BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. membayar pengeluaran umum (Waluyo : 2011 ; 3). sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN KETENTUAN MENGENAI SANKSI PERPAJAKAN DI INDONESIA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai definisi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya definisi

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

RESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

PENGANTAR PERPAJAKAN. Pengantar Pajak

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB II ASPEK-ASPEK HUKUM TENTANG PEMALSUAN FAKTUR PAJAK

HAK, KEWAJIBAN DAN SANKSI PEMILIK NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber pendapatan terbesar yang dimiliki suatu Negara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu Theory of Planned

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DI INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah kepada masyarakat yang akan digunakan untuk membiayai keperluan

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suryani N. A., 2016 Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. seluruh wilayah negara Indonesia secara adil dan merata, dengan demikian

Ika Vikni Nawang Risma Yuniar Sindy Sukmamulya Ramadhani

BAB I PENDAHULUAN. Makalah Pemeriksaan Pajak Page 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ketentuan Pidana dan Penyidikan. Landasan Hukum: Pasal 38 s/ d Pasal 44B UU KUP

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB I 1.PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dan ekonomi masyarakat. Salah satu indikator yang

BAB II KETENTUAN UMUM dan TATA CARA PERPAJAKAN

KUP NPWP DAN SPT. Amanita Novi Yushita, M.Si

PERTEMUAN 4 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DI INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. atau definisi pajak yang berbeda-beda, namun demikian berbagai definisi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. memberikan berbagai definisi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi pada

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

Perpajakan 1. Pengantar, Pungutan Lain, Fungsi Pajak, Dasar Teori Pemungutan Pajak, Kedudukan Hukum Pajak, Hk. Pajak Materil dan Formil

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Surat Ketetapan Pajak. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB VI KETENTUAN UMUM TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

BAB II KAJIAN TEORI. Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Cuma-Cuma) yang diberikan rakyat kepada Negara, namun seiring dengan

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup. cukup dalam membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup

3. Karakteristik para pengambil keputusan.

BAB II PENGATURAN PEMILIKAN NPWP BAGI WANITA KAWIN BEKERJA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk kesejahteraan rakyat. Pajak merupakan salah satu penerimaan terbesar negara perlu terus

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Theory of Reasoned Action atau Teori Aksi Rencana (TRA) merupakan penentu langsung dari tindakan atau perilaku.

Pengantar Perpajakan. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Penghasilan : Definisi pajak yang dikemukakan oleh S.I.

BAB II Landasan Teori

BAB II BAHAN RUJUKAN

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Soemitro dalam Waluyo (2008) adalah:

SIAPA PEMBAYAR PAJAK: WAJIB PAJAK

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN PERPAJAKAN

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Grand Teori yang mendasari wajib pajak patuh dalam penelitian ini adalah : a. Theory of Reasoned Action (Fishbein dan Ajzen, 1975) Teori mengemukakan bahwa niat seseorang dipengaruhi oleh dua penentu utama yaitu (Anisa, 2012) : 1. Sikap Merupakan gabungan dari beberapa evaluasi atau penilaian positif maupun negatif dari faktor-faktor perilaku dan kepercayaan tentang akibat dari perilaku. 2. Norma Subyektif Merupakan gabungan dari beberapa persepsi tentang tekanan/ aturan dan norma social yang membentuk suatu perilaku. Relevansinya dengan penelitian ini adalah bahwa seseorang dalam menentukan patuh atau tidak patuh dalam melakukan kewajiban perpajakannya dipengaruhi rasionalitas dalam mempertimbangkan manfaat dari pajak dan juga pengaruh lingkungan yang berhubungan dalam pembentukan norma subyektif yang ikut mempengaruhi keputusan berperilaku. 8

