BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini, perusahaan dituntut untuk selalu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ekonomi tinggi, menengah dan rendah. hukum. Kehadiran berbagai lembaga pembiayaan membawa andil yang besar

Pegadaian dan Sewa Guna Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

a. Mencapai volume penjualan tertentu. b. Mendapat laba tertentu. c. Menunjang pertumbuhan perusahaan.

PINJAMAN BERJANGKA DAN SEWA GUNA USAHA

Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

Pegadaian dan sewa guna usaha (leasing)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

MAKALAH LEASING. Diajukan dan dipersentasikan. pada mata kuliah Seminar Manajemen Keuangan. Di bawah bimbingan : Wahyu Indah Mursalini, SE, MM

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN SUB SEKTOR LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA Sejarah Perusahaan Sub Sektor Lembaga Pembiayaan

Bab IV Lembaga Pembiayaan Dalam Kegiatan Bisnis Hukum Bisnis Semester Gasal 2014 Universitas Pembangunan Jaya

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IX MANAJEMEN PIUTANG

BAB I PENDAHULUAN. atau kelebihan dana (surplus spending unit-ssu) dan menyalurkan kredit kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan BMT BIMA. Peranan BMT sebagai lembaga keuangan tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

I. PENDAHULUAN. lembaga pembiayaan melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

MUHAMMAD FEBRI YOGA PURNOMO

BAB IV ANALISIS 1. Landasan Teori A. Definisi Produk Pembiayaan Modal Kerja

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. didalam membangun atau mengembangkan suatu usaha dibutuhkan modal awal. menyediakan sejumlah dana untuk keperluan modal.

BAB II LANDASAN TEORI. Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kesempatan di bidang keuangan. Perkembangan lembaga pembiayaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

Lembaga Keuangan: Leasing dan Factoring

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi. Berdasarkan Undang-undang nomor 25 Tahun 1992 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia otomotif di Indonesia dari tahun-ketahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

II. LANDASAN TEORI. Lembaga pembiayaan mempunyai beberapa bidang usaha, yaitu : 1. Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo

BAB I PENDAHULUAN. Februari 1974, tentang Perizinan Usaha Leasing, mendorong pelaku bisnis jasa

BAB 5 PENUTUP. ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: pembiayaan oleh PT BPRS Karya Mugi Sentosa kantor cabang Mojokerto,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cara yakni dengan cara tunai maupun kredit. Penjualan secara tunai akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat

Analisis Aktivitas Pendanaan

BAB III TELAAH PUSTAKA. diharapkan dan dikaitkan dengan kedudukan seseorang 28. Seseorang dikatakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan pula pendapatan perkapita masyarakat, walaupun. pemerintah untuk bersungguh sungguh mengatasinya agar tidak

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA (LEASING) PADA PT. MAF & MCF BERDASARKAN PSAK NO 30 TAHUN 2012

1. PENDAHULUAN. Semakin maju dan berkembangnya teknologi serta bertambahnya jumlah penduduk yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

MEKANISME PEMANFAATAN LEASING DALAM PRAKTIKNYA Oleh : Taufik Effendy

Lembaga Pembiayaan. Copyright by Dhoni Yusra

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai jumlah aset tetap yang cukup signifikan dalam laporan keuangannya, yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengertian kredit berkembang lebihluas lagi seperti berikut ini :

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembiayaan yang menggunakan prinsip-prinsip syariah. Pada zaman

BAB I PENDAHULUAN. sedikit dari masyarakat Indonesia yang dapat dikategorikan termasuk dalam

BAB II LANDASAN TEORI. tahun (1982:331) laba perusahaan adalah merupakan selisih antara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artikel, adalah jumlah kesatuan tertentu yang akan dibeli dengan macam-macam

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : pembiayaan dan rekening koran yang memiliki fungsi yang berbeda yakni

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE. perusahaan pembiayaan non-bank (multi finance).

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar

Modul ke: Manajemen Perpajakan 06FEB. Samsuri, SH, MM. Fakultas. Program Studi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan

KERANGKA PEMIKIRAN III.

