BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selaku otoritas kebijakan moneter telah berupaya melakukan fungsi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya,

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dalam

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. umum ditujukan untuk mencapai tingkat pengangguran yang rendah (high

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian,

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

I. PENDAHULUAN. berhasil menerapkan kebijakan dalam ekonomi. Pendapatan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah bersama dengan kebijakan moneter dan sektoral. Kebijakan fiskal

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ekonom dan pengambil kebijakan. Pada satu sisi, kebijakan fiskal

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi pada tahun 1997 dan 1998 yang melanda negara negara

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya

Pengantar Teori Ekonomi dan Moneter

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi merupakan suatu isu yang tak pernah basi dalam sejarah panjang

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

Tugas Bank Indonesia. Kebijakan Sistem Pembayaran. Kebijakan Moneter. Pengawasan Makroprudensial

BAB 1 PENDAHULUAN. riil, dan meningkatnya lapangan kerja sehingga mengurangi pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran.

BABI PENDAHULUAN. Fenomena yang sangat penting di perhatikan oleh pemerintah baik negara

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter adalah merupakan kebijakan bank sentral atau otoritas

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-undang (UU) No. 3 tahun 2004 Pasal 7, tugas Bank

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan

VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian ini menyajikan faktor faktor ekonomi yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

BAB V PENUTUP. a. Korelasi (hubungan) antar variabel independen : signifikansi sebesar < Artinya setiap kenaikan inflasi

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah ekonomi seperti rendahnya pertumbuhan ekonomi, tingginya tingkat

Kebijakan Moneter & Bank Sentral

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1. PENDAHULUAN. makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas perekonomian ditransmisikan melalui pasar keuangan.

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan antara lain melalui pendekatan jumlah uang yang beredar dan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

BAB I PENDAHULUAN. telah memberikan kontribusi yang besar terhadap menurunnya laju inflasi dan

SURVEI PERSEPSI PASAR

BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan sebuah kerangka

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. Stabilitas perekonomian suatu bangsa dapat digambarkan dengan stabilitas

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter merupakan bagian dari kebijakan ekonomi yang dirumuskan

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1958, hubungan antara inflasi dan pengangguran yang dikenal sebagai kedua

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB V. Simpulan dan Saran. sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks

BAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan tahun adalah awal dari krisis moneter kawasan yang

PROPOSAL. KAUSALITAS ANTARA TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO PADA BANK UMUM TERHADAP JUMLAH UANG BEREDAR di INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

VII. SIMPULAN DAN SARAN

SILABUS JURUSAN AKUNTANSI - PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permasalahan makro ekonomi yang begitu rumit menjadikan para pengambil

BAB I PENDAHULUAN. Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel ekonomi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Uang merupakan alat yang digunakan untuk membayar barang atau jasa

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan fiskal dan moneter adalah bagian integral dari kebijakan makroekonomi yang diharapkan saling berinteraksi secara baik dan saling mendukung guna memberi efek yang positif bagi pasar serta menjaga stabilitas perekonomian. Dengan kata lain proses interaksi antara kebijakan fiskal dan moneter sangat menentukan terjadinya keseimbangan dan kinerja perekonomian secara agregat yang ditunjukkan dengan tercapainya target pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga secara optimal. Sejauh ini pemerintah selaku pemangku kebijakan fiskal dan Bank Indonesia selaku otoritas kebijakan moneter telah berupaya melakukan fungsi koordinasi melalui berbagai paket regulasi dan konsolidasi untuk menjamin terselenggaranya proses interaksi yang efektif bagi terwujudnya stabilitas dan kinerja perekonomian. Namun dalam realitanya fungsi koordinasi yang dimaksud terlihat belum optimal akibat sering tidak sempurna oleh berlangsungnya trade-off antara output dan inflasi. Hal tersebut diperparah dengan adanya efek simultan yang kadang bertabrakan dan cenderung direspon secara terpisah oleh pemangku kebijakan. Di satu sisi, kebijakan moneter diarahkan untuk menjaga stabilitas tingkat harga namun dampaknya terhadap pertumbuhan tidak bisa dihindari, sementara di sisi lain kebijakan fiskal yang ditetapkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi juga ternyata berdampak cukup signifikan pada stabilitas harga. 11