9 b. Teori of planned behavior Teori of planned behavior menjelaskan adanya niat berperilaku dapat menimbulkan perilaku yang ditampilkan individu. Dari pendekatan menggunakan teori of planned behavior ini dapat dilihat bahwa perilaku ketidakpatuhan wajib pajak dapat dipengaruhi oleh niat untuk berperilaku tidak patuh dan niat tersebut dipengruhi oleh behavioral beliefs, normative beliefs, dn contorl beliefs. Teori of planned behavior ini sangat relevan untuk menjelaskan perilaku wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak. Seseorang akan berperilaku tidak patuh dan niat tersebut dipengruhi oleh behavioral beliefs, normative beliefs, dn contorl beliefs. Berikut adalah kerangka pemikiran ilustratif mengenai sanksi pajak, pelayanan fiskus dan pengetahuan perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. B. Gambaran Umum Mengenai Perpajakan 1. Definisi Pajak Definisi atau pengertian pajak menurut Rochmat : Pajak adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Menurut Mardiasmo (2009:1) pajak memiliki unsur-unsur : 1. Iuran dari rakyat kepada Negara.

10 Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara.Iuran tersebut berupa uang (bukan barang). 2. Berdasarkan undang-undang. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanannya. 3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung dapat ditunjuk.dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. 4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni pengeluaranpengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas. 2. Fungsi Pajak Menurut Mardiasmo (2009:1-2), ada dua fungsi pajak,yaitu : Fungsi budgetair Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Fungsi mengatur (regulerend) Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi. 3. Wajib Pajak a. Pengertian Wajib Pajak Berdasarkan Pasal 1 ayat 2 no.28 Tahun 2008 dalam UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pengertian Wajib Pajak adalah sebagai berikut :

11 Wajib Pajak adalah orang atau badan yang menurut ketentuan peraturan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan. b. Kewajiban dan hak Wajib Pajak Menurut Mardiasmo (2009:54) Wajib Pajak berkewajiban untuk : 1. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP. 2. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP. 3. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar. 4. Mengisi dengan benar SPT (SPT diambil sendiri), dan memasukkan ke Kantor Pelayanan Pajak dalam waktu yang telah ditentukan. 5. Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan. 6. Jika diperiksa wajib : a. Memperlihatkan dan atau meeminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau obyek yang terutang pajak. b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan. 7. Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta keterangan yang diminta. Wajib Pajak terikat oleh suatu

12 kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan. Adapun, hak-hak Wajib Pajak menurut Mardiasmo (2009:54-55) 1. Mengajukan surat keberatan dan surat banding. 2. Menerima tanda bukti pemasukan SPT. 3. Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan. 4. Mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT. 5. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran pajak. 6. Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang dikenakan dalam surat ketetapan pajak. 7. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak. 8. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi, serta pembetulan surat ketetapan pajak yang salah. 9. Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak. 10. Memberi kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban pajaknya. 11. Mengajukan keberatan dan banding. 3. Surat Pemberitahuan Surat pemberitahuan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak, dan atau harta dan kewajiban menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Tidak semua jenis pajak yang berlaku boleh menggunakan surat pemberitahuan.

13 Hal ini tergantung dari jenis pajak itu sendiri. Surat pemberitahuan lazimnya digunakan hanya pajak langsung seperti pajak penghasilan dan Pajak Bumi dan Bangunan, sedangkan pada pajak tidak langsung pada umumnya tidak menggunakan surat pemberitahuan. Di katakan pada umumnya karena ada pula pajak tidak langsung yang menggunakan surat pemberitahuan, seperti Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah. Pajak tidak langsung yang tidak menggunakan surat pemberitahuan adalah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan serta Bea Materai. Penggunan surat pemberitahuan merupakan bagian dari self assessment system yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung dan melaporkan jumlah pajak yang terutang kepada pejabat pajak yang menerbitkan surat pemberitahuan itu. Self assessment system merupakan pengganti official assessment system sebagaimana yang di terapkan terhadap pajak langsung pada masa sebelum terjadi perubahan Undang-undang Pajak pada tahun 1983. sekalipun terjadi perubahan official assessment system menjadi self assessment system, jika kesadaran hukum wajib pajak maupun pejabat pajak tidak mengalami perubahan ke arah positif, perubahan itu tidak memiliki makna yang signifikan terhadap penegakan hukum pajak, baik pada masa kini maupun masa depan. ketahui : Berikut ini adalah surat surat pemberitahuan yang perlu wajib pajak 1. Surat pemberitahuan masa adalah surat pemberitahuan untuk suatu masa pajak.

