BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa sumber pendapatan negara

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. oleh pemerintah pusat merupakan sumber penerimaan Negara Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari hasil Pajak Daerah. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perpajakan di Indonesia bukan menjadi persoalan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan sebagai salah satu syarat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Demi mewujudkan kemandirian suatu bangsa dan negara dalam pembiayaan

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan (PKLM) Dalam meghadapi era globalisasi dan penigkatan usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktis di

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Suksesnya pembangunan negara Indonesia tidak terlepas dari dana yang

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak. cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern,

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia adalah Negara hukum yang berdaulat dimana wilayahnya

setelah tax reform, Pemerintah menjadikan sektor pajak sebagai sumber utama dalam

BAB II LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Proses penyerahan kewenangan ini bermaksud untuk melaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA (STUDI KASUS PADA SAMSAT AIRMADIDI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. berbagai faktor pendukung terutama stabilitas ekonomi.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pelaksanaan praktek kerja lapangan mandiri ( PKLM ) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan masyarakatnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. warga negaranya yang memenuhi syarat secara hukum berhak wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern,

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB II LANDASAN TEORI. keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 ketentuan Umum dan Tata

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. pihak. Seperti kita ketahui bersama Negara mempunyai tujuan untuk mewujudkan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memperhatikan masalah pembiayaan dan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontra-prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) (APBN) terbesar. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai daerah otonom, maka daerah berhak untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) Pembangun Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. yang menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo, 2007: 2) untuk memelihara kesejahteraan secara langsung.

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Menurut Moekijat (1989:194), ciri-ciri prosedur meliputi : tidak berdasarkan dugaan-dugaan atau keinginan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka Pemerintah harus tetap meningkatkan penerimaan Negara. Selain dari sektor Migas dan Non Migas sebagai Penerimaan Negara yang utama juga meningkatkan Penerimaan Negara melalui sektor Pajak, khususnya Pajak Daerah. Tinggi rendahnya pendapatan dari sektor perpajakan sangat mempengaruhi pendapatan Negara yang akhirnya berpengaruh dengan tingkat ketergantungan terhadap Pinjaman Luar Negeri dan Pembangunan Nasional (Waluyo,2002:4). Oleh karena itu dibutuhkan Sumber Daya Manusia yang memiliki kemampuan menghadapi dan mengantisipasi hal tersebut. Selain itu Pemerintah juga memiliki kedudukan yang sangat penting dalam menyukseskan usaha pembangunan tersebut. Untuk membiayai Rumah Tangga Daerah Pemerintah sendiri telah menetapkan Undang-Undang mengenai Pemungutan Pajak yang dilakukan berdasarkan ketetapan yang berlaku pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dimana diberi kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk pemungutan Pajak daerahnya sendiri dan dapat meningkatkan akuntabilitas daerah. Dimana Pajak Daerah terbagi menjadi dua jenis, yaitu Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota. Pajak Provinsi terdiri dari : 1

2 1. Pajak Kendaraan Bermotor. 2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. 3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. 4. Pajak Air Bawah dan Air Permukaan. 5. Pajak Rokok. Sedangkan Pajak Kabupaten/Kota yang terdiri dari : 1. Pajak Hotel. 2. Pajak Restoran. 3. Pajak Hiburan. 4. Pajak Reklame. 5. Pajak Penerangan Jalan. 6. Pajak Parkir. 7. Pajak Mineral Bahan Logam dan Batuan. 8. Pajak Air Tanah. 9. Pajak Sarang Burung Walet. 10. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan. 11. BPHTB (Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan). Salah satu kebijakan Pemerintah Daerah adalah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2002 tentang Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Diatas Air. Dengan Peraturan Daerah ini Pemerintah Daerah akan mendapatkan pemasukan kas daerah melalui pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