Berbagai studi menunjukkan bahwa sinergi kebijakan moneter dan fiskal akan mendorong tercapainya tujuan optimal (Oudiz dan Sachs, 1984). Sementara Rogoof dan Keanth (1985) mengemukakan bahwa hasil interaksi kebijakan moneter dan fiskal tergantung dari besarnya distorsi perekonomian. Semakin besar distorsi dalam perekonomian, maka semakin kecil hasil dari proses interaksi dari kedua kebijakan. Sebaliknya, kajian Beetsma dan Bovenberg (1998) menunjukkan bahwa tidak terdapat manfaat dari koordinasi kebijakan moneter dan fiskal jika terdapat pertentangan tujuan kedua kebijakan dan nominal upah telah ditetapkan. Pengalaman empiris negara-negara di Amerika Latin pada akhir tahun 1980- an menunjukkan bahwa pembiayaan fiskal defisit yang besar dan terjadi terus menerus melalui penciptaan uang baru oleh bank sentral (quasi fiscal) telah mengakibatkan negara-negara tersebut mengalami hiper inflasi dan resesi ekonomi yang dalam. Pengalaman Indonesia pada tahun 1960-an juga menunjukkan kejadian yang sama dan bahkan akibat tingginya laju inflasi uang rupiah dipotong (sanering) nilainya. Pengalaman beberapa negara termasuk Indonesia menyadarkan pembuat kebijakan untuk melakukan koordinasi. Koordinasi kedua kebijakan tersebut secara harmonis dapat meningkatkan social welfare masyarakat. Dengan koordinasi, defisit pengeluaran pemerintah dapat terkendali sehingga laju inflasi dapat dicapai pada tingkat yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat dicapai. Koordinasi kebijakan moneter dan fiskal di Indonesia menjadi lebih penting lagi sejak Bank Indonesia mengumumkan penerapan secara penuh kerangka kebijakan moneter inflation targeting (ITF). Inflation targeting merupakan sebuah kerangka dalam sistem kebijakan moneter dengan sasaran tunggal menciptakan 12

stabilisasi tingkat harga. Target dalam kerangka kerja inflation targeting adalah tercapainya tingkat inflasi yang rendah dan stabil dengan salah satu karakteristik yang harus dipenuhi adalah adanya independensi bank sentral. Tetapi menurut pendapat pakar ekonomi, bahwa penerapan ITF yang terlalu kaku akan membahayakan kelanjutan pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Kebijakan moneter yang hanya memperhatikan target inflasi dapat menekan pertumbuhan ekonomi dan pada lanjutannya akan meningkatkan pengangguran khususnya di Indonesia yang menerapkan ITF tersebut. Dengan demikian, diperlukan adanya keseimbangan pencapaian tujuan dari masing-masing kebijakan (striking the balance) agar hasil yang dicapai menjadi optimal. Permasalahan interaksi kebijakan fiskal dan moneter terletak pada terjadinya trade-off antara pencapaian stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi terutama dalam jangka pendek (Champbell dan Lewis, 2000). Dampak defisit fiskal yang tinggi dapat menyebabkan kenaikan tingkat inflasi, begitu halnya perekonomian dengan tingkat inflasi yang tinggi juga memberikan dampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi (Bank Indonesia, 2003). Permasalahan lainnya dalam interaksi kebijakan moneter dan fiskal berkaitan dengan perbedaan aktivitas fiskal dan moneter, karena secara alami otoritas fiskal dan moneter merupakan entitas yang berbeda dengan instrumen, tujuan dan preferensi yang berbeda, (Fry, 1995:399). Interaksi tidak dapat terjadi dengan sendirinya, namun dibutuhkan koordinasi antara otoritas moneter dan fiskal. Masalah ketidakjelasan penugasan, kedudukan bank sentral, perbedaan persepsi pimpinan, perbedaan instrumen yang digunakan, serta perbedaan otoritas 13