14 2. Surat pemberitahuan tahunan adalah surat pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak. 3. Surat setoran pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah di lakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang di tunjuk oleh menteri keungan. 4. Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi surat ketetapan pajak kurang bayar, surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan, surat ketetapan pajak nihil, atau surat ketetapan pajak lebih bayar. 5. surat ketetapan kurang bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak,jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus di bayar. 4. Nomor Pokok Wajib Pajak a) Pengertian Nomor pokok wajib pajak adalah suatu sarana administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak. b) Fungsi NPWP a. sebagai tanda pengenal diri atau indetitas Wajib Pajak. b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan.

15 c) Pecantuman NPWP NPWP harus dituliskan dalam setiap dokumen perpajakan, antara lain pada: a. Formulir pajak dipergunakan wajib pajak. b. Surat menyurat dalam hububungan dengan perpajakan. c. Dalam hubungan dengan instansi tertentu yang mewajibkan NPWP. d) Pendaftaran NPWP Semua wajib pajak menurut self assessment wajib mendaftarkan diri pada Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus mendapatkan NPWP. Kewajiban mendaftarkan ini berlaku pula untuk wanita kawin yang di kenakan pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta. 5. Sanksi Bagi mereka dengan sengaja tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan atau tanpa hak NPWP sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, diancam dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan denda paling tinggi 4 kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang di bayar.

16 C. Faktor Faktor Yang mempengaruhi KetidakPatuhan Wajib Pajak 1. Persepsi sistem keadilan perpajakan Persepsi sistem keadilan terdiri dari 3 dimensi yaitu vertical equity, Horizontal equity, Exchange equity. Vertical equity merupakan kewajaran pajak yang dibayarkan wajib pajak dibandingkan orang lain yang memiliki kekayaan yang lebih. Horizontal equity adalah persepsi kewajaran pajak yang dibayar dibandingkan orang lain yang memiliki kekayaan yang lebih. Exchange equity adalah persepsi kewajaran pajak yang dibayar dibandingkan servis / pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Adam ( 1965 ) menyatakan equity dalam istilah input dan outcome adalah ketika seorang mempunyai rasio outcome terhadap input yang berbeda dengan seharusnya maka terjadilah inequity ( distributive justice ). Asas equity menyatakan bahwa pemungutan pajak harus bersifat final, adil, dan merata. Asa ini kemudian dibedakan menjadi dua : (1) Benefit principle ( prinsip manfaat yang diperoleh ) dan (2) Ability principle ( prinsip biaya ). Keadilan merupakan persepsi ekuitas individu sebagai sistem pajak. Ketika wajib pajak merasa tidak adil dengan pajak yang dibayar maka akan mempengaruhi niat untuk berperilaku tidakpatuh.

17 2. Norma Sosial Norma sosial adalah persepsi individu tentang pengaruh sosial dalam membentuk perilaku tertentu ( Adjzen 1991 ). Norma sosial merupakan fungsi dari harapan yang dipersepsikan individu dimana satu orang atau lebih disekitarnya misalnya, saudara, atau teman sejawat menyetujui perilaku tertentu dan memotivasi individu tersebut untuk mematuhi orang-orang disekitar wajib pajak yang dianggap penting, contohnya petugas pajak dan pimpinaan perusahaan. Jika orang disekitar wajib pajak dianggap tidak penting memiliki sikap positif terhadap kepatuhan pajak, maka wajib pajak taersebut akan patuh membayar pajak. Sebaliknya, jika orang-orang disekitar wajib pajak dianggap penting memiliki sikap negatif terhadap kepatuhan wajib pajak, maka wajib pajak akan menghindari pajak. 3. Sanksi Pajak Pengertian sanksi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah tanggungan (tindakan-tindakan, hukuman, dsb) untuk memaksa seseorang untuk menepati perjanjian atau menaati apa-apa yang sudah dikemukakan. Undang-undang dan peraturan secara garis besar berisikan hak dan kewajiban, tindakan yang diperkenankan dan tidak diperkenankan oleh masyarakat. Agar undang-undang dan peraturan tersebut dipatuhi, maka harus ada sanksi bagi pelanggarnya, demikian halnya untuk hukum pajak (Suyatmin, 2004 dalam Anisa dan Zulaikha, 2011).WP akan mematuhi

