BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return)

OVERVIEW investasi obligasi. 1/51

MATERI 7. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OVERVIEW 1/51. Konsep pengertian obligasi. Karakteristik dan jenis obligasi. Hasil-hasil (yields) yang diperoleh dari investasi obligasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. membayar pokok obligasi yang biasa disebut nilai par. instrumen keuangan adalah memperoleh return (imbal hasil).

MATERI 7. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa bersifat tarif tetap (fixed rate), tarif mengambang (floating rate) maupun


XXI. Resume Investasi Obligasi Ritel Indonesia Seri 10danSimulasi Perhitungan ORI 10. PPA Univ. Trisakti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya yang berkaitan dengan obyek yang akan diteliti.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

PENGARUH TINGKAT INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA, PERINGKAT OBLIGASI DAN DER TERHADAP YIELD TO MATURITY

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Thompson dan Vaz (1990) melakukan penelitian terhadap 426 obligasi

TINJAUAN PUSTAKA. Calon investor yang akan berinvestasi pada obligasi suatu perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. diminati investor, karena obligasi memiliki pendapatan yang bersifat tetap

1 PENDAHULUAN. Tabel 1 Perkembangan obligasi korporasi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas melalui pasar modal. dua kelompok yakni aset finansial yang marketable dan yang non

MATERI 8 PENGERTIAN OBLIGASI, PENILAIAN OBLIGASI, DAN STRATEGI INVESTASI OBLIGASI

MATERI 8 PENGERTIAN OBLIGASI, PENILAIAN OBLIGASI, DAN STRATEGI INVESTASI OBLIGASI

BAB I PENDAHULUAN. penambahan modal agar perusahaan yang dijalankan terus berlanjut. Aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menerbitkan obligasi dengan tujuan untuk menghindari risiko yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus menerbitkan nilai sekuritas sebagai salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik, yaitu Kegiatan yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan jangka

MATERI 13c PENILAIAN OBLIGASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kondisi perekonomian, berbagai keputusan yang berkenaan dengan konsumsi, tabungan dan

MATERI 8 PENGERTIAN OBLIGASI, PENILAIAN OBLIGASI, DAN STRATEGI INVESTASI OBLIGASI. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang mempunyai

ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO

Pendek (< 1 Tahun) Obligasi Mata Uang Asing Saham Properti Emas Koleksi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PELATIHAN MANAJEMEN OBLIGASI DAERAH TAHAP MIDDLE/2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan sebagai solusi untuk perusahaan yang membutuhkan dana dalam

PENGARUH SOLVABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP YIELD TO MATURITY

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa investor pemegang obligasi memberikan pinjaman utang bagi emiten

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Sedangkan tempat di mana terjadinya jual-beli sekuritas disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah saham dan obligasi (Manurung, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan pasar modal yang pesat memiliki peran penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wolk et al (2000) dalam Sari et al (2006), signaling theory menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan agar dapat menguasai pasar, maka harus mampu bersaing dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh melalui pasar uang dan pasar modal. Pasar modal memiliki peran besar bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan saham (stock) dan instrumen yang berpendapatan tetap (fixed income) atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. panjang dalam memperoleh benefitnya. Investasi di Indonesia dapat dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) dan sarana untuk

Manajemen Keuangan. Penilaian Saham dan Obligasi. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN UKDW. membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pasar modal dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Sedangkan bagi para investor, pasar modal (capital

FIXED INCOME TREASURY MANAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN. pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak alat-alat produksi dan

BAB I PENDAHULUAN. modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities,

MODUL 15 PENILAIAN OBLIGASI

BAB 1 PENDAHULUAN. ekuity (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar

MAKALAH TINGKAT BUNGA DAN NILAI OBLIGASI

BAB I PENDAHULUAN. usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat pada sektor pasar modal syariah. Semakin banyaknya nilai

panjang dengan menjual saham (stock) maupun menerbitkan obligasi (bond).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. keputusan investasi perusahaan, dimana pada setiap sumber pendanaan ada biaya

BAB I PENDAHULUAN. investor dan perusahaan untuk mencari sumber dana maupun untuk

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Obligasi dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

BAB I PENDAHULUAN. negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara (Samsul, 2006:43).