3 (BBN-KB). Pengenaan Pajak terhadap Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor merupakan potensial bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dengan adanya kepastian hukum, Pemerintah yang kuat dalam menentukan dan memungut Pajak serta dilain pihak, masyarakat lebih memahami akan pentingnya pajak bagi pembangunan. Jika dilihat kenyataannya dilapangan semakin banyak masyarakat yang memiliki kendaraan bermotor tentunya akan menambah pemasukan Pemerintah Daerah. Begitu besar manfaat dari realisasi penerimaan Pajak untuk kesejahteraan masyarakat dan banyak kemudahan yang diberikan dalam pelaksanaan pembayaran tapi kenyataannya masih banyak orang yang tidak tahu bagaimana pelaksanaan pembayaran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB). Seharusnya setiap pemilik kendaraan haruslah mengetahui tentang Bea Balik Nama, yang tujuannya untuk memastikan keabsahan kepemilikan kendaraan bermotor tersebut. Dalam hal mengetahui tentang Bea Balik Nama ini yang terpenting adalah bagaimana mengetahui tentang prosedur pelaksanaannya. Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang merupakan syarat kelulusan dari Program Diploma III Administrasi Perpajakan dengan judul : Prosedur Pelaksanaan Pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) Di Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara.

4 B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan suatu kegiatan penerapan ilmu yang diperoleh mahasiswa selama bangku perkuliahan agar mengenal situasi dunia kerja sekaligus untuk meningkatkan kualitas mahasiswa itu sendiri. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini memiliki beberapa tujuan dan manfaat bagi mahasiswa, pihak Universitas, Instansi atau Badan yang dijadikan tempat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Demikian halnya oleh Mahasiswa Administrasi Perpajakan juga memiliki tujuan tersendiri. Adapun tujuan-tujuan tersebut adalah : 1.1 Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Orang Pribadi. 1.2 Untuk mengetahui subjek dan objek serta tarif yang dikenakan terhadap Bea Balik Nama Kendaraan Orang Pribadi. 1.3 Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesadaran masyarakat dalam melakukan pembayaran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. 1.4 Untuk mengetahui masalah yang terjadi dan bagaimana penanganan masalah yang terjadi dalam prosedur pelaksanaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

5 2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 2.1 Bagi Mahasiswa a. Mengaplikasikan teori yang dipelajari selama di bangku perkuliahan. b. Mengetahui lebih dalam tentang prosedur pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. c. Meningkatkan komunikasi dan pendekatan dalam berinteraksi. d. Merangsang aktivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan tugas. 2.2 Bagi Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara a. Memperoleh ide-ide baru baik berupa efisiensi, peningkatan dan perbaikan sistem birokrasi Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara. b. Membina hubungan baik dengan khususnya dengan Program Studi D-III Administrasi Perpajakan. c. Sebagai salah satu sarana untuk menyebar luaskan informasi mengenai Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. 2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik a. Meningkatkan hubungan kerja sama antara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara.

6 b. Memberikan uji nyata terhadap disiplin ilmu yang telah disampaikan melalui bangku perkuliahan. c. Membuka interaksi antara dosen dan Instansi Pemerintah khususnya Dinas Pendapatan Daerah. d. Mengusahakan adanya umpan balik revisi kurikulum. C. Uraian Teoritis 1. Defenisi Prosedur Defenisi prosedur menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut: a. Muhammad Ali, prosedur adalah tata cara kerja atau cara menjalankan suatu pekerjaan. b. Amin Widjaja, prosedur adalah sekumpulan bagian yang saling berkaitan. Misalnya orang jaringan gudang yang harus dilayani dengan cara yang tertentu oleh sejumlah pabrik dan pada gilirannya akan mengirimkan pelanggan menurut proses tertentu. c. Kamaruddin, prosedur pada dasarnya adalah suatu susunan yang teratur dari kegiatan yang berhubungan satu sama lainnya dan prosedur-prosedur yang berkaitan melaksanakan dan memudahkan kegiatan utama dari suatu organisasi. Jadi berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan yang dimaksud dengan Prosedur adalah suatu tata cara kerja atau kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan urutan waktu dan memiliki pola kerja yang tetap yang telah ditentukan.