18 pembayaran pajak bila memandang sanksi denda akan lebih banyakmerugikannya. Semakin banyak sisa tunggakan pajak yang harus dibayar WP, maka akan semakin berat bagi WP untuk melunasinya. Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo,2006 dalam Ni dan Putu 2010). Dalam UU Perpajakn dikenal dua macam sanksi perpajakan, yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana.perbedaan sanksi administrasi dan sanksi pidana menurut Mardiasmo (2009:57) adalah : a. Sanksi administrasi merupakan pembayaran kerugian kepada Negara, khususnya yang berupa bunga dan kenaikan. Sanksi denda dapat dikatakan sebagai hukuman negatif kepada orang yang melanggar peraturan dengan cara membayar uang. b. Sanksi pidana merupakan siksaan atau penderitaan.merupakan suatu alat terakhir atau benteng hukum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi. Menurut ketentuan dalam UU Perpajakn ada 3 macam sanksi pidana, yaitu :

19 c. Denda pidana Berbeda dengan sanksi berupa denda administrasi yang hanya diancam/dikenakan kepada Wajib Pajak yang melanggar ketentuan peraturan perpajakan,sanksi berupa denda pidana selain dikenakan kepada Wajib Pajak ada juga yang diancamkan kepada pejabat atau kepada pihak ketiga yang melanggar norma. d. Pidana kurungan Hanya diancamkan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran.karena pidana kurungan diancamkan dengan denda pidana, maka masalahnya hanya ketentuan mengenai denda pidana sekian itu diganti dengan pidana kurungan selama-lamanya sekian. e. Pidana penjara Pidana penjara seperti halnya pidana kurungan, merupakan hukuman perampasan kemerdekaan.pidana penjara diancamkan terhadap kejahatan.ancaman pidana penjara tidak ada yang ditujukan pada ihak ketiga,adanya kepada pejabat dan kepada Wajib Pajak Sanksi administrasi a. Bunga 2% per bulan Tabel 2.1 No. Masalah Cara mebayar/menagih 1 Pembetulan sendiri SPT SSP/STP (SPT Tahunan atau SPT Masa) tetapi belum diperiksa 2 Dari penelitian rutin :

20 PPh pasal 25 tidak/kurang dibayar. PPh pasal 21, 22,23 dan 26 serta PPn yang terlambat dibayar. SKPKB, STP, SKPKBT tidak/kurang dibayar atau terlambat dibayar. SPT salah tulis/ salah hitung. 3 Dilakukan pemeriksaan pajak kurang dibayar (maksimum 24 bulan). 4 Pajak diangsur/ditunda; SKPKB, SKKPP, STP. 5 SPT tahunan PPh ditunda, pajak kurang dibayar b.denda Administrasi SSP/STP SSP/STP SSP/STP SSP/STP SSP/SPKB SSP/STP SSP/STP Tabel 2.2 No. Masalah 1 Tidak/terlambat memasukkan/menyampaik an SPT 2 Pembetulan sendiri, SPT tahunan atau SPT masa tetapi belum disidik. 3 Khusus PPN : c. Tidak melaporkan usaha d. Tidak membuat/mengisi faktur e. Melanggar larangan membuat faktur 4 Khusus PBB : a. SPT, SKPKB tidak/kurang dibayar atau terlambat dibayar. b. Dilakukan pemeriksaan, pajak kurang dibayar. Cara membayar/menag ih STP ditambah Rp 100.000,- atau Rp 500.000,- atau Rp 1.000.000 SSP ditambah 150% SSP/SPKPB (ditambah 2% denda dari dasar pengenaan) STP+denda 2% (maksimum 24 bulan) SKPKB+denda administrasi dari selisih pajak yang terutang.

