HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA TATELU KECAMATAN DIMEMBE KABUPATEN MINAHASA UTARA Wulan K. Nangley*, Grace D. Kandou*, Nancy S. H. Malonda* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Masa balita adalah masa kehiduan yang sangat enting dan erlu erhatian yang serius karena ada masa ini berlangsung roses tumbuh kembang yang sangat esat. Tujuan enelitian ini yaitu untuk mengetahui aakah terdaat hubungan antara ola asuh ibu dengan status gizi balita di Desa Tatelu Kecamatan Dimembe Kabuaten Minahasa Utara. Desain enelitian yang digunakan yaitu survey analitik dengan rancangan cross sectional. Poulasi dalam enelitian adalah balita di Desa Tatelu khususnya yang berusia 6-24 bulan dengan jumlah 61 balita. Samel dalam enelitian ini diambil secara total samling. Hasil enelitian berdasarkan uji statistik fisher s Exact test dieroleh hasil bahwa tidak terdaat hubungan antara sika merawat dengan status gizi berdasarkan indeks BB/U (=), PB/U (=) dan BB/PB (=). Tidak terdaat hubungan antara sika memberi makan dengan status gizi berdasarkan indeks BB/U (=), PB/U (=0.588) dan BB/PB (=). Terdaat hubungan antara raktek merawat dengan status gizi berdasarkan indeks BB/U dengan nilai =0.001, PB/U (=0.004), namun tidak terdaat hubungan antara raktek merawat dengan BB/PB (=). Tidak terdaat hubungan antara raktek memberi makan dengan status gizi berdasarkaan indeks BB/U (=0.659), terdaat hubungan antara raktek memberi makan dengan status gizi berdasarkan indeks PB/U (=0.004), BB/PB (=). Kesimulan tidak terdaat hubungan antara sika erawat anak dan sika memberi makan dengan status gizi berdasarkan indeks (BB/U, PB/U dan BB/PB), terdaat hubungan antara raktek merawat dan raktek memberi makan dengan status gizi BB/U dan PB/U. Kata Kunci: Pola Asuh, ABSTRACT Toddler is a very imortant eriod and needed an attention because growth eriod is raid in this time. The urose of this study is to determine the relationshi between mother s arenting with nutritional status of children in the Tatelu, Dimembe, North Minahasa. The research design used analytic survey with cross sectional aroach. The oulation is toddlers 6-24 months. Samles are 61 and taken with total samling. Based on Fisher's Exact Test statistic, there is no correlation between caring attitude with nutritional status based on BB/U index ( = 1,000), PB/U ( = ) and BB/PB ( = 1,000). There is no correlation between feeding attitude with nutritional status based on index of BB/U ( = 1,000), PB/U ( = 0.588) and BB/PB ( = 1,000). There is a correlation between caring ractice with nutritional status based on index of BB/U with value = 0.001, PB/U ( = 0.004), but there is no correlation between caring ractice and nutritional status based on BB/PB index ( = 1,000). There is no correlation between feeding ractice with nutritional status based on index of BB/U ( = 0659), there is correlation between feeding ractice with nutritional status based on PB/U index ( = 0.004), BB / PB ( = 1,000). Conclusion there is no correlation between child care attitude and feeding attitude with nutritional status based on index (BB/U, PB/U and BB/PB), there is a relationshi between caring ractice and feeding ractice with nutritional status of BB/U and PB/U. Keywords: Parenting, Nutritional Status PENDAHULUAN Masa balita adalah masa kehiduan yang sangat enting dan erlu erhatian yang serius karena ada masa ini berlangsung roses tumbuh kembang yang sangat esat. Pola asuh adalah salah satu faktor yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak. Peran orang tua dalam roses engasuhan sangatlah enting, emberian nutrisi yang lengka dan seimbang daat menjadi dasar untuk tumbuh kembang anak yang otimal (Fikawati dkk, 2015). Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, di Indonesia terdaat 19,6% balita kekurangan gizi yang terdiri dari 5,7% balita dengan status gizi buruk, 13,9% berstatus