MENGENAL PASAR MODAL, SAHAM, DAN OBLIGASI

BAB I PENDAHULUAN. baik peringkat obligasi yang diperdagangkan maka return yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. pada saat jatuh tempo. Bagi para emiten, obligasi merupakan sekuritas yang relatif

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana dengan memperjualbelikan sekuritas.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendek (< 1 Tahun) Obligasi Mata Uang Asing Saham Properti Emas Koleksi

Jurnal Manajemen dan Akuntansi PRESTASI ISSN Volume 13. No. 2 Desember 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Brigham dan Houston (2007), obligasi merupakan suatu kontrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Darmadji dan Fakhruddin (2011) (ekbis.sindonews.com) Harsono (2010)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Landasan Teoritis. Menurut Brealey, et al., (2008:130) obligasi adalah sekuritas yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia investasi di Indonesia saat ini berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan fungsinya, pasar modal menjadi penghubung bagi pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek.bursa efek atau stock exchange

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan investor yang berorientasi pertumbuhan. nilai nominal (nilan pari/par value) dan jangka waktu jatuh tempo tertentu.

I. PENDAHULUAN. penting. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki. kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. atau menerbitkan surat utang (obligasi). Obligasi (bond) dapat didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat mempengaruhi iklim usaha di Indonesia. Para pelaku bisnis harus

BAB I PENDAHULUAN. Obligasi adalah sebuah instrumen pasar modal yang berbetuk hutang (debt

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pasar modal merupakan sarana diperjualbelikannya berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional termasuk ekspansi usaha selain kredit perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh agen pemeringkat

BAB I PENDAHULUAN. Peringkat obligasi juga berfungsi membantu kebijakan publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan sumber daya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendapatan tetap tersebut diperoleh dari pokok obligasi dan bunga yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (BEI) merupakan satu-satunya pasar modal yang ada di Indonesia

III. METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Landasan Teori II.1.1 Obligasi Korporasi (Corporate Bond) II.1.1.1 Definisi Obligasi Korporasi Menurut Harmono, obligasi merupakan surat tanda utang kepada kreditor berupa perorangan atau lembaga seperti yang tertera pada surat obligasi yang di dalamnya tercantum bunga yang harus dibayarkan, termasuk ketentuan pengembalian pokok dan angsuran pinjaman pada saat jatuh tempo. Obligasi (bond) adalah suatu kontrak jangka panjang di mana peminjam dana setuju untuk membayar bunga dan pokok pinjaman pada tanggal tertentu kepada pemegang obligasi (Rodono dan Herni Ali,2010). Korporasi merupakan suatu badan yang didirikan oleh seorang individu atau sekelompok individu dengan tujuan untuk mencari keuntungan. Jadi obligasi korporasi merupakan surat utang jangka panjang secara tertulis yang dikeluarkan suatu badan usaha yang dijual ke pihak ketiga dengan tujuan untuk mendukung aktivitas bisnis perusahaan tersebut dan issuer berkewajiban untuk membayar bunga dan pokok pinjaman pada tanggal tertentu. 7

