47 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Spesifikasi Sistem 4.1.1. Perangkat Keras Perangkat keras atau hardware terpenting yang dipakai untuk membuat perubahan pada topologi jaringan SMA St. Kristoforus I adalah sebuah Build in Hardware Router Mikrotik yang di dalamnya sudah terdapat Mikrotik RouterOS untuk kepentingan konfigurasi pada unit komputer. Tabel 4.1 Spesifikasi Router Mikrotik Product Code CPU Main Storage RAM RB450 AR7130 300MHz 64MB 32MB LAN Ports 5 Operating System RouterOS RouterOS License Level 5 Router Mikrotik dipilih karena hardware ini memiliki kemampuan bandwidth management yang diperlukan oleh pihak sekolah dalam
48 mengatur bandwidth dari server dan client dalam pengaksesan data melalui internet. Perangkat keras lain yang dipakai dalam menunjang koneksi internet dalam jaringan LAN SMA St. Kristoforus I adalah Switch TP- Link TL-SF1024D, Switch TP-Link-TL-FS1008D, konektor RJ45, Cable Tester, dan kabel UTP. 4.1.2. Perangkat Lunak Perangkat lunak atau software terpenting yang dipakai dalam implementasi topologi baru adalah WinBox, yaitu utility untuk melakukan konfigurasi RouterOS pada Router Mikrotik yang dipakai. WinBox sendiri dapat diunduh secara mudah dan gratis di website resmi Mikrotik Indonesia, yaitu http://www.mikrotik.co.id/download.php dengan memakai versi WinBox yang terbaru, yaitu winbox-2.2.16. Perangkat lunak lain yang dipakai dalam membantu proses implementasi adalah CISCO Packet Tracer 5.3.3, yaitu perangkat lunak yang berguna untuk merancang topologi baru yang akan diterapkan atau diimplementasikan pada jaringan LAN SMA St. Kristoforus I. CISCO Packet Tracer 5.3.3 tidak dapat diunduh secara bebas dan mudah karena pada dasarnya perangkat lunak ini memiliki situs resmi (http://www.cisco.com/web/learning/netacad/course_catalog/packettrace r.html) dimana user harus merupakan orang yang sudah terdaftar dan memiliki koneksi akademi dengan CISCO.
49 Gambar 4.1 Situs Resmi CISCO Namun, CISCO Packet Tracer 5.3.3 yang dipakai untuk implementasi ini bukan berasal dari hasil unduh situs resmi tersebut, melainkan didapat dari lab komputer Binus yang bebas didistribusikan untuk mahasiswanya.
50 4.2. Rancangan Topologi Logikal Perubahan topologi atau implementasi yang akan dilakukan pada jaringan LAN SMA St. Kristoforus I adalah dengan menempatkan sebuah Router Mikrotik di lantai dua yang terhubung dari Switch TP-Link di lantai satu, dimana Switch TP-LINK tersebut juga akan diganti dengan sebuah Router Mikrotik. Router Mikrotik di lantai dua akan memiliki dua cabang port yang masing-masing terhubung dengan sebuah Switch TP-Link, sedangkan Router Mikrotik di lantai satu akan terhubung sama seperti sebelumnya. Gambar 4.2 Topologi LAN Lantai 2 (Lab Komputer)
51 Gambar 4.3 Topologi LAN Lantai 1 (Ruang Guru) 4.3. IP Addressing Berdasarkan permintaan pihak sekolah, seluruh unit komputer yang berada di dalam lab komputer diharapkan memiliki IP Address yang berurutan sesuai dengan nomor komputer dan nomor port switch. Begitu pula dengan komputer di ruang guru yang disesuaikan dengan nomor komputer yang tertera secara tertulis di masing-masing monitor. Nomor port switch dengan nomor komputer disesuaikan, lalu dilakukan pengaturan IP Address tiap-tiap komputer. Sistem pengalamatan yang dipakai pada jaringan sekolah adalah DHCP, oleh karena itu pengaturan secara manual pun bisa dilakukan dengan mudah. Bandwidth dapat diatur sesuai IP Address yang dipakai sesuai dengan kehendak pihak sekolah.