gizi kurang dan sebesar 4,5% balita dengan status gizi lebih. Berdasarkan data yang dieroleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, di wilayah Minahasa Utara tahun 2014 terdaat balita dengan gizi buruk yaitu 0,02%, balita gizi kurang 2,51%, balita gizi lebih 0,23%, sedangkan ada tahun 2015 terdaat balita dengan gizi baik yaitu 95,1%, balita dengan gizi kurang 2,48%, gizi buruk 0,04% dan gizi lebih 0,14%. Menurut data dari Puskesmas Tatelu ada tahun 2017 di Desa Tatelu terdaat 7 balita dengan masalah berat badan BGM dan 3 balita dengan masalah BBLR. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang diatas maka enulis tertarik meneliti mengenai hubungan antara ola asuh ibu dengan status gizi balita di Desa Tatelu Kecamatan Dimembe Kabuaten Minahasa Utara. METODE PENELITIAN Jenis enelitian ini menggunakan survey analitik dengan endekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tatelu Kecamatan Dimembe Kabuaten Minahasa Utara ada bulan Agustus Oktober 2017. Pengambilan samel dalam enelitian ini dilakukan secara total samling yaitu seluruh balita yang berusia 6-24 bulan sebanyak 61 balita yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumulan data dengan wawancara kuesioner dan engukuran antroometri. Analisis univariat dilakukan ada tia variabel dan analisis bivariate digunakan untuk mencari dan memeroleh hubungan antara ola asuh ibu yang terdiri dari sika merawat, sika memberi makan, raktek merawat dan raktek memberi makan dengan status gizi balita. Dalam enelitian ini analisis yang digunakan yaitu uji fisher s Exact test. HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan Sika Dengan Tabel 1. Sika Dengan Status Gizi BB/U Sika Gizi Gizi 51 83,6 9 14,8 60 98,4 1 1,6 0 0 1 1,6 52 85,2 9 14,8 61 100 Tabel 1, menunjukan bahwa dalam hasil ukur terhada sika merawat balita dengan status gizi balita berdasarkan indeks antroometri BB/U, dari 60 balita (98,4%) yang mendaatkan sika merawat baik, terdaat 52 balita dengan status gizi baik dan 10 balita dengan status gizi kurang. Sedangkan terdaat 1 balita (1,6) yang mendaatkan sika merawat kurang baik memiliki status gizi baik. Exact test dieroleh nilai = sehingga nilai lebih besar dari nilai α (0.05). Hasil uji menunjukan bahwa tidak terdaat hubungan antara sika merawat balita dengan status gizi berdasarkan indeks antroometri BB/U. Hasil enelitian ini sesuai dengan enelitian yang dilakukan oleh (Lembong, 2015) yang menyatakan bahwa tidak terdaat hubungan yang signifikan antara sika merawat anak balita dengan status gizi balita. Masalah terhada status gizi bukan hanya disebabkan
oleh ola asuh saja melainkan karena berbagai faktor diantaranya ola konsumsi, enyakit yang diderita anak dan endaatan keluarga. Tabel 2. Sika Dengan Status Gizi PB/U Sika Pendek 48 78,7 12 19,7 60 98,4 1 1,6 0 0 1 1,6 49 80,3 12 19,7 61 100 Tabel 2, menunjukan bahwa dalam hasil ukur terhada sika merawat balita dengan status gizi balita berdasarkan indeks antroometri PB/U, dari 60 balita (98,4%) yang mendaatkan sika merawat yang baik terdaat 48 balita dengan status gizi normal dan sebanyak 12 balita termasuk dalam kategori endek. Sedangkan terdaat 1 (1,6%) balita yang mendaatkan sika merawat kurang baik termasuk dalam kategori normal. Exact test dieroleh nilai = sehingga nilai lebih besar dari nilai α (0.05). Hasil uji menunjukan bahwa tidak terdaat hubungan antara sika merawat balita dengan status gizi berdasarkan indeks antroometri PB/U. Hasil enelitian ini didukung oleh enelitian yang dilakukan oleh (Ni mah, 2015) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara sika merawat dengan status gizi karena tingkat engetahuan ibu yang tinggi tidak menjamin memiliki balita dengan status gizi yang normal. Ibu yang memiliki engetahuan yang baik diharakan mamu mengalikasikan engetahuan yang dimiliki dalam kehiduan sehari-hari. Tabel 3. Sika Dengan Status Gizi BB/PB Sika Kurus 55 90,2 5 8,2 60 98,4 1 1,6 0 0 1 1,6 56 91,8 5 8,2 61 100 Tabel 3, menunjukan bahwa dalam hasil ukur terhada sika merawat balita dengan status gizi balita berdasarkan indeks antroometri BB/PB, dari 60 balita (98,4%) yang mendaatkan sika merawat yang baik terdaat 55 balita dengan status gizi normal dan sebanyak 5 balita termasuk dalam kategori kurus. Sedangkan terdaat (1,6%) yang mendaatkan sika merawat kurang baik termasuk dalam kategori normal. Exact test dieroleh nilai = sehingga nilai lebih besar dari nilai α (0.05). Hasil uji menunjukan bahwa tidak terdaat hubungan antara sika merawat balita dengan status gizi berdasarkan indeks antroometri BB/PB. Hasil enelitian ini berbeda dengan hasil enelitian yang dilakukan (Pratiwi et al, 2016) yang menyatakan bahwa terdaat hubungan yang signifikan antara ola asuh kesehatan dengan status gizi. Persentase balita dengan status gizi kurang aling banyak dengan ola asuh kesehatan sedang sebanyak 64,0% dan ada balita dengan status gizi normal aling banyak dengan ola asuh kesehatan baik sebanyak 50,0%.