21 c. Kenaikan 50% dan 100% Tabel 2.3 No. Masalah Cara Menagih 1 Dikeluarkan SKPKB dengan perhitungan secara jabatan : a. Tidak memasukkan SPT : 1. SPT tahunan (PPh 29) 2. SPT tahunan (PPh 21, 23, 26 dan PPN) b. Tidak menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 KUP. c. Tidak memperlihatkan buku/dokumen, tidak memberi keterangan, tidak memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan, sebagaimana dimaksud pasal 29 2 Dikeluarkan SKPKBT karena: ditemukan data baru, data semula yang belum terungkap setelah dikeluarkan SKPKB. SKPKB ditambah kenaikan 50% SKPKB ditambah kenaikan 100% SKPKB 50% PPh pasal 29 100% PPh pasal 21, 23, 26 dan PPN. SKPKB 50% PPh pasal 29 100% PPh pasal 21, 23,26 dan PPN. SKPKBT 100% 3 Khusus PPN: Dikeluarkan SKPKB karena pemeriksaan, dimana PKP tidak seharusnya SKPKB 100%

22 mengkompensasi selisih lebih, menghitung tarif 0% diberi restitusi pajak. Wajib pajak akan memenuhi kewajiban perpajakannya bila memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya (Nugroho, 2006 dalam Ni dan Putu 2010).Pandangan tentang sanksi perpajakan tersebut diukur dengan indikator (Yadnyana, 2009 dalam Ni dan Putu 2010) sebagai berikut: 1. Sanksi pidana yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak cukup berat. 2. Sanksi administrasi yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak sangat ringan. 3. Pengenaan sanksi yang cukup berat merupakan salah satu sarana untuk mendidik wajib pajak. 4. Sanksi pajak harus dikenakan kepada pelanggarnya tanpa toleransi. 5. Pengenaan sanksi atas pelanggaran pajak dapat dinegosiasikan. Selama ini ada anggapan umum dalam masyarakat bahwa akan dikenakan sanksi perpajakan hanya bila tidak membayar pajak. Padahal, dalam kenyataannya banyak hal yang membuat masyarakat atau wajib pajak terkena sanksi perpajakan, baik itu berupa sanksi administrasi (bunga, denda, dan kenaikan) maupun sanksi pidana. Menurut Ilyas dan Burton (2010) yang dikutip oleh Arum (2012) terdapat empat hal yang diharapkan atau dituntut dari para wajib pajak, yaitu:

23 1. Dituntut kepatuhan (compliance) wajib pajak dalam membayar pajak yang dilaksanakan dengan kesadaran penuh 2. Dituntut tanggung jawab (responsibility) wajib pajak dalam menyampaikan atau memasukan Surat Pemberitahuan tepat waktu sesuai Pasal 3 Undang-undang Nomor 6/1983. 3. Dituntut kejujuran (honesty) wajib pajak dalam mengisi Surat Pemberitahuan sesuai dengan keadaan sebenarnya 4. Memberikan sanksi (law enforcement) yang lebih berat kepada wajib pajak yang tidak taat pada ketentuan yang berlaku. Dari keempat hal di atas, paling efektif menurut Ilyas dan Burton (2010) adalah dengan menerapkan sanksi (law enforcement) tanpa pandang bulu dan dilaksanakan secara konsekuen. Wajib pajak akan memenuhi pembayaran pajak bila memandang sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya (Jatmiko, 2006 dalam Arum,2012). Semakin tinggi atau beratnya sanksi, maka akan semakin merugikan wajib pajak. D. Niat Dan Perilaku Ketidakpatuhan Wajib Pajak 1. Niat Ketidakpatuhan Wajib Pajak Niat atau intense adalah kecenderungan wajib pajak untuk melakukan perilaku ketidakpatuhan. Dalam mengukur variable laten niat untuk berperilaku tidakpatuh, responden akan dimintai pendapatnya tentang dua pertanyaan yang