52 Berikut adalah rincian IP Address di dalam lab komputer: Tabel 4.2 Rincian IP Address Laboratorium Komputer Status No. Komputer Keterangan Client 01 IP Address: 192.168.1.101 Server 02 IP Address: 192.168.1.102 Client 03 IP Address: 192.168.1.103 Client 04 IP Address: 192.168.1.104 Client 05 IP Address: 192.168.1.105 Client 06 IP Address: 192.168.1.106 Client 07 IP Address: 192.168.1.107 Client 08 IP Address: 192.168.1.108 Client 09 IP Address: 192.168.1.109 Client 10 IP Address: 192.168.1.110 Client 11 IP Address: 192.168.1.111 Client 12 IP Address: 192.168.1.112 Client 13 IP Address: 192.168.1.113 Client 14 IP Address: 192.168.1.114 Client 15 IP Address: 192.168.1.115 Client 16 IP Address: 192.168.1.116 Client 17 IP Address: 192.168.1.117 Client 18 IP Address: 192.168.1.118
53 Client 19 IP Address: 192.168.1.119 Client 20 IP Address: 192.168.1.120 Client 21 IP Address: 192.168.1.121 Client 22 IP Address: 192.168.1.122 Client 23 IP Address: 192.168.1.123 Client 24 IP Address: 192.168.1.124 Client 25 IP Address: 192.168.1.125 Client 26 IP Address: 192.168.1.126 Client 27 IP Address: 192.168.1.127 Client 28 IP Address: 192.168.1.128 Client 29 IP Address: 192.168.1.129 Client 30 IP Address: 192.168.1.130 Client 31 IP Address: 192.168.1.131 Client 32 IP Address: 192.168.1.132
54 Berikut adalah tabel rincian IP Address komputer di ruang guru: Tabel 4.3 Rincian IP Address Ruang Guru Status No. Komputer Keterangan Kepala Sekolah 13 IP Address: 192.168.1.13 Wakil Kepala Sekolah 10 IP Address: otomatis Tata Usaha 11 IP Address: 192.168.1.11 Guru 12 IP Address: otomatis 4.4. Pengaturan IP Address Komputer IP Address masing-masing komputer yang terhubung dengan router, baik di lantai 1 (Ruang Guru) maupun lantai 2 (Laboratorium Komputer) dilakukan secara manual satu per satu. Langkah awal yang dilakukan adalah klik Start pada desktop Windows, pilih menu Control Panel Network and Internet Network and Sharing Center Local Area Connection Properties Internet Protocol Version 4 (TCP/IPv4).
55 Berikut adalah parameter pengaturannya: Lantai 1 Gambar 4.4 Pengaturan IP Address Komputer - PC Tata Usaha
Gambar 4.5 Pengaturan IP Address Komputer - PC Kepala Sekolah 56
57 Lantai 2 Gambar 4.6 Pengaturan IP Address Komputer - PC Server
58 Gambar 4.7 Pengaturan IP Address Komputer - PC Client 4.5. Konfigurasi Router Mikrotik Dengan adanya Mikrotik RouterOS yang sudah ter-instal di dalam Router Mikrotik RB450, maka hal yang selanjutnya dilakukan adalah mengkonfigurasi Router Mikrotik tersebut menggunakan Winbox. Winbox dapat diperoleh melalui website resmi Mikrotik Indonesia melalui proses unduh secara gratis, yaitu
59 http://www.mikrotik.co.id/download.php. Versi yang dipakai untuk konfigurasi adalah winbox-2.2.16. Ketika Winbox sudah diunduh, hal yang pertama dilakukan adalah membuka utility hingga tampil gambar seperti di bawah ini: Gambar 4.8 Tampilan Login Winbox Sebagai langkah awal, klik... untuk memilih MAC Address terhubung yang akan dikonfigurasi, lalu klik Connect untuk kemudian menuju ke halaman utama Winbox.