Hubungan Sika Dengan Tabel 4. Sika Dengan BB/U Sika Gizi Gizi 47 77 8 13,1 55 90,2 5 8,2 1 1,6 6 9,8 52 85,2 9 14,7 61 100 Tabel 4, menunjukan bahwa dalam hasil ukur terhada sika memberi makan balita dengan antroometri BB/U, dari 55 balita (90,2%) yang mendaatkan sika merawat yang baik terdaat 47 balita dengan status gizi baik dan 8 balita dengan status gizi kurang. Sedangkan terdaat 6 balita (9,8%) yang mendaatkan sika merawat kurang baik diantaranya terdaat 5 balita yang memiliki status gizi baik dan terdaat 1 balita yang mendaatkan sika memberi makan kurang baik memiliki status gizi kurang baik. Exact test dieroleh nilai = sehingga nilai lebih besar dari nilai α (0.05). Hasil uji menunjukan bahwa tidak terdaat hubungan antara sika memberi makan balita dengan status gizi berdasarkan indeks antroometri BB/U. Hasil ini berbeda dengan enelitian yang dilakukan Pratiwi et al (2016), yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ola asuh makan dengan status gizi. Persentase balita dengan status gizi kurang aling banyak ada balita dengan ola asuh makan rendah sebanyak 56,0% dibandingkan dengan balita dengan status gizi normal, sedangkan ersentase balita dengan status gizi kurang aling banyak dengan ola asuh kesehatan sedang sebanyak 64,0% dan ada balita dengan status gizi normal aling banyak dengan ola asuh kesehatan baik sebanyak 50,0%. Tabel 5. Hubungan Sika Dengan PB/U Sika Pendek 45 73,8 10 16,4 55 90,2 4 6,6 2 3,3 6 9,8 49 80,3 12 19,7 61 100 Tabel 5, menunjukan bahwa dalam hasil ukur terhada sika memberi makan balita dengan antroometri PB/U, dari 55 balita (90,2%) yang mendaatkan sika merawat yang baik terdaat 45 balita dengan status gizi normal dan sebanyak 10 balita termasuk dalam kategori endek. Sedangkan terdaat 6 balita (9,8%) yang mendaatkan sika memberi makan kurang baik diantaranya 4 balita memiliki status gizi normal dan sebanyak 2 balita termasuk dalam kategori endek. Exact test dieroleh nilai =0.588 sehingga nilai lebih besar dari nilai α (0.05). Hasil uji menunjukan bahwa tidak terdaat hubungan antara sika memberi makan balita dengan status gizi berdasarkan indeks antroometri PB/U. Menurut enelitian yang dilakukan oleh (Syarfaini. 2014) diketahui bahwa sebagian besar resonden memiliki sika ositif terhada emberian makan anak balita. Sika ositif muncul karena resonden sudah ernah mendaatkan informasi mengenai nutrisi balita 0,588
ada juga yang mendaat engaruh dari orang lain untuk memberikan nutrisi yang teat keada anak balita. Tabel 6. Hubungan Sika Dengan BB/PB Sika Kurus 50 82 5 8,2 55 90,2 6 9,8 0 0 6 9,8 56 91,8 5 8,2 61 100 Tabel 6, menunjukan bahwa dalam hasil ukur terhada sika memberi balita dengan status gizi balita berdasarkan indeks antroometri BB/PB, dari 55 balita (90,2%) yang mendaatkan sika merawat yang baik terdaat 50 balita dengan status gizi normal dan sebanyak 5 balita termasuk dalam kategori kurus. Sedangkan terdaat 6 balita (9,8%) yang mendaatkan sika memberi makan kurang baik termasuk dalam kategori normal. Exact test dieroleh nilai = sehingga nilai lebih besar dari nilai α (0.05). Hasil uji menunjukan bahwa tidak terdaat hubungan antara sika memberi makan balita dengan status gizi berdasarkan indeks antroometri BB/PB. Hasil enelitian yang dilakukan oleh (Munawaroh, 2015) yang menyatakan bahwa terdaat hubungan antara