7 2. Defenisi Pajak Pajak Daerah adalah sebagai Sumber Pendapatan Daerah diharapkan menjadi sumber pembiayaan penyelenggaraan Pemerintah Daerah, yang bertujuan untuk meningkatkan dan meratakan kesejahteraan masyarakat (Marihot,2005:170). Dengan demikian, Daerah mampu melaksanakan otonomi dengan maksud dapat membantu Rumah Tangganya sendiri. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh Orang Pribadi dan Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah, Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sebelum membahas Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor lebih jauh, kita harus mendefenisikan Pajak terlebih dahulu. Adapun pengertian Pajak menurut Prof.Dr.MJH.Smets, Pajak adalah prestasi kepada Pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan dapat dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran Pemerintah (Ilyas,2002:5). Kemudian menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro, SH, Pajak

8 adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Waluyo,2010:3). Sedangkan menurut Prof.Dr.P.J.A Adriani (Hukum Pajak), Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh Wajib Pajak membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah utnuk membiayai pengeluaranpengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara untuk penyelenggaraan Pemerintahan (Nurmantu,2003:12). Dan yang terakhir menurut Lorey Beaulieu, Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang untuk menutupi belanja Pemerintah (Devano,2006:22). Dari defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pajak memiliki unsur-unsur : a. Iuran dari rakyat kepada Negara. Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang). b. Berdasarkan Undang-Undang. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-Undang serta aturan-aturan pelaksanaannya. c. Tanpa jasa atau kontroprestasi dari Negara yang langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran Pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh Pemerintah. d. Digunakan untuk membiayai Rumah Tangga Negara, yakni pengeluaranpengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

9 Sebagaimana telah diketahui unsur-unsur yang melekat pada pengertian pajak, terlihat ada 2 (dua) fungsi Pajak,yaitu : a. Fungsi Penerimaan (Budgetair) Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran Pemerintah. Contoh: Dimasukkannya Pajak dalam APBN sebagai Penerimaan Dalam Negeri. b. Fungsi Mengatur (Regulerend) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi. Contoh: Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor produk Indonesia di Pasar Dunia. Syarat-syarat Pemungutan Pajak menurut Waluyo (2010:4) : 1. Pemungutan Pajak harus adil, yaitu pemungutan pajak yang adil berarti pajak yang dipungut harus adil dan merata sehingga harus sesuai dengan kemampuan membayar Pajak dan sesuai dengan manfaat yang diminta Wajib Pajak dan Pemerintah.

10 2. Pemungutan Pajak harus berdasarkan Undang-Undang, yaitu untuk mewujudkan pemungutan yang adil, pemungutan Pajak harus dapat memberikan kepastian bagi Negara dan Warga Negaranya. Oleh karena itu pemungutan Pajak harus didasarkan atas Undang-Undang yang disahkan oleh Lembaga Legislatif. 3. Pemungutan Pajak harus efisien, yaitu biaya untuk pemungutan Pajak haruslah seminimal mungkin dan hasil pemungutan Pajak harus digunakan secara optimal untuk membiayai pengeluaran Negara. 4. Sistem pemungutan Pajak harus sederhana, yaitu pemungutan Pajak hendaknya dilaksanakan secara sederhana sehingga akan memudahkan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban Perpajakannya. D. Sumber Pendapatan Daerah Untuk meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi Daerah, Pemerintah Daerah juga seharusnya mulai diberi kewenangan yang lebih besar dalam mengurusi masalah perpajakan dan retribusi yang penerapannya disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004tentang Pertimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Maka pengertian Pendapatan Daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Sedangkan Pendapatan Asli Daerah adalah Pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku (Mardiasmo, 2006:12).

11 Pendapatan Daerah bersumber dari : 1. Pendapatan Asli Daerah, yang bersumber dari : a. Pajak Daerah b. Retribusi Daerah c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah 2. Dana Perimbangan, yang terbagi atas : a. Dana Alokasi Umum (DAU) b. Dana Alokasi Khusus (DAK) 3. Lain-lain pendapatan yang sah Salah satu sumber pendapatan Daerah ynag bersumber dari Pendapatan Asli Daerah adalah Pajak Daerah. Pajak Daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota) yang diatur berdasarkan Peraturan Daerah masing-masing dan yang hasil pemungutannya digunakan untuk pembiayaan Rumah Tangga Daerahnya. Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh Orang Pribadi atau Badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang dan dapat dipaksakan berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Kurniawan,2004:48).