60 4.5.1. Konfigurasi Interface Pengkonfigurasian interface dilakukan untuk mengganti nama default interface dari Winbox yang selanjutnya diubah menjadi nama interface sesuai dengan keinginan server berdasarkan sumber perangkat yang terhubung ke Router Mikrotik. Untuk mengubah nama default tersebut, langkah awal yang dilakukan adalah memilih Interface dari daftar direktori yang ada di halaman utama Winbox bagian kiri.
61 Setelah diklik, akan muncul Interface List seperti di bawah ini: Gambar 4.9 Konfigurasi Interface Interface List
62 Klik nama interface yang akan diubah hingga muncul jendela pengaturan untuk interface tersebut.
63 Gambar 4.10 Konfigurasi Interface Pengaturan Interface 4.5.2. Pengaturan DHCP DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol) dikonfigurasi agar pengaturan IP Address, Default Gateway dan DNS Server dapat diatur baik secara manual ataupun otomatis oleh server. DHCP server akan memudahkan tugas server dalam mengatur IP Address langsung secara menyeluruh tanpa harus satu per satu diatur. Untuk mengatur DHCP, hal yang harus dilakukan adalah memilih direktori IP, lalu DHCP Server. Pilih DHCP Setup untuk kemudian memilih interface yang akan digunakan.
64 Masukkan IP Address jaringan yang akan digunakan sebagai jaringan lokal, yaitu 192.168.1.0, klik Next.
65 Gambar 4.11 Pengaturan DHCP - DHCP Setup Pada menu berikutnya, masukan IP Gateway, yaitu 192.168.1.1. Tekan Next. Gambar 4.12 Pengaturan DHCP DHCP Setup Gateway Pada menu pengaturan DHCP Relay, kolom dikosongkan saja, kemudian klik Next.
66 Pada menu pengaturan IP Pool, masukan range IP yang digunakan pada DHCP Server. Range yang digunakan adalah 192.168.1.101 sampai dengan 192.168.1.132. Gambar 4.13 Pengaturan DHCP - IP Pool
67 Pengaturan selanjutnya adalah DNS Server pada DHCP Server. Jika sudah secara otomatis diatur oleh perangkat, maka DNS Server tidak perlu lagi diatur manual. Klik Next. Menu terakhir adalah pengaturan lease time atau waktu hidup dari IP DHCP yang telah diatur tersebut. Waktu bebas ditentukan oleh server. Untuk implementasi ini, dimasukkan 7d 00:00:00. Itu berarti lease time IP DHCP aktif selama tujuh hari.
68 Setelah DHCP Setup selesai dilakukan, pengecekan DHCP Server list dapat dilihat pada direktori IP DHCP Server DHCP. Untuk melihat IP Pool, pilih direktori IP Pool. Gambar 4.14 Pengaturan DHCP Hasil
69 4.5.3. Pengaturan Firewall dan NAT NAT (Network Address Translation) dilakukan pada semua interface yang terhubung ke internet sehingga unit-unit komputer yang terhubung di LAN dapat mengakses internet. NAT adalah fasilitas Router Mikrotik untuk meneruskan IP asal dan IP tujuan, pembatasan akses secara langsung, dan melindungi traffic yang akan keluar dari router. NAT merupakan standar internet yang diperlukan untuk menjembatani host jaringan lokal agar dapat berkomunikasi dengan jaringan publik menggunakan IP Address publik. Langkah yang dilakukan adalah masuk kedalam direktori IP Firewall NAT Add(+) dan lakukan konfigurasi seperti berikut ini pada setiap client yang terkoneksi jaringan lokal:
70 Pada tab General, masukkan chain srcnat, pada Src. Address masukkan IP client, kemudian pada tab Action pilih Masquerade. Gambar 4.15 Pengaturan Firewall NAT New NAT Rule
Gambar 4.16 Pengaturan Firewall NAT Rule (Tab Action) 71
72 Hasil akhirnya adalah sebagai berikut: Gambar 4.17 Pengaturan Firewall Hasil
73 4.5.4. Bandwidth Management Pengaturan bandwidth untuk masing-masing unit komputer dimaksudkan agar bandwidth terdistribusi dengan baik dan diporsikan sesuai dengan kebutuhan, sehingga koneksi menjadi lebih cepat. Metode yang digunakan adalah Simple Queue. Langkah pertama adalah memilih Queues pada direktori, kemudian Simple Queues.
