manapun, maka merupakan suatu hal yang patut disyukuri oleh setiap pribadi bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia mayoritas beragama Islam, hal ini menunjukkan bahwa semua ajaran Islam yang berkaitan dengan akidah, ibadah, mua malah dan akhlaq sudah diimplementasikan dalam kehidupan sehari hari termasuk di dalamnya konsep pemikiran kefilsafatan Al Ghazali tentang masalah Ketuhanan yang
235 tersurat dan tersirat dalam buku buku karangannya, misal : Ihya Ulumuddin, Al Munqidz Minadh Dhalal, Misykatul Anwaar dan Kimia Sa adah : Konsep Ketuhanan Al Ghazali bagi bangsa Indonesia bukan merupakan hal yang asing, karena sudah sejak lama banyak dipelajari diberbagai pondok pondok pesantren, sekolah sekolah dan perguruan perguruan tinggi Islam, baik negeri maupun swasta diseluruh pelosok penjuru Nusantara Indonesia. Nilai nilai Pancasila yang sudah tertanam dalam kalbu setiap individu manusia Indonesia berupa adatistiadat, kebudayaan dan keagamaan menjadi filter bagi kebudayaan asing yang bertentangan dengan kepribadian bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Indonesia sebagai suatu bangsa harus senantiasa berusaha bangkit dari keterpurukan akibat perilaku beberapa gelintir orang yang merusak akhlaq dengan tindak korupsi dan pencucian uang serta perbuatan perbuatan lain yang menambah nilai keburukan sehingga mencoreng nama baik yang sudah tertanam sejak lama, sejak bangsa Indonesia merdeka. Pelestarian Pancasila harus disertai dengan peningkatan karakter yang sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia dalam rangka menghadapi era generasi yang akan datang yaitu Generasi Emas tahun 2045 agar sejajar dan bahkan lebih maju berkembang menjadi bangsa yang berharkat bermartabat serta disegani karena berwibawa dimata bangsa bangsa lain di dunia Internasional. A. Saran 1) Konsep ketuhanan Al Ghazali bagi bangsa Indonesia dapat diambil manfaatnya, bila umat Islam khususnya konsekuen terhadap ajaran ajaran
236 Islam sedemikian rupa sehingga merasakan nikmatnya sebagai hamba Allah yang memiliki kewajiban beribadah kepada Nya. 2) Konsep ketuhanan Al Ghazali dalam pembentukan pribadi ideal membutuhkan figur keteladanan yang dapat dijadikan contoh berakhlaq mulia bagi segenap umat manusia dimanapun berada, tidak ada lain hanya ada pada diri Nabi Muhammad saw sebagai uswatun khasanah 3) Relevansi konsep ketuhanan Al Ghazali dalam pembentukan pribadi ideal yang sesuai dengan situasi dan kondisi bangsa dan negara Indonesia memerlukan proses yang demikian panjang disertai dengan penuh kesabaran untuk merubah secara perlahan lahan terhadap segala sesuatu yang telah merusak kepribadian bangsa Indonesia karena adanya pengaruh unsur unsur dari asing. 4) Segala sesuatu hendaknya dimulai dari diri sendiri, mulai yang paling kecil dan mulai saat ini, disertai dengan adanya managemen qalbu yang tiada mengenal kata henti untuk menuju kepada kebaikan. 5) Penelitian ini merupakan awal dari penelitian berikutnya maka diperlukan penelitian tentang konsep yang lain agar dapat diperoleh manfaat secara maksimal bagi perkembangan dunia ilmu pengetahuan saat ini dan yang akan datang terutama bagi kemajuan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada tercinta.