12 1. Jenis-jenis Pajak Daerah Dalam literatur Pajak dan public finance, Pajak dapat diklasifikasikan berdasarkan golongan, wewenang, sifat dan lain sebagainya. Pajak Daerah termasuk ke dalam klasifikasi Pajak menurut wewenang pemungutnya. Artinya Pihak yang berwenang dan berhak memungut Pajak Daerah adalah Pemerintah Daerah. Selanjutnya Pajak Daerah ini dapat diklasifikasikan kembali menurut wilayah kekuasan pihak pemungutnya. Menurut wilayah pemungutannya Pajak Daerah dibagi menjadi: a. Pajak Provinsi Pajak Provinsi adalah Pajak Daerah yang dipungut oleh Pemerintah Daerah Tingkat Provinsi. Pajak Provinsi yang berlaku sampai saat ini terdiri dari : Pajak Kendaraan Bermotor. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. Pajak Rokok. b. Pajak Kabupaten/Kota Pajak Kabupaten/Kota adalah Pajak Daerah yang dipungut oleh Pemerintah Daerah Tingkat Kabupaten/Kota dalam (Marihot,2005:111), yang terdiri dari: Pajak Hotel

13 Pajak Restoran Pajak Hiburan Pajak Reklame Pajak Penerangan Jalan Pajak Mineral Bahan Logam dan Bantuan Pajak Parkir Pajak Air Tanah Pajak Sarang Burung Walet Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 2. Definisi Kendaraan Bermotor Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau perlatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor (Siahaan,2009:169). Pajak Kendaraan Bermotor adalah Pajak yang dipungut atas kepemilikan dan/atau penguasaan Kendaraan Bermotor (Bambang,2003:168). 3. Defenisi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) adalah Pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan

14 sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan atau pemasukkan ke dalam Badan Usaha (Marihot,2005:169). sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah Kendaraan bermotor beroda beserta gandengannya, yang dioperasikan disemua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang dioperasikan di air. 4. Objek dan Subjek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 4.1 Objek Pajak Objek Pajak menurut Waluyo (2010:99) dapat diartikan sebagai sasaran pengenaan Pajak dan dasar untuk menghitung Pajak yang terutang. Sesuatu tersebut dapat berupa keadaan perbuatan dan peristiwa yang menjadi Objek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah penyerahan kepemilikan Kendaraan Bermotor. Termasuk penyerahan kendaraan bermotor adalah pemasukkan kendaran bermotor dari Luar Negeri untuk dipakai secara tetap di Indonesia, kecuali : a. Untuk dipakai sendiri oleh orang pribadi yang bersangkutan. b. Untuk diperdagangkan. c. Untuk dikeluarkan kembali dari Wilayah Pabean Indonesia. d. Digunakan untuk pameran, penelitian, contoh dan kegiatan olahraga bertaraf Internasional. Kecuali apabila selama 3 (tiga) tahun berturut-turut tidak dikeluarkan kembali dari wilayah Indonesia. Yang dikecualikan dari pengertian Kendaraan Bermotor : a. Kereta Api

15 b. Semata-mata digunakan untuk keperluan HANKAM c. Dimiliki/dikuasai Kedutaan, Konsultan PNA (atas Resiprositas), dan Lembaga Internasional (dibebaskan pajak dari pemerintah) d. Lainnya yang diatur PERDA (Peraturan Daerah) 4.2 Subjek Pajak Secara umum yang disebut sebagai Subjek Pajak bagi Pajak Daerah adalah Orang Pribadi atau Badan yang dapat dikenakan Pajak. Pada Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, yang menjadi Subjek Pajaknya adalah Orang Pribadi atau Badan yang menerima penyerahan kendaraan bermotor, yang menjadi Subjek pajaknya adalah Orang Pribadi atau Badan yang menerima penyerahaan Kendaraan Bermotor. Jika wajib pajak berupa Badan, kewajiban perpajakannya diwakili oleh Pengurus atau Kuasa Badan tersebut (Marihot,2005:173). Formula perhitungan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (Marihot, 2005:173) Pajak Terutang = Tarif x Nilai Jual Kendaraan Bermotor 5. Dasar Pengenaan Pajak Kendaran Bermotor 5.1 Dasar Pengenaan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah Nilai Jual Kendaraan Bermotor.