II.1.1.2 Jenis Jenis Obligasi Obligasi dikategorikan menjadi beberapa jenis baik berdasarkan penerbit, sistem penghitungan imbal hasil maupun sistem pembayaran bunga. Beberapa jenis obligasi berdasarkan penerbit (issuer) obligasi yaitu: 1) Government Bond merupakan surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat dengan tujuan untuk kepentingan pemerintah ataupun skala nasional pada negara tersebut. 2) Municipal Bond merupakan obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah dengan tujuan untuk mengembangkan pembangunan daerah. 3) Corporate Bond merupakan obligasi yang diterbitkan oleh suatu badan usaha yang dijual ke pihak ketiga dengan tujuan untuk mendukung kegiatan bisnis perusahaan tersebut. Jenis-jenis obligasi berdasarkan sistem pembayaran bunga/imbal hasil: 1) Zero coupon bond yaitu obligasi yang bunga dan pokoknya dibayarkan pada saat obligasi tersebut jatuh tempo. 2) Coupon bond yaitu suatu obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbit obligasi. 3) Fixed coupon bond yaitu obligasi yang mana penerbit obligasi membayar bunga secara periodik dengan tingkat kupon bunga yang tetap. 4) Floating coupon bond yaitu obligasi yang mana penerbit obligasi membayar bunga secara periodik dengan tingkat kupon bunga yang tidak tetap, tingkat bunga tersebut disesuaikan dengan tingkat SBI atau suku bunga pasar. 8

Beberapa jenis obligasi dilihat dari segi perhitungan imbal hasil: 1) Conventional bonds yaitu surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh emiten kepada pemegang obligasi yang mana emiten berkewajiban untuk membayar bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok obligasi pada saat jatuh tempo. 2) Syariah bonds yaitu surat utang jangka panjang berprinsip syariah yang diterbitkan kepada pemegang obligasi syariah yang mana emiten berkewajiban untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah dengan cara bagi hasil/margin/fee serta melunasi pokok obligasi syariah pada saat jatuh tempo. II.1.1.3 Keunggulan Obligasi Perdagangan obligasi semakin meningkat di pasar modal. Terdapat beberapa alasan bagi perusahaan memilih untuk melakukan pendanaan melalui obligasi yaitu: 1) Biaya penerbitan obligasi yang lebih murah dibandingkan dengan saham. 2) Pemegang obligasi merupakan pihak ketiga/kreditur, bukan merupakan pemilik perusahaan yang berarti pemegang obligasi hanya meminjamkan dananya kepada suatu perusahaan dan pemegang obligasi ini tidak mempunyai hak suara sehingga tidak dapat mempengaruhi keputusan bisnis suatu perusahaan. 3) Bunga obligasi merupakan pengurang pajak. 4) Pada saat suku bunga yang rendah, perusahaan akan mendapatkan investasi obligasi yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh investor yang 9

cenderung menanamkan kelebihan dananya pada obligasi di bandingkan bank. Terdapat beberapa alasan pula bagi investor yang memilih untuk berinvestasi dalam bentuk obligasi: 1) Mendapatkan pembayaran bunga yang secara tetap dan teratur. 2) Mendapatkan pengembalian sebesar nilai nominal obligasi pada saat jatuh tempo. 3) Harapan untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan obligasi (capital gain). II.1.1.4 Risiko-Risiko Investasi Obligasi Risiko investasi obligasi adalah suatu ketidakpastian di masa depan yang mungkin menyebabkan kerugian bagi orang-orang maupun lembaga yang menempatkan dananya pada obligasi. Meskipun risiko investasi obligasi tergolong rendah, namun para investor perlu untuk mempertimbangkan beberapa risiko antara lain: 1) Risiko gagal bayar (Default risk) Risiko gagal bayar merupakan risiko di mana pihak penerbit obligasi tidak mampu memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan pokok obligasi pada saat jatuh tempo. Ini merupakan risiko yang sangat diwaspadai oleh para investor. Tetapi ada pendekatan yang dapat digunakan untuk memperkirakan potensi gagal bayar dari penerbit obligasi, yaitu dengan melihat peringkat obligasi korporasi yang ditetapkan oleh PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia). Semakin tinggi peringkatnya, semakin kecil 10