ola asuh emberian makanan terhada status gizi balita. Semakin baik ola asuh yang diberikan maka semakin baik status gizi balita dan sebaliknya aabila ibu memberikan ola asuh yang kurang baik dalam emberian makanan ada balita maka status gizi balita juga akan terganggu. Hubungan Dengan Tabel 7. Hubungan Dengan BB/U Gizi Gizi 51 83,6 5 8,2 56 91,8 1 1,6 4 6,6 5 8,2 52 85,2 9 14,8 61 100 Tabel 7, menunjukan bahwa dalam hasil ukur terhada raktek merawat balita dengan status gizi balita berdasarkan indeks antroometri BB/U, dari 56 balita (91,8%) yang mendaatkan raktek merawat yang baik terdaat 51 balita diantaranya memiliki status gizi baik dan sebanyak 5 balita memiliki status gizi kurang. Sedangkan terdaat 5 balita dengan ersentase 8,2% yang mendaatkan raktek merawat kurang baik diantaranya 1 balita memiliki status gizi baik dan sebanyak 4 balita memiliki status gizi kurang. Exact test dieroleh nilai =0.001 sehingga nilai lebih kecil dari nilai α (0.05). Hasil uji menunjukan bahwa terdaat hubungan antara raktek merawat balita dengan status gizi berdasarkan indeks antroometri BB/U. Hasil enelitian ini berbeda dengan yang di lakukan oleh (Tarnoto, 2013) yang menyatakan bahwa keeratan hubungan antara ola asuh dengan status gizi tergolong rendah. 0.001
Tabel 8. Hubungan Dengan PB/U Pendek 48 78,7 8 13,1 56 91,8 1 1,6 4 6,6 11 8,2 49 80,3 12 19,7 61 100 Tabel 8, menunjukan bahwa dalam hasil ukur terhada raktek merawat balita dengan status gizi balita berdasarkan indeks antroometri PB/U, dari 56 balita (91,8%) yang mendaatkan raktek merawat yang baik terdaat 48 balita dengan status gizi normal dan sebanyak 8 balita termasuk dalam kategori endek. Sedangkan terdaat 11 balita (8,2%) yang mendaatkan raktek merawat kurang baik diantaranya 1 balita memiliki status gizi normal dan sebanyak 4 balita termasuk dalam kategori endek. Exact test dieroleh nilai =0.004 sehingga nilai lebih kecil dari nilai α (0.05). Hasil uji menunjukan bahwa terdaat hubungan antara raktek merawat balita dengan status gizi berdasarkan indeks antroometri PB/U. Hasil enelitian ini sesuai dengan enelitian yang dilakukan oleh (Sawitri et al, 2016) mengatakan bahwa ola asuh ibu dalam merawat anak dimulai sejak masa kehamilan ibu dan harus ada dukungan dari keluarga. Tabel 9. Hubungan Dengan BB/PB 0.004 Tabel 9, menunjukan bahwa dalam hasil ukur terhada raktek merawat balita dengan status gizi balita berdasarkan indeks antroometri BB/PB, dari 56 balita (91,8%) yang mendaatkan raktek merawat yang baik terdaat 51 balita dengan status gizi normal dan sebanyak 5 balita termasuk dalam kategori kurus. Sedangkan terdaat 5 balita (8,2%) yang mendaatkan raktek merawat kurang baik termasuk dalam kategori normal. Exact test dieroleh nilai = sehingga nilai lebih besar dari nilai α (0.05). Hasil uji menunjukan bahwa tidak terdaat hubungan antara raktek merawat balita dengan status gizi berdasarkan indeks antroometri BB/PB. Menurut enelitian yang dilakukan oleh (Ni mah, 2015) menyatakan bahwa Ibu yang memiliki engetahuan yang baik diharakan mamu mengalikasikan engetahuan yang dimiliki dalam kehiduan sehari-hari. Namun, erilaku selain diengaruhi oleh tingkat engetahuan juga diengaruhi oleh faktor lain, misalnya sosio ekonomi, sosio budaya, dan lingkungan. Ibu dengan ola asuh yang baik belum tentu memiliki balita dengan masalah gizi yang lebih kecil dariada ibu dengan ola asuh yang kurang. Anak Kurus 51 83,6 5 8,2 56 91,8 5 8,2 0 0 5 8,2 56 91,8 5 8,2 61 100