PENGEMBALIAN KREDIT SEPEDA MOTOR PEDAGANG AYAM BROILER

Transkripsi:

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Pembiayaan Pengertian sewa guna secara umum menurut Kasmir, 2002 adalah perjanjian pihak lessor (perusahaan leassing) dengan lessee (nasabah) dimana lessor menyediakan barang dengan hak penggunaan oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu. Sedangkan pengertian sewa guna usaha sesuai dengan keputusan menteri keuangan No. 1169/KMK.01/1991 adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan opsi (Finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa opsi (Operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Selanjutnya yang dimaksudkan dengan Finance lease adalaha kegiatan sewa guna usaha dimana lesse pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha. Sedangkan dilihat dari pengertiannya, pengertian lessor adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha leasing dengan menyediakan berbagai macam barang modal, sedangkan lessee adalah nasabah yang menginginkan barang modal tersebut (Kasmir, 2002). Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas pembiayaan atau kredit adalah sebagai berikut : 1. Kepercayaan

Merupakan suatu keyakinan pemberi kredit yang membiayai bahwa pembiayaan yang diberikan akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu, yaitu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank atau lembaga keuangan, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang calon konsumen, baik secara intern maupun ekstern. 2. Kesepakatan Disamping unsur percaya terdapat juga unsur kesepakatan antara kedua belah pihak. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. 3. Jangka Waktu Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan atau kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut biasanya berbentuk jangka waktu pendek, jangka waktu menengah dan jangka waktu panjang. 4. Resiko Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macetnya pembayaran. Semakin panjang jangka waktunya semakin besar resikonya demikian sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank atau lembaga keuangan, baik resiko yang disengaja maupun yang tidak disengaja. 5. Balas Jasa Merupakan keuntungan atas pemberian suatu pembiayaan atau kredit, balas jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga atau biaya administrasi ini merupakan keuntungan pihak bank atau lembaga keuangan. 3.1.2 Pihak Pihak Yang Terlibat Dalam Pembiayaan

Dalam operationalnya, ada beberapa pihak yang terlibat dalam pemberian fasilitas leasing dan masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajibannya. Masing-masing pihak dalam melakukan kegiatan selalu bekerja sama dan saling berkaitan satu sama lainnya melalui kesepakatan yang dibuat bersama. Adapun beberapa pihak yang terlibat dalam proses pemberian fasilitas leasing adalah sebagai berikut : 1. Lessor Merupakan perusahaan leasing yang membiayai keinginan para nasabahnya untuk memperoleh barang-barang modal. 2. Lessee Adalah nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada lessor untuk memperoleh barang-barang modal yang diinginkan. 3. Supplier Adalah pedagang yang menyediakan barang yang akan dileasingkan sesuai perjanjian antara lessor dengan lessee dan dalam hal ini supplier juga dapat bertindak sebagai lessor. 4. Asuransi merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap perjanjian antara lessor dengan lessee. Dalam hal ini lessee dikenakan biaya asuransi dan apabila terjadi sesuatu, maka perusahaan akan menanggung resiko sebesar sesuai dengan perjanjian terhadap barang yang dileasingkan. 3.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Sepeda Motor Dalam melaksanakan kegiatan perkreditan, seperti kredit sepeda motor, terlebih dahulu dilakuakan penilaian terhadap calon nasabahnya, sehingga dapat dipastikan kredit yang diberikan pada nasabahnya dapat dikembalikan. Pada dasarnya aspek 5C, yaitu charater, capacity, capital, condition dan collateral, merupakan prinsip dasar yang dipakai dalam menilai atau menganalisis calon konsumen