risiko gagal bayarnya dan begitu pula sebaliknya. Selain itu, risiko gagal bayar juga dapat diukur melalui debt to equity ratio. Debt to equity ratio yang semakin kecil menggambarkan risiko gagal bayar yang kecil pula. Meskipun demikian, yang menjadi hal terpenting yaitu integritas dan keterbukaan informasi finansial yang disajikan oleh perusahaan. 2) Interest rate risk Selain risiko gagal bayar, juga terdapat risiko naiknya tingkat suku bunga. Pada saat tingkat suku bunga naik, bagi investor yang ingin menjual obligasinya sebelum jatuh tempo akan mengalami kerugian. Karena hubungan antara harga obligasi dan tingkat suku bunga berbanding terbalik. Jika suku bunga naik maka harga obligasi akan turun dan sebaliknya. Oleh sebab itu, jika investor menjual obligasinya pada saat suku bunga naik maka investor tersebut mungkin akan menerima hasil penjualan obligasinya tersebut lebih rendah dari pada nilai nominal obligasi tersebut. Hal tersebut biasanya di namakan capital loss. 3) Call risk Untuk obligasi yang berjenis callable bond dapat ditarik kembali oleh perusahaan yang menerbitkannya sebelum obligasi tersebut jatuh tempo. Biasanya hal ini dilakukan pada saat tingkat suku bunga turun, kemudian perusahaan akan menggantikan obligasi baru yang tingkat kuponnya lebih rendah dari obligasi yang ditarik. Hal ini menyebabkan potensi untuk memperoleh capital gain menjadi berkurang, karena harga obligasi pasar tidak akan naik terlalu jauh dari call price yang ditetapkan. 11

II.1.2 Yield to Maturity Sebelum berinvestasi dalam obligasi, salah satu faktor yang menjadi pertimbangan investor yang dapat mempengaruhi keputusan investasi yaitu yield yang ditawarkan. Pada umumnya, para investor akan mempertimbangkan besarnya yield yang akan mereka terima dari investasinya. Salah satu faktor yang membuat obligasi korporasi lebih diminati dari pada obligasi pemerintah yaitu obligasi korporasi menawarkan yield yang lebih tinggi. Yield adalah hasil yang akan diterima oleh investor atas penempatan dananya dalam bentuk obligasi. Yield obligasi dibedakan menjadi current yield dan yield to maturity (YTM). Current yield adalah imbal hasil yang akan diterima pemegang obligasi yang dihitung berdasarkan bunga tahunan per harga obligasi. Rumus untuk menghitung current yield adalah: Keterangan : CY = Current Yield C = Coupon Yield (tingkat bunga tahunan yang ditetapkan ketika obligasi diterbitkan) P = Harga obligasi 12

Yield to maturity adalah imbal hasil yang akan diterima investor atas investasi obligasinya apabila investor tersebut memegang obligasi hingga saat jatuh tempo. Rumus yang sering digunakan untuk menghitung nilai yield to maturity adalah: Keterangan: C = Coupon yield R = Redemption value P = Harga pembelian obligasi n = Residual life time II.1.3 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Yield to Maturity Obligasi Seperti yang kita ketahui yield to maturity adalah imbal hasil yang akan diterima investor dari investasi obligasi jika investor memegang obligasi tersebut hingga saat jatuh tempo. Berdasarkan teori yang dikemukakan Brigham & Houston terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nilai yield to maturity antara lain seperti tingkat suku bunga, inflasi, maturitas, peringkat obligasi, debt to equity ratio, kupon bunga. Faktor-faktor yang akan diuji pada penelitian ini yaitu: 13

1) Tingkat inflasi. 2) Tingkat suku bunga. 3) Peringkat obligasi. 4) Debt to equity ratio. II.1.3.1 Tingkat Inflasi Pada umumnya, inflasi didefinisikan sebagai peningkatan harga barang dan jasa secara terus menerus selama jangka waktu tertentu. Menurut Keynes, inflasi disebabkan oleh meningkatnya permintaan total masyarakat terhadap barang dan jasa yang melampaui kemampuan produksinya. Teori ini mengasumsikan bahwa perekonomian berasal di tingkat full employment. Dalam hal ini, jika uang yang beredar bertambah banyak maka harga akan naik. Kenaikan harga akan menyebabkan bertambahnya permintaan uang untuk melakukan berbagai transaksi, dengan demikian akan menaikkan suku bunga. Hal ini digunakan untuk menekan permintaan untuk investasi dan untuk mengurangi tekanan inflasi. Dari teori yang dikemukakan oleh Keynes, kita dapat menyimpulkan bahwa tingkat suku bunga dan tingkat inflasi berbanding lurus yang artinya tingkat suku bunga akan naik apabila tingkat inflasi bertambah dan sebaliknya. Para investor biasanya cenderung lebih tertarik untuk melakukan investasi obligasi pada suku bunga yang rendah untuk mendapatkan imbal hasil yang tinggi. Tingkat inflasi di setiap negara berbeda-beda tergantung dari variabel-variabel yang ada. Secara khusus, kita akan melihat bagaimana laju 14