Hubungan Dengan Tabel 10. Hubungan Dengan BB/U Gizi Gizi n % n % n % 43 70,5 7 22,5 50 82 9 14,8 2 3,3 11 18 52 85,2 9 24,8 61 100 Tabel 10, menunjukan bahwa dalam hasil ukur terhada raktek memberi makan balita dengan antroometri BB/U, dari 50 balita (82,0%) yang mendaatkan raktek memberi makan yang baik terdaat 43 balita diantaranya memiliki status gizi baik dan sebanyak 7 balita memiliki status gizi kurang. Sedangkan terdaat 11 balita (18,0%) yang mendaatkan raktek memberi makan kurang baik diantaranya 9 balita memiliki status gizi baik dan sebanyak 2 balita memiliki status gizi kurang. Exact test dieroleh nilai =0.659 sehingga nilai lebih besar dari nilai α (0.05). Hasil uji menunjukan bahwa tidak terdaat hubungan antara raktek memberi makan balita dengan status gizi berdasarkan indeks antroometri BB/U. Hasil enelitian ini didukung oleh (Panunggal et al. 2016) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara rilaku ibu dengan emberiam makan untuk anak. Pemberian makanan keada anak daat diengaruhi oleh engetahuan dan sika ibu serta adanya dukungan dari keluarga. Tabel 11. Hubungan Dengan PB/U 0,659 Pendek 44 72,1 6 9,8 50 82 5 8,2 6 9,8 11 18 49 80,3 12 19.07 61 100 Tabel 11, menunjukan bahwa dalam hasil ukur terhada raktek memberi makan balita dengan antroometri PB/U, dari 50 balita (82,0%) yang mendaatkan raktek memberi makan yang baik terdaat 44 balita dengan status gizi normal dan sebanyak 6 balita termasuk dalam kategori endek. Sedangkan terdaat 11 balita (18,0%) yang mendaatkan raktek memberi makan kurang baik diantaranya 5 balita termasuk dalam kategori normal dan sebanyak 6 balita termasuk dalam kategori endek. Exact test dieroleh nilai =0.005 sehingga nilai sesuai dengan nilai α (0.05). Hasil uji menunjukan bahwa terdaat hubungan antara raktek memberi makan balita dengan status gizi berdasarkan indeks antroometri PB/U. Hasil enelitian ini sesuai dengan enelitian yang dilakukan oleh (Sawitri et al, 2016) mengatakan bahwa sebagian besar ibu selalu menyiakan sendiri makanan untuk balita, namun dasar enyusunan menunya masih berdasarkan keinginan ibu atau menu keluarga dengan susunan menu anak tidak beragam atau tidak berdasarkan rinsi gizi seimbang. 0.005
Tabel 12. Hubungan Dengan BB/PB Kurus 46 75,4 4 6,6 50 82 10 16,4 1 1,6 11 18 56 91,8 5 8,2 61 100 Tabel 12, menunjukan bahwa dalam hasil ukur terhada raktek memberi makan balita dengan antroometri BB/PB, dari 50 balita dengan ersentase 82,0% yang mendaatkan raktek memberi makan yang baik terdaat 46 balita dengan status gizi normal dan sebanyak 4 balita termasuk dalam kategori kurus. Sedangkan terdaat 11 balita dengan ersentase 18,0% yang mendaatkan raktek memberi makan kurang baik diantaranya 10 balita termasuk dalam kategori normal dan terdaat 1 balita yang termasuk dalam kategori kurus. Exact test dieroleh nilai = sehingga nilai lebih besar dari nilai α (0.05). Hasil uji menunjukan bahwa tidak terdaat hubungan antara raktek memberi makan balita dengan status gizi berdasarkan indeks antroometri BB/PB. Menurut (Ranuh dan Soetjiningsih, 2014), anak-anak yang mendaatkan emberian makan yang cuku dan bergizi, ertumbuhan fisik dan sel otaknya akan