BABI PENDAHULUAN A LA TAR BELAKANG MASALAH Perkembangan bisnis yang menggunakan pnns1p-pnns1p syariah merupakan fenomena baru dalam kancah perekonomian Indonesia. Bangkitnya ekonomi islam di Indonesia dewasa ini menjadi fenomena yang menarik dan menggembirakan terutama bagi penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Dewan Standar Akuntansi telah mengesahkan PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah pada tanggal 1 Mei 2002. Tanggal 5 Mei 2000, PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama-sama dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan Jakarta Islamic Indeks (JII) yang mencakup seluruh emiten yang kegiatan usahanya memenuhi ketentuan hukum syariah, yang kemudian diumumkan daftar halalnya pada tanggal 3 Juli 2000. Pada tanggal 14 dan 15 Maret 2003, Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) meluncurkan prinsip pasar modal syariah. Ini membuktikan betapa bisnis yang berbasis syariah turut menjadi perhatian dari perbagai kalangan termasuk kalangan profesi dan pemerintah, dan diharapkan akan meningkatkan akselerasi pengembangan pasar modal syariah di Indonesia. Pasar modal, baik pasar modal syariah dan pasar modal konvensional yang memperdagangkan berbagai jenis sekuritas selalu terkait dengan return dan risiko. Risiko yang tinggi tercermin dari ketidakpastian return yang akan diterima di masa yang akan datang. 1
Risiko dapat dibagi dua yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis (Jones, 2000 dan Hartono, 2003). Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi. Sedangkan risiko sistematis tidak dapat dihilangkan sekalipun melakukan diversifikasi. Untuk mengukur risiko digunakan beta. Beta suatu sekuritas merupakan pengukur volatilitas antara return suatu sekuritas dengan return pasar. Semakin besar return suatu sekuritas berfluktuasi terhadap return pasar, semakin besar risiko sistematisnya (Hartono dan Surianto, 1999). Beaver et al. (1970) mengembangkan penelitian Ball dan Brown (1968) dengan menyajikan perhitungan risiko sistematis (beta) dengan menggunakan beberapa variabel fundamental yang dianggap berpengaruh terhadap risiko. Argumentasinya, risiko dapat ditentukan dengan menggunakan karakteristik pasar dari sekuritas dan nilai-nilai fundamental perusahaan. Rosenberg dan Guy (1976) menyatakan bahwa pasar secara signifikan dipengaruhi oleh expected rate inflasi, tingkat suku bunga, regulasi, pertumbuhan GNP, dan faktor-faktor lainnya. Menurut Husnan (1996:207) pengumuman tentang angka pertumbuhan GNP, tingkat suku bunga, dan inflasi merupakan informasi yang mempengaruhi semua perusahaan. Penelitian untuk menguji hubungan kondisi makro ekonomi dan fundamental perusahaan pada risiko sistematis saham biasa telah banyak dilakukan, namun pengujian variabel tersebut pada risiko sistematis saham syariah belum banyak dilakukan mengingat pasar modal syariah sendiri merupakan fenomena baru dalam perekonomian Indonesia. Investasi pada 2
saham syariah dianggap lebih berisiko dari saham biasa, mengingat ketidakpastian return yang akan diterima di masa yang akan datang yang didasarkan pada prinsip bagi hasil (profit and loss sharing). Beaver et al. (1970) menguji hubungan dividend payout, growth, leverage, liquidity, asset size, variability in earnings, dan accounting beta terhadap risiko sistematis saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dividend payout, leverage, variability in earnings, dan beta akuntansi berhubungan signifikan dengan risiko sistematis. Tandelilin (1997) menguji pengaruh variabel makro ekonomi yaitu produk domestik bruto, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga serta variabel fundamental yang terdiri atas rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio pasar modal terhadap beta saham biasa. Aruzzi dan Bandi (2003) menguji pengaruh tingkat suku bunga, rasio profitabilitas, dan beta akuntansi terhadap beta saham syariah. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa rasio profitabilitas dan beta akuntansi tidak berpengaruh terhadap beta saham syariah. Hamzah (2005) meneliti pengaruh variabel ekonomi makro, industri, dan karakteristik perusahaan terhadap beta saham syariah. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel ekonomi makro, industri, dan karakteristik perusahaan berpengaruh signifikan terhadap beta saham syariah. 3