penerima kredit, sehingga dapat dipastikan kredit yang diberikan pada konsumennya dapat dikembalikan. Dengan menganalisis calon nasabah penerima kredit, maka pemberi kredit dapat meminimalisir terjadinya kredit macet. Aspek 5C secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Character (Watak) Keadaan watak dan sifat calon nasabah baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usahanya. Penilaian ini merupakan penilaian terhadap kejujuran, ketulusan, kepatuhan akan janji, serta kemauan untuk membayar kembali hutanghutangnya. 2. Capacity (kemampuan) Kemampuan yang dimiliki calon nasabah untuk membuat rencana dan mewujudkan rencana tersebut menjadi kenyataan, termasuk dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. 3. Capital (modal) Dana yang dimiliki calon nasabah untuk menjalankan dan memelihara kelangsungan usahanya. Adapun penilaian terhadap capital ini adalah untuk mengetahui keadaan permodalan, sumber-sumber dana dan penggunaannya. 4. Condition (kondisi ekonomi) Keadaan sosial ekonomi suatu saat yang mungkin dapat mempengaruhi maju mundurnya usaha calon nasabah. Penilaian terhadap kondisi ini dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana kondisi ekonomi itu berpengaruh terhadap kegiatan usaha calon nasabah dan bagaimana calon nasabah tersebut mengatasi dan mengantisipasinya, sehingga usahanya tetap hidup dan berkembang. 5. Collateral (jaminan) Barang-barang yang diserahkan calon nasabah sebagai agunan kredit yang akan diterimanya. Tujuan penilaian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana resiko tidak terpenuhinya kewajiban financial kepada bank dapat ditutup oleh nilai agunan yang diserahkan calon nasabah. Penilaian terhadap barang agunan ini meliputi jenis atau macam barang, nilainya, lokasinya, bukti pemilikan dan status hukumnya. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Kebutuhan alat transportasi yang bergerak lebih cepat, dan murah, serta sesuai dengan kondisi geografis wilayah dan infrastruktur jalan secara umum di Bogor, merupakan salah satu faktor pendorong meningkatnya pengajuan kredit sepeda motor pada tingkat pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur di Bogor. Dengan peningkatan permintaan kredit dari pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur tersebut, PT. FIF harus menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memberikan kredit sepeda motornya, sehingga tingkat kelancaran dalam proses pengembalian kredit dapat ditingkatkan. Fokus pada penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam pengembalian kredit pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur yang memiliki kredit sepeda motor untuk mendukung usahanya. Terhadap tingkat kelancaran pengembalian kreditnya yang diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti : usia, tingkat pendidikan, tanggungan keluarga, pengalaman usaha, omzet usaha, jangka waktu pengembalian kredit, pengalaman ambil kredit dan beban bunga kredit. Pada penelitian ini mengambil kasus di PT. FIF (Federal International Finance) cabang Bogor, sebagai perusahaan resmi pembiayaan Astra untuk sepeda motor merek Honda. Konsumen pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur dibedakan pada tiga tingkatan, yaitu pedagang besar, pedagang menengah dan pedagang kecil. Penelitian ini hanya fokus pada pedagang menengah dan pedagang kecil dan penelitian ini tidak membahas pedagang yang besar, karena pedagang besar diangggap mampu membeli sepeda motor. Demikian masalah yang paling penting dalam penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelancaran dalam pengembalian kredit sepeda motor pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur pada PT. FIF. (Federal International Finance) Dengan pemahaman mengenai perilaku pedagang ayam Broiler dan pedagang

sayur, diharapkan dapat membantu PT. FIF (Federal International Finance) untuk memilih calon nasabah yang baik dalam pengembalian kreditnya, sehingga tingkat kemacetan kredit dapat diminimalisir. Selengkapnya alur pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Kebutuhan alat transportasi cepat dan murah, serta sesuai dengan kondisi geografis wilayah dan infrastruktur jalan PT. FIF (Kasus disektor agribisnis pada pedagang ayam Broiler dan d ) Karakteristik Individu: 1. Usia 2. Tingkat Pendidikan 3. Tanggungan Keluarga 4. Jangka Waktu Pengembalian Karakteristik Usaha : 1. Pengalaman Usaha 2. Omzet Usaha 3. Beban Bunga Kredit

Alat Analisis : 1. Analisis Deskriptif (Aspek 5 C) 2 A li i R i L i tik Proses Pengembalian Kredit : 1. Lancar Rekomendasi Bagi PT. FIF Gambar 4. Diagram Alur Kerangka Pemikiran Operasional 3. 3 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka diduga bahwa faktorfaktor yang mempengeruhi pengembalian kredit pedagang ayam Brolier dan pedagang sayur seperti : omzet, umur, pendidikan, tanggungan keluarga, pengalaman, jangka waktu pengembalian kredit, pengalaman ambil kredit dan beban bunga kredit, berpengaruh pada tingkat kelancaran dan ketidak lancaran pengembalian kredit sepeda motor di PT. FIF (Federal International Finance) cabang Bogor. Pendugaan faktorfaktor yang dapat mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit dalam