inflasi di indonesia. Di bawah ini merupakan data inflasi yang dihimpun dari tahun 2008-2010: Tabel 2.1 : Inflasi Bulan Tahun Tingkat Inflasi Desember 2010 6.96 % November 2010 6.33 % Oktober 2010 5.67 % September 2010 5.80 % Agustus 2010 6.44 % Juli 2010 6.22 % Juni 2010 5.05 % Mei 2010 4.16 % April 2010 3.91 % Maret 2010 3.43 % Februari 2010 3.81 % Januari 2010 3.72 % Desember 2009 2.78 % November 2009 2.41 % Oktober 2009 2.57 % September 2009 2.83 % Agustus 2009 2.75 % Juli 2009 2.71 % Juni 2009 3.65 % Mei 2009 6.04 % April 2009 7.31 % Maret 2009 7.92 % Februari 2009 8.60 % Januari 2009 9.17 % 15

Desember 2008 11.06 % November 2008 11.68 % Oktober 2008 11.77 % September 2008 12.14 % Agustus 2008 11.85 % Juli 2008 11.90 % Juni 2008 11.03 % Mei 2008 10.38 % April 2008 8.96 % Maret 2008 8.17 % Februari 2008 7.40 % Januari 2008 7.36 % Source: Bank Indonesia II.1.3.2 Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga merupakan suatu harga/nilai yang harus dibayar sebesar persentase tertentu dari jumlah pinjaman atas modal utang yang dipinjam. Menurut Brigham dan Houston (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat bunga antara lain yaitu peluang produksi, preferensi waktu konsumsi, risiko dan inflasi. Seperti yang kita ketahui, harga obligasi berlawanan arah dengan tingkat suku bunga. Jika suku bunga cenderung turun maka nilai obligasi akan naik karena orang-orang cenderung memilih untuk menginvestasikan kelebihan dananya pada obligasi dengan harapan untuk mendapatkan imbal hasil yang diinginkan. Jika suku bunga cenderung 16

naik maka harga obligasi akan turun karena para investor lebih memilih menyimpan uang mereka di bank untuk menghindari ketidakpastian dan risiko gagal bayar. Hal ini tidak menguntungkan bagi para investor yang hendak menjual obligasinya pada saat suku bunga naik karena mereka akan menerima hasil penjualan obligasi di bawah nilai nominal yang dimiliki oleh obligasi tersebut. Akan tetapi berbeda dengan investor yang menyimpan obligasinya hingga saat jatuh tempo. Bagi investor yang memegang obligasi hingga jatuh tempo justru meraih keuntungan seiring dengan naiknya suku bunga. Karena dengan meningkatnya suku bunga, kupon bunga yang dibayarkan untuk obligasinya juga meningkat. Sehingga akan menghasilkan yield yang lebih tinggi. II.1.3.3 Peringkat Obligasi Peringkat obligasi merupakan penilaian terhadap kelayakan suatu obligasi yang ditetapkan oleh suatu perusahaan independen salah satunya yaitu PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia). Peringkat obligasi ini merupakan hal yang penting bagi para investor untuk menilai dan memproyeksikan tingkat risiko seperti risiko gagal bayar dalam investasi obligasinya. Semakin tinggi peringkat obligasi maka semakin rendah tingkat risiko gagal bayar dan sebaliknya. 17