24 mewakili dua varible niat yaitu kecenderungan dan keputusan untuk tidakpatuh pada ketentuan pajak. 2. Perilaku Ketidakpatuhan Wajib Pajak Perilaku ketidakpatuhan adalah perilaku ketidakpatuhan seseorang dalam memenuhi ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku baik ketidakpatuhan formal maupun ketidakpatuhan materal. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Mustika sari ( 2007 ) instrumen ketidakpatuhanpajak dilihat melalui tiga kepatuhan yaitu pertama, kepatuhan pengisisan SPT. Kedua, kepatuhan pembayaran. Ketiga, kepatuhan mterial. D. Penelitian Terdahulu Tabel 2.4 No. Judul Peneliti Variabel Hasil Penelitian 1. Pengaruh Tengku, Adri, Variabel independent: kedua variablel keadilan sistem Yessi (2012) 1. Keadilan sistem independent perpajaknan dan religiusitas terhadap niat dan perpajakan 2. religiusitas Variabel dependent : berpengaruh terhadap niat dan perilaku perilaku Niat dan perilaku ketidakpatuhan ketidakpatuhan ketidakpatuhan wajib wajib pajak wajib pajak pajak secara bersamasama kedua variable tersebut berpengaruh terhadap niat dan perilaku ketidakpatuhan wajib pajak 2. Pengruh norma sosial dan norma moral terhadap niat dan perilaku Ressy, Adri, Yessi (2012) Variabel Independent : 1. Norma sosoial 2. Norma moral Variabel Dependent : kedua variablel independent berpengaruh terhadap niat dan

25 ketidakpatuhan wajib pajak Kepatuhan Pajak Wajib perilaku ketidakpatuhan wajib pajak secara bersamasama kedua variable tersebut berpengaruh terhadap niat dan perilaku ketidakpatuhan wajib pajak 3. Pengaruh risiko deteksi dan besarnya sanksi terhadap niat dan perilaku ketidakpatuhan wajib pajak 4. Pengaruh sikap norma subyektif dan keperilkuan yang diperepsikan terhadap perilaku ketidakpatuhan wajib pajak 5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keamauan Untuk Membayar Pajak Dengan Kesadaran Membayar Pajak Sebagai Variabel Intervening Sri Rustiyaningsih (2011) Ni Ketut dan Putu (2010) Rahman dan Zulaikha (2012) Variabel Independent : 1. Persepsi tentang sanksi perpajakan 2. Kesadaran wajib pajak Variabel Dependent : Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Variabel Independent: 1. Pengetahuan dan Pemahaman tentang peraturan Perpajakan 2. Pelayanan Fiskus 3. Persepsi atas kedua variablel independent berpengaruh terhadap niat dan perilaku ketidakpatuhan wajib pajak secara bersamasama kedua variable tersebut berpengaruh terhadap niat dan perilaku ketidakpatuhan wajib pajak. Secara Signifikan Pengetahuan dan Pemahaman tentang peraturan Perpajakan, Pelayanan Fiskus, Persepsi atas Efektivitas Sistem Perpajakan, Kesadaran

26 (Studi Kasus Wajib Pajak yang Melakukan Pekerjaan Bebas Yang Terdaftar di KPP Pratama Semarang Tengah Satu Efektivitas Sistem Perpajakan 4. Kesadaran Mmbayar Pajak Variabel Dependent : Kemauan Membayar Pajak Membayar Pajak berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak.

27 E. Kerangka Pemikiran Berikut ini adalah kerangka pemikiran ilustratif mengenai persepsi keadila sistem perpajakan, sanksi pajak, dan norma sosial terhadap niat dan perilaku ketidakpatuhan wajib pajak. Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran Persepsi keadilan sistem perpajakan Sanksi pajak Niat dan perilaku ketidakpatuhan wajib pajak Norma sosial