penelitian ini didasarkan pada penelitian terdahulu tentang pengembalian kredit dan kondisi real yang terjadi di lapangan atau PT. FIF itu sendiri. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini meliputi aspek karakteristik usaha dan karakteristik individu konsumen di PT. FIF, adalah : 1. Usia (X1), Usia diduga mempunyai pengaruh negatif terhadap pengembalian kredit. Dengan demikian, semakin tua usia dianggap memiliki tingkat pengembalian yang tidak lancar dibandingkan dengan usia yang lebih muda. 2. Pendidikan (X2), Pendidikan diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit, semakin tinggi pendidikan dianggap memiliki tingkat pengembalian yang lancar. 3. Jumlah Tanggungan Keluarga (X3), Jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh negatif, semakin banyak anggota keluarga yang menjadi tanggungan, konsumen dianggap akan mengalami kesulitsan dalam pengembalian kreditnya. 4. Pengalaman Usaha (X4), Pengalaman usaha diduga berpengaruh positif, semakin berpengalaman atau lama dalam menjalankan usahanya diduga akan memperlancar pengembalian kreditnya. 5. Omzet Usaha (X5), Omzet usaha diduga berpengaruh positif, semakin besar omzet usaha diduga akan lancar dalam pengembalian kreditnya. 6. Jangka waktu Pengembalian Kredit (X6), Jangka Waktu Pengembalian Kredit diduga berpengaruh negatif, semakin lama jangka waktu pengembalian kreditnya akan tidak lancar dalam pengembalian kredit. 7. Respon Beban Bunga (X7),

Respon Beban Bunga diduga berpengaruh positif, semakin konsumen menerima beban bunga yang ditetapkan pengembalian kredit akan lancar. 8. Pengalaman ambil Kredit (X8), Pengalaman Ambil Kredit diduga berpengaruh negatif, semakin sering seseorang dalam melakukan kredit, maka cenderung akan tidak lancar dalam pengembalian kreditnya. 3.4 Definisi Operasional 1. Responden adalah pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur tingkat menengah dan kecil yang telah mengajukan kredit sepeda motor pada PT FIF (Federal International Finance). 2. Konsumen adalah setiap orang yang diberi pinjaman atau kredit oleh PT. FIF (Federal International Finance) dalam hal ini produk yang diteliti adalah sepeda motor baru atau sepeda motor bekas. 3. Tingkat pendapatan pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur adalah sejumlah uang yang diterima atau diperolah dalam jangka waktu 1 bulan setelah di kurangi biaya produksi. 4. Tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir atau jenjang pendidikan terakhir yang pernah diikuti konsumen baik formal maupun nonformal, namun dalam penelitian ini hanya menggunakan pendidikan formal saja yang meliputi : tingkat SD, SLTP, SLTA, Diploma, Sarjana, dan Pasca Sarjana. 5. Jumlah tanggungan keluarga adalah sejumlah orang yang menjadi tanggung jawab kepala keluarga, seperti istri, anak, dan orang tua. 6. Usia nasabah adalah batas waktu dimana nasabah tersebut layak secara hukum untuk melakukan akad kredit, yaitu usia 21-55 tahun. 7. Jangka waktu pengembalian kredit adalah masa tenor kontrak yang telah disepakati. 8. Beban bunga kredit adalah bunga kredit yang diharapkan oleh perusahaan dari nasabahnya selama tenor kontrak.

9. Pengalaman usaha adalah pengalaman konsumen dalam menjalankan usaha pokoknya 10. Pengalaman ambil kredit adalah berapa kali konsumen telah melakukan kredit yang sama meskipun di tempat yang berbeda 11. Omzet usaha adalah nilai total transaksi yang dilakukan selama satu bulan 12. Konsumen lancar adalah konsumen yang membayar angsuran sebelum jatuh tempo, tepat waktu jatuh tempo, membayar diantara keterlambatan 1 s/d 30 hari dari jatuh tempo, membayar penuh sesuai tagihan setelah lebih dari 30 hari dan melunasi angsuran dimuka setelah 6 bulan masa kredit. 13. Konsumen tidak lancar adalah konsumen yang tidak mampu bayar lebih dari 30 hari setelah jatuh tempo, tidak membayar penuh sesuai tagihan lebih dari 60 hari setelah jatuh tempo.