Terdapat beberapa peringkat yang ditetapkan oleh PT. PEFINDO diantaranya adalah: idaaa Peringkat sekuritas utang idaaa merupakan peringkat tertinggi yang diberikan oleh PEFINDO. Kemampuan penerbit obligasi yang superior untuk memenuhi kewajiban jangka panjang terhadap sekuritas hutang dibandingkan penerbit obligasi indonesia lainnya. idaa Sekuritas utang yang menduduki peringkat idaa memiliki kualitas kredit sedikit lebih rendah dari pada idaaa. Di mana sekuritas utang dengan peringkat idaa ini memiliki kemampuan memenuhi kewajiban jangka panjang yang sangat kuat dibandingkan dengan penerbit obligasi lainnya di indonesia. ida Sekuritas utang yang menduduki peringkat ida mengindikasikan bahwa obligor mempunyai kemampuan yang kuat untuk memenuhi kewajiban jangka panjang dibandingkan obligor lainnya di indonesia. Namun, cukup rentan terhadap perubahan kondisi dan situasi bisnis dan ekonomi yang merugikan. idbbb Sekuritas utang yang menduduki peringkat idbbb menunjukkan parameter jaminan yang memadai dibandingkan dengan obligor indonesia lainnya. Namun, perubahan ekonomi atau kondisi ekonomi yang memburuk akan mengakibatkan pelemahan 18

kapasitas obligor untuk menjamin utang jangka panjangnya. idbb Sekuritas utang yang menduduki peringkat idbb parameter jaminan yang agak lemah dibandingkan dengan sekuritas utang lainnya di Indonesia. Kapasitas obligor untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya sangat rentan terhadap ketidakpastian yang sedang berlangsung seperti kondisi ekonomi, finansial dan bisnis yang merugikan. idb Sekuritas utang dengan peringkat idb menunjukkan jaminan yang lemah dibandingkan dengan sekuritas utang lainnya. Meskipun obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang, tetapi setiap perubahan kondisi ekonomi, finansial dan bisnis yang merugikan akan merusak kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. idccc Sekuritas utang dengan peringkat idccc menunjukkan bahwa sekuritas utang yang tidak mampu memenuhi kewajiban finansialnya dan hanya bergantung pada perbaikan bisnis dan finansial yang menguntungkan. idd Sekuritas utang dengan peringkat idd menandakan sekuritas utang yang gagal bayar. 19

Catatan : Pada peringkat idaa hingga idb dapat dimodifikasi dengan penambahan tanda plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan perbedaan kekuatan yang relatif dalam kategori penilaian. II.1.3.4 Debt to Equity Ratio Sebagian besar perusahaan dalam kegiatan bisnisnya bergantung pada pembiayaan melalui modal pemiliknya dan juga pembiayaan melalui utang. Oleh karena itu, para investor perlu memperhatikan leverage ratio dalam sebuah perusahaan. Leverage ratio merupakan salah satu cara untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Leverage ratio yang paling umum salah satunya yaitu debt to equity ratio. Debt to equity ratio adalah rasio keuangan yang menunjukkan proporsi dari modal entitas dan utang yang digunakan untuk membiayai aset suatu entitas. Rasio ini biasanya digunakan untuk menilai apakah aset suatu bisnis lebih banyak dibiayai oleh utang ataukah modal entitas. Sehingga, debt to equity ratio dapat dirumuskan menjadi: Para investor obligasi yang berkehendak untuk mempertahankan obligasinya hingga saat jatuh tempo dihadapkan dengan risiko gagal bayar. Oleh karena itu, menganalisis kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya melalui debt to equity ratio menjadi sangat penting untuk menilai risiko gagal bayar pada saat obligasi tersebut jatuh tempo. Ada beberapa cara untuk menganalisis kinerja perusahaan menggunakan debt to equity ratio yaitu: 20