Berdasarkan uraian di atas dan dari hasil beberapa penelitian yang ada, penelitian mt dimaksudkan untuk menguji faktor-faktor perekonomian nasional, gabungan variabel fundamental, dan data pasar yang disinyalir berpengaruh terhadap beta saham syariah. Penelitian ini mengambil topik "Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko sistematis saham syariah". B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian yang disampaikan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: apakah variabel makro ekonomi (tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan GNP), nilai-nilai fundamental perusahaan dan karakteristik pasar sekuritas [leverage, earnings variability, beta akuntansi, price earnings ratio (PER), price book value (PBV), dividend yield, earnings per share (EPS), dan volume perdagangan] berpengaruh terhadap risiko sistematis saham syariah. C. TUmAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel makro ekonomi (tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan GNP), nilai-nilai fundamental perusahaan dan karakteristik pasar sekuritas [leverage, earnings variability, beta akuntansi, price earnings ratio (PER), price book value (PBV), dividend yield, earnings per share (EPS), dan volume 4
perdagangan] terhadap risiko sistematis saham syariah dengan perioda pengamatan dari tahun 2001 sampai tahun 2005. D. MOTIV ASI PENELITIAN Motivasi yang mendasari dilakukannya penelitian ini adalah karena pengujian atas faktor-faktor yang mempengaruhi risiko sistematis saham syariah belum banyak diteliti secara empiris di pasar modal Indonesia, mengingat pasar modal syariah sendiri merupakan fenomena baru dalam perekonomian Indonesia. Penelitian empiris sebelumnya kebanyakan melakukan pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi risiko sistematis saham biasa. Untuk itu pengujian atas kondisi ekonomi makro dan analisa fundamental perusahaan terhadap risiko sistematis saham syariah menarik untuk dilakukan, mengingat perusahaan yang berbasiskan syariah memperlihatkan pertumbuhan yang menakjubkan dalam kurun waktu yang singkat yang berimbas pada pasar modal. Menurut Achsien (2003) investasi pada pasar modal syariah selalu memberikan return yang lebih baik dibandingkan dengan investasi konvensional, ceteris paribus. Investasi syariah, khususnya yang berdasarkan prinsip bagi hasil, mengandung ketidakpastian return yang lebih tinggi, sehingga mengandung risiko yang lebih tinggi pula. Penelitian ini mengembangkan penelitian terdahulu dengan mempertimbangkan variabel makro disamping variabel fundamental yang berorientasi pasar (rasio pasar modal) yang sering digunakan investor untuk membuat keputusan investasi. 5
E. KONTRIBUSI PENELITIAN Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk menilai risiko sistematis saham yang dapat digunakan untuk memprediksi return. Selain mempertimbangkan risiko dan return, penelitian ini diharapkan memberi informasi kepada investor dan calon investor dalam mempertimbangkan jenis saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta yaitu saham syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Jndeks (JII) yang memiliki karakteristik khusus berupa kontrol yang ketat dalam hal kehalalan ruang lingkup kegiatan usaha dan memenuhi prinsip syariah. Kehadiran JII ini memberikan altematif investasi berbasis syariah yang diharapkan mampu menarik investor lokal maupun asing yang ingin melakukan investasi berbasis syariah, tetapi selama ini belum terfasilitasi. Dengan kata lain, selain mempertimbangkan risiko dan return, syariah mengharuskan investor untuk melihat dan mempertimbangkan dimensi ketiga yaitu nilainilai islam. Penelitian ini berusaha memperluas pengujian dengan menggunakan perioda yang lebih panjang yaitu selama tahun 2001-2005. Berbeda dengan penelitian terdahulu yang hanya menguji pengaruh variabel independen terhadap risiko sistemastis saham biasa saja, penelitian ini menguji beberapa variabel independen terhadap risiko sistematis saham syariah. Penelitian terdahulu menggunakan variabel tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan kurs rupiah terhadap dolar serta perubahan GDP sebagai indikator perekonomian makro, penelitian ini mencoba memasukkan variabel GNP sebagai indikator perekonomian 6
(Rosenberg dan Guy, 1976) sebagai pembeda dari penelitian Tandelilin (1997) dan Hamzah (2005). GNP adalah produk domestik bruto dikurangi tingkat produksi yang bukan untuk dikonsumsi di dalam negeri. Sehingga bisa diharapkan variabel GNP lebih mencerminkan tingkat output suatu negara yang benar-benar dikonsumsi negara tersebut (BPS, 2004). Penelitian ini merujuk variabel rasio pasar modal yang dirumuskan Tandelilin ( 1997). Rasio pasar mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak didasarkan pada sudut investor atau calon investor. Selain itu penelitian ini memasukkan volume perdagangan sebagai variabel rasio pasar modal sebagai pembeda dari penelitian Tandelilin (1997). Volume perdagangan merefleksikan aktivitas dan marketabilitas saham perusahaan (Castagna & Matolesy, 1978;Breen & Lerner, 1973). 7