berlansung dengan baik. Pemenuhan gizi yang baik termasuk emberian ASI ekslusif samai anak berumur 6 bulan dan emberian ASI yang diteruskan hingga anak berusia 24 bulan akan berdamak ositif, selain itu emberian MP- P ASI sesuai dengan usia anak daat memengaruhi status gizi anak KESIMPULAN Berdasarkan hasil enelitian diketahui bahwa tidak terdaat hubungan antara sika merawat dan sika memberi makan dengan status gizi berdasarkan indeks antroometri BB/U, PB/U dan BB/PB, terdaat hubungan antara raktek merawat anak dengan status gizi berdasarkan indeks antroometri BB/U dan PB/U, terdaat hubungan antara raktek memberi makan anak dengan status gizi berdasarkan indeks antroometri PB/U. SARAN Bagi masyarakat yang ada di Desa Tatelu khususnya bagi ibu agar daat memerhatikan ola asuh terhada balita baik dalam sika merawat dan memberi makan serta memerbaiki kebiasaan-kebiasaan buruk dalam raktek merawat dan memberi makan balita dan bagi etugas kesehatan yang ada di uskesmas dan osyandu Tatelu serta yang termasuk dalam wilayah kerjanya agar daat meningkatkan kunjungan setia bulannya, meningkatkan elayanan kesehatan keada ibu dan balita, melakukan endekatan ribadi. DAFTAR PUSTAKA Fikawati S, Syafiq A dan Karima K. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. Jarkarta: PT Rajagrafindo Persada. Lembong R. 2016. Hubungan Antara Pola Asuh Dengan Pada di Pulai Nain Kecamatan Wori Kabuaten
Minahasa Utara. Skrisi. FKM Universitas Sam Ratulangi Manado. Munawaroh S. 2015. Pola Asuh Memengaruhi. Jurnal. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Ponorogo. (Online), diakses ada 26 Setember 2017. Ni mah C dan Munawairoh L. 2015. Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat Pengetahuan dan Pola Asuh Ibu dengan Wasting dan Stunting Pada Keluarga Miskin. Jurnal. Deartemen Gizi Kesehatan FKM Universitas Airlangga Surabaya. (Online), diakses ada 23 Oktober 2017. Panunggal B dan Rakhmawati N. Z. 2014. Hubungan Pengetahuan Dan Sika Ibu Dengan Prilaku Pemberian Usia 12-24 Bulan. Jurnal. Program Studi Ilmu Gizi FK Universitas Dionegoro Semarang. (Online) diakses ada 04 Setember 2017. Pratiwi D. T. Masrul dan Yerizel E. 2016. Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Status Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Kota Padang. Jurnal. FK Universitas Andalas Padang. (Online), diakses ada 24 Aril 2017. Puskesmas Tatelu. 2017. Laoran Pencaaian Indikator Kinerja Pembinaan Gizi Puskesmas. Dimembe: Puskesmas Tatelu. Ranuh IG. N. G dan Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang Edisi-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG Sawitri R. D, Hertanto W. S dan Ariyanto D. 2016. Pola Asuh dan Status Ggizi Di Kecamatan Lae, Kabuaten Sumbawa, Nusa Tenggara Brat. Jurnal. Program Studi Ilmu Gizi FK Universitas Dieonegoro Semarang. (Online), diakses ada 23 Oktober 2017. Syarfaini. 2014. Gambaran Pola Pengasuhan Gizi Pada Di Kecamatan Taalang Kab. Mamuju Pro. Sulawesi Barat. Jurnal. Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar. (Online), diakses ada 24 Aril 2017. Tarnoto T. 2014. Hubungan Pola Asuh Dengan Pada Usia 6-24 Bulan di Posyandu Desa TimbulharjoSewon Bantul Tahun 2014. Skrisi. Program Studi Bidan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Masyarakat Aisyiyah Yogyakarta. (Online), diakses ada 05 Setember 2017.