74 Gambar 4.18 Bandwidth Management Queue List Dalam tab General, masukan nama untuk membedakan IP Address, pilih IP Address yang akan diatur, check box Target Upload dan Target Download, kemudian tentukan angka Max Limit upload dan download yang dikehendaki. Klik OK. Sebelum melakukan bandwidth management, dilakukan pengecekan IP Address dari Router Mikrotik yang akan dipakai. Pengecekan dilakukan dengan membuka command prompt, lalu mengetik cmd /k ipconfig : Gambar 4.19 Bandwidth Management IP Router Mikrotik
75 Gambar di bawah ini merupakan pengaturan untuk PC Client laboratorium komputer (berlaku untuk komputer nomor 1 dan 3 sampai dengan 32, kecuali nomor 15 dan 24) : Gambar 4.20 Bandwidth Management New Simple Queue (Client)
76 Sedangkan gambar di bawah ini merupakan pengaturan untuk PC Server laboratorium komputer (berlaku untuk komputer nomor 2) : Gambar 4.21 Bandwidth Management Simple Queue (Server)
77 Setelah pengaturan diterapkan untuk seluruh IP Address, berikut adalah hasilnya :
78 Gambar 4.22 Bandwidth Management Queue List (Laboratorium Komputer) Bandwidth management kemudian dilakukan pada Router Mikrotik kedua di lantai 1, yaitu di ruang guru. Sebelumnya, dilakukan pengecekan IP Switch TP-Link yang terhubung dengan Router Mikrotik agar bandwidth management dapat dilakukan. Langkahnya adalah mengetik cmd /k ipconfig pada command prompt di PC 12 (Komputer Guru): Gambar 4.23 Bandwidth Management IP Switch TP-Link
79 Tidak jauh berbeda, pengaturan yang pertama dilakukan adalah mengatur port 1 yang terhubung ke Router Mikrotik di lantai dua: Gambar 4.24 Bandwidth Management Simple Queue (Port 1)
80 Pengaturan berikutnya adalah port 2 yang terhubung ke komputer Tata Usaha: Gambar 4.25 Bandwidth Management Simple Queue (Port 2)
81 Setelah itu komputer Kepala Sekolah yang dihubungkan ke port 3 diatur, sebagai berikut: Gambar 4.26 Bandwidth Management Simple Queue (Port 3)
82 Terakhir adalah mengatur port 4, yaitu yang terhubung ke Switch TP- LINK: Gambar 4.27 Bandwidth Management Simple Queue (Port 4)
83 Hasil dari bandwidth management lantai 1 (ruang guru) adalah sebagai berikut: Gambar 4.28 Bandwidth Management Queue List (Ruang Guru)
84 Berikut adalah tabel rincian bandwidth management yang telah dilakukan pada hardware jaringan yang terhubung dengan router: Tabel 4.4 Rincian Bandwidth Management Lantai 1 (Ruang Guru) Port 1 Port 2 Port 3 Terhubung ke Router Mikrotik Lantai 2 Terhubung ke PC 11 (Tata Usaha) Terhubung ke PC 13 (Kepala Sekolah) Download Limit : 896 kbps Upload Limit : 224 kbps Download Limit : 32 kbps Upload Limit : 8 kbps Download Limit : 32 kbps Upload Limit : 8 kbps Port 4 Terhubung ke Switch TP-LINK Download Limit : 64 kbps Upload Limit : 16 kbps
85 Lantai 2 (Laboratorium Komputer) Server Download Limit : 55 kbps Upload Limit : 21 kbps Client Download Limit : 29 kbps Upload Limit : 7 kbps Total Download Limit : 896 kbps Upload Limit : 224 kbps 4.5.5. Pengaturan Web-Proxy Pengaturan Web-Proxy dimaksudkan untuk mempercepat pengaksesan internet karena elemen website yang sudah pernah dikunjungi akan disimpan di dalam proxy server, sehingga tidak perlu mengambil langsung dari web server ketika website itu diakses kembali untuk yang kedua kalinya.