16 5.2 Nilai Jual Kendaraan Bermotor adalah harga Pasaran umum suatu Kendaraan Bermotor. 5.3 Harga Pasaran Umum adalah harga rata-rata yang diperoleh dari berbagai sumber data yang akurat dan benar. 5.4 Nilai Jual Kendaraan Bermotor ditetapkan berdasarkan harga Pasaran umum minggu pertama Desember pada Tahun sebelumnya. 6. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor Tabel 1.1 Tarif Pajak Kendaraan Bermotor (Marihot, 2005:173) Kendaraan Bermotor Kendaraan bermotor bukan umum Kendaraan bermotor umum Kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar Tarif atas Penyerahan Pertama Tarif atas Penyerahan Kedua, dst Tarif atas Penyerahan karena Warisan 10% 1% 0,1% 10% 1% 0,1% 3% 0,3% 0,03% E. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri Adapun yang menjadi ruang lingkup praktik kerja lapangan mandiri, yaitu: 1. Prosedur pelaksanaan pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) Orang Pribadi. 2. Subjek dan objek serta tarif yang dikenakan terhadap Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) Orang Pribadi.

17 3. Tingkat kesadaran masyarakat dalam melakukan pembayaran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) Orang Pribadi. 4. Masalah yang terjadi dan bagaimana penanganan masalah yang dalam prosedur pelaksanaan pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) Orang Pribadi. F. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri Adapun yang menjadi metode dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis akan melakukan metode-metode terapan yang telah dibuat sesuai dengan ketentuan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, yaitu: 1. Tahap Persiapan Pada tahap ini penulis melakukan beberapa persiapan, mulai dari penentuan topik yang akan diangkat, pengajuan judul, penentuan judul proposal, penentuan tempat pelaksanaan praktik, pengurusan administrasi dan izin serta konsultasi pihak Dosen. Studi Literatur Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan berbagai sumber bacaan yang berhubungan dengan objek pembahasan untuk mendukung penulisan Laporan Tugas Akhir. 2. Observasi Lapangan Pada tahap ini penulis melakukan pengamatan secara langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap data yang ada pada Kantor Sistem Administrasi

18 Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara. Serta mempelajari data-data yang berhubungan dengan masalah-masalah yang akan dibahas yang nantinya akan dijadikan bukti dalam daftar dokumen penulis. 3. Pegumpulan Data Dalam hal ini menjadikan laporan penulisan data yang diperoleh, darimana dan bagaimana data tersebut diperoleh. Dengan memperlihatkan lokasi, penulis mengadakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri dan sumber-sumber yang digunakan penulis untuk penambahan data, misalnya buku-buku mengenai materi yang akan dibahas, wawancara yang akan dilakukan penulis dan lainnya. 4. Penulis Melakukan Pengumpulan Data melalui: 4.1 Data Primer Data yang diperoleh melalui wawancara terhadap orang-orang yang dianggap mampu memberikan masukan dan informasi serta observasi penulis dilapangan tempat objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri. 4.2 Data Sekunder Data yang diperoleh melalui studi literatur seperti sumber-sumber Pustaka, Undang-Undang, Dokumentasi maupun Literatur lain yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri. 5. Analisis Data dan Evaluasi

19 Setelah penulis memperoleh datan yang dibutuhkan, penulis akan melakukan analisis dan evaluasi sehingga diperoleh data yang saling mendukung dan akurat dalam bentuk tulisan yang bersifat deskriptif dan informatif. G. Metode Pengumpulan Data Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data diatas adalah sebagai berikut : 1. Wawancara (Interview) Dengan mengadakan pembicaran langsung terhadap pegawai dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara. 2. Pengamatan (Observasi) Dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan di Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara. 3. Studi Dokumentasi Dengan mengumpulkan catatan-catatan, data-data mengenai pemeriksaan pajak Kendaraan Bermotor pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara. H. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

20 Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai Latar Belakang yang menjadi pemikiran dalam penyusunan laporan, Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Uraian Teoritis, Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan data, dan Sistematika penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Bab ini memberikan gambaran umum mengenai lokasi penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam bab ini juga akan diuraikan mengenai struktur organisasi, tugas dan fungsi dari Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara. BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Dalam bab ini penulis menguraikan pengertian secara teoritis dan teoriteori yang berkaitan dengan tingkat kepatuhan membayar Pajak Kendaraan Bermotor. BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA Pada bab ini penulis menganalisis dan mengevaluasi masalah yang dihadapi mengenai masalah yang timbul dan alternatif pemecahan masalah tersebut. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

21 Bab ini berisikan kesimpulan dari uraian sebelumnya, disamping itu juga untuk mengemukakan saran yang kiranya dapat dijadikan bahan untuk memperbaiki kelemahan yang ada dibidang Perpajakan.