1) Dengan membandingkan debt to equity ratio suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Akan tetapi, cara ini kurang efektif karena perusahaan yang mempunyai ukuran lebih besar atau kegiatan bisnis yang membutuhkan capital expenditure yang lebih besar akan memiliki pembiayaan utang yang lebih tinggi. 2) Dengan membandingkan data historis. Membandingkan debt to equity ratio periode sekarang dengan beberapa tahun lalu. Apakah debt to equity ratio tetap sama dengan tahun sebelumnya ataukah meningkat atau juga menurun. Meningkatnya debt to equity ratio mengindikasikan meningkatnya persentase aset perusahaan yang dibiayai dengan utang dan begitu pula sebaliknya. 3) Membandingkan dengan rata-rata industri. Rata-rata industri untuk debt to equity rasio berkisar 1.5% hingga 2%. Apabila debt to equity ratio dalam sebuah perusahaan lebih dari 2% menandakan perusahaan sangat riskan terhadap gagal bayar. II.2 Pustaka Acuan Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa jurnal, penelitian sebelumnya sebagai acuan diantara lain yaitu: Judul Penelitian Nama Peneliti Hasil Penelitian Analisis Faktor- Faktor yang Berpengaruh terhadap Perubahan Edward. SS, 2008 1) Tingkat bunga berpengaruh positif terhadap harga obligasi dan berpengaruh signifikan terhadap yield to 21

Harga Obligasi maturity obligasi. Hasil How Sovereign is Sovereign Credit Risk Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Francis A Longstaff, Jun Pan, Lasse H. Pedersen dan Kenneth J. Singleton, 2011 Hadiasman Ibrahim, 2008 penelitian ini menyatakan bahwa rating obligasi tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap coupon rate obligasi. Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori Brigham & Houston yang menyatakan bahwa obligasi dengan rating tinggi akan memberikan coupon rate yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang ratingnya lebih rendah. Hasil penelitiannya yaitu obligasi di bawah investment grade atau obligasi yang memiliki tingkat risiko lebih tinggi akan menawarkan yield obligasi yang lebih tinggi. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, hasil penelitian adalah sebagai berikut: 22

Ukuran Perusahaan dan Debt to Equity Ratio terhadap Yield to Maturity Obligasi Korporasi di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2006 1) Adanya pengaruh signifikan positif antara tingkat suku bunga terhadap yield to maturity obligasi. 2) Terdapat pengaruh signifikan negatif peringkat obligasi terhadap yield to maturity obligasi. Investor Sentiment and Corporate Bond Liquidity Subhankar Nayak, 2010 3) Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap yield to maturity obligasi. 4) Debt to equity ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap yield to maturity obligasi. Hasil penelitiannya yaitu investor cenderung menginvestasikan dananya pada obligasi ataupun saham yang memiliki risiko yang lebih rendah. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Rating, Likuiditas dan Maturitas terhadap Nanik Indarsih, 2013 Hasil dari penelitian ini yaitu: 1) Terdapat pengaruh positif antara tingkat suku bunga SBI terhadap yield to 23

Yield to Maturity Obligasi maturity obligasi. 2) Rating tidak berpengaruh Inflasi dan Tingkat Bunga terhadap Harga Obligasi Negara Ritel Asih Widajati, 2009 terhadap yield to maturiy obligasi. 3) Tidak terdapat pengaruh antara likuiditas terhadap yield to maturity obligasi. 1) Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan dan pengaruh yang signifikan antara variabel inflasi dengan tingkat suku bunga SBI. Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori Irving Fisher yang menyatakan bahwa dalam waktu jangka pendek tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap tingkat suku bunga. 2) Korelasi antara variabel inflasi dan harga obligasi melalui tingkat suku bunga SBI lemah atau tidak ada 24

Analisis Pengaruh Tingkat suku Bunga SBI, Exchange Rate, Ukuran Perusahaan, Debt to Equity Ratio dan Bond Rating terhadap Yield Obligasi Korporasi di Indonesia Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Growth, Maturitas dan Peringkat Obligasi terhadap Yield to Maturity Obligasi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Teguh Gunawan Nasher, 2011 Lidya Kristina, 2010 hubungan yang signifikan. 1) Terdapat pengaruh searah yang signifikan antara tingkat suku bunga SBI, exchange rate dan debt to equity ratio terhadap yield obligasi korporasi. 2) Terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara ukuran perusahaan terhadap yield obligasi korporasi. 3) Terdapat hubungan yang berlawanan antara bond rating dan yield obligasi korporasi. 1) Tingkat suku bunga SBI, tingkat inflasi, maturitas dan peringkat obligasi tidak berpengaruh terhadap yield to maturity. 2) Growth memiliki hubungan dan pengaruh negatif yang signifikan terhadap yield to maturity. 25