86 Pengaturan dilakukan dengan memilih direktori IP Web Proxy klik tanda +, maka akan muncul window Web Proxy Settings.
87 Gambar 4.29 Pengaturan Web-Proxy Web Proxy Settings OK. Lakukan pengaturan seperti gambar di bawah ini, kemudian klik Gambar 4.30 Pengaturan Web-Proxy Pengaturan Parameter Setelah itu, lakukan pengaturan transparent proxy dengan tujuan agar client yang terhubung ke proxy sudah bisa memanfaatkan server proxy sebagai cache tanpa harus mengkonfigurasi setiap browser di client satu per satu.
Gambar 4.31 Pengaturan Web-Proxy New NAT Rule (Tab General) 88
89 Gambar 4.32 Pengaturan Web-Proxy New NAT Rule (Tab Action) Hasil akhir dari pengaturan Web-Proxy adalah sebagai berikut: Gambar 4.33 Pengaturan Web-Proxy Firewall
90 4.6. Evaluasi Setelah topologi jaringan yang baru dan konfigurasi Router Mikrotik diimplementasikan, dapat dirasakan bahwa pengaturan baru tersebut telah membawa perubahan baik di dalam kinerja jaringan internet untuk kelancaran belajar-mengajar di SMA St. Kristoforus I. Beberapa perubahan tersebut, antara lain: IP Address komputer client sudah memiliki nomor yang terurut sesuai dengan nomor komputer, sehingga pengaturan IP Address mudah diketahui hanya dengan melihat nomor urut dari komputer tersebut. Pengaturan bandwidth management sudah dikonfigurasikan pada Router Mikrotik, sehingga seluruh unit komputer sudah memiliki limitasi bandwidth. Antara client dan server memiliki limitasi sesuai dengan keperluan dan kapasitas yang dikehendaki. Koneksi internet yang menggunakan modem Speedy sudah dapat terhubung dengan baik dan berjalan secara optimal, karena kabelkabel LAN dan konektor RJ45 yang tidak layak digunakan sudah diganti dengan yang baru.
91 Ruang Guru Berikut adalah gambar ping statistic pada PC Tata Usaha di ruang guru sebelum bandwidth management: Gambar 4.34 Ping Statistic PC Tata Usaha Sebelum Bandwidth Management
92 Berikut adalah gambar ping statistic pada PC Kepala Sekolah di ruang guru sebelum bandwidth management: Gambar 4.35 Ping Statistic PC Kepala Sekolah Sebelum Bandwidth Management
93 Berikut adalah gambar ping statistic pada PC Tata Usaha di ruang guru setelah bandwidth management: Gambar 4.36 Ping Statistic PC Tata Usaha Setelah Bandwidth Management
94 Berikut adalah gambar ping statistic pada PC Kepala Sekolah di ruang guru setelah bandwidth management: Gambar 4.37 Ping Statistic PC Kepala Sekolah Setelah Bandwidth Management
95 Laboratorium Komputer Berikut adalah gambar ping statistic pada laboratorium komputer sebelum bandwidth management: Gambar 4.38 Ping Statistic PC Lab Sebelum Bandwidth Management
96 Berikut adalah gambar ping statistic pada laboratorium komputer (server) sesudah bandwidth management: Gambar 4.39 Ping Statistic Server Sesudah Bandwidth Management
97 Berikut adalah gambar ping statistic pada laboratorium komputer (client) sesudah bandwidth management: Gambar 4.40 Ping Statistic Client Sesudah Bandwidth Management