Efek Indonesia Tahun 2006-2008 Kajian Yield to Maturity Obligasi pada Perusahaan Korporasi Riska Ayu Hapsari, 2013 1) Good Corporate Governance (GCG), ukuran perusahaan dan debt to equity ratio secara simultan berpengaruh terhadap yield to maturity. 2) Secara parsial hanya ukuran perusahaan dan debt to equity ratio yang berpengaruh signifikan, sedangkan GCG tidak berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity. II.3 Hipotesis Dari penjelasan di atas dapat kita rumuskan hipotesis sebagai berikut : 1) Tingkat suku bunga dan inflasi berbanding lurus yang artinya jika tingkat inflasi naik maka tingkat suku bunga juga akan naik dan sebaliknya. Jadi hipotesinya adalah: Ha 1 = terdapat pengaruh antara inflasi terhadap tingkat suku bunga. Ho 1 = tidak terdapat pengaruh antara inflasi terhadap tingkat suku bunga. 26

2) Tingkat suku bunga dan yield obligasi berbanding lurus yang artinya semakin rendah tingkat suku bunga semakin rendah juga yield to maturity yang akan di dapatkan dan semakin tinggi tingkat suku bunga maka semakin tinggi pula yield to maturity yang akan didapatkan oleh investor. Sehingga perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut: Ha 2 = terdapat pengaruh antara tingkat suku bunga terhadap yield to maturity obligasi. Ho 2 = tidak terdapat pengaruh antara tingkat suku bunga terhadap yield to maturity obligasi. 3) Meningkatnya inflasi akan menyebabkan suku bunga naik, jika suku bunga naik maka harga obligasi akan turun. Sedangkan, harga obligasi dan yield obligasi berbanding terbalik. Jika harga obligasi naik maka yield obligasi akan turun dan begitu pula sebaliknya. Sehingga, hipotesisnya dapat dirumuskan: Ha 3 = terdapat pengaruh antara inflasi terhadap yield to maturity obligasi melalui tingkat suku bunga. Ho 3 = tidak terdapat pengaruh antara inflasi terhadap yield to maturity obligasi melalui tingkat suku bunga. 4) Peringkat obligasi merupakan penilaian kelayakan suatu obligasi yang ditetapkan oleh PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia). Semakin tinggi peringkat obligasi maka semakin rendah tingkat risiko gagal bayar pada saat obligasi jatuh tempo. Maka hipotesisnya yaitu: Ha 4 = terdapat pengaruh signifikan antara peringkat obligasi terhadap yield to maturity obligasi. 27

Ho 4 = tidak terdapat pengaruh signifikan antara peringkat obligasi terhadap yield to maturity obligasi. 5) Debt to equity ratio yang tinggi menunjukkan sebagian besar aset suatu entitas dibiayai oleh utang. Hal ini menandakan tingginya risiko suatu perusahaan tidak dapat membayar kewajiban jangka panjang pada saat jatuh tempo. Hipotesisnya yaitu: Ha 5 = terdapat pengaruh antara debt to equity ratio terhadap yield to maturity obligasi. Ho 5 = tidak terdapat pengaruh signifikan antara debt to equity ratio terhadap yield to maturity obligasi. Dari landasan teori dan perumusan hipotesis di atas dapat digambarkan sebuah kerangka pemikiran seperti gambar 2.1: Tingkat Inflasi (X1) Tingkat Suku Bunga (Y1) Yield to Maturity (YTM) (Y2) DER (X3) Bond Rating (X2) Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 28