menjadi sumber inkoordinasi moneter dan fiskal (Marszalek, 2003, Djojosubroto, 2004). Pengelolaan kebijakan fiskal dan moneter melalui koordinasi yang baik akan memberikan sinyal positif bagi pasar dan menjaga stabilitas makro ekonomi. Stabilitas makro ekonomi dapat dilihat dari adanya penurunan variabel makro ekonomi pada saat krisis menyebabkan variabel makro ekonomi lainnya juga akan terpengaruh. Penurunan nilai tukar rupiah sebagai imbas pasar keuangan global yang mengalami krisis sehingga mempengaruhi variabel makro ekonomi seperti inflasi dan tingkat suku bunga. Perpaduan antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter sangat diperlukan untuk menetapkan dan mencapai target-target moneter dan defisit fiskal secara konsisten untuk mencapai pembangunan ekonomi yang cukup tinggi dan stabil (Claeys, 2005). Gambar 1.1 menjelaskan bahwa seiring dengan kenaikan inflasi yang merangkak pada kisaran yang lebih tinggi, adanya kecenderungan tingkat suku bunga juga rendah. Hal tersebut dapat kita lihat pada tahun 2008 saat tingkat suku bunga sebesar -3,8 % maka yang terjadi adalah terjadinya kenaikan inflasi yang lebih tinggi yaitu 9,7%, hal tersebut dikarenakan meningkatnya minat masyarakat untuk berinvestasi daripada menyimpan uangnya di bank akibat tingkat suku bunga yang rendah, akibat investasi meningkat maka akan jumlah uang yang beredar juga akan meningkat, karena terjadinya peningkatan jumlah uang beredar hal tersebut dapat meningkat kan inflasi, dikarenakan jumlah uang beredar merupakan salah satu penyebab inflasi. 14

14 12 10 8 6 4 2 0-2 -4-6 13.1 1.6 Sumber : World Bank 6.4 2.3 Gambar 1.1 Inflasi dan Suku bunga 2006 s/d 2012 Inflasi tersebut lebih tinggi dari tahun sebelumnya pada tahun 2007 sebesar 6,4% dengan suku bunga 2,3%, sehingga dari grafik tersebut kita mengetahui tingkat suku bunga sebagai kebijakan moneter berpengaruh secara langsung terhadap terhadap tingkat inflasi, dan seiring inflasi yang terus meningkat dengan dorongan belanja pemerintah yang juga meningkat maka PDB akan sulit untuk mencapai tingkat yang diinginkan. Dari tabel 1.1 dapat dijelaskan pengeluaran pemerintah mempuyai hubungan yang tegak lurus dengan PDB. Apabila pengeluaran pemerintah meningkat akan menyebabkan meningkatnya PDB, hal tersebut dapat kita lihat mulai dari tahun 2006 sampai tahun 2012 terkecuali pada tahun 2009. Dimana pengeluaran pemerintah menurun, hal tersebut disebabkan krisis ekonomi yang terjadi di Amerika sehingga berdampak negara lain termasuk Indonesia meskipun dampak nya tidak terlalu besar, sehingga menyebabkan naiknya inflasi yang cukup tinggi pada tahun 2008. 9.7-3.8 5.7 4.8 5.1 5.3 4.6 3.9 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 6.9 4.2 15

Tabel 1.1 PDB dan Belanja Pemerintah Tahun PDB (Milyar RP) Belanja Pemerintah (Milyar Rp) 2006 1.847.126,00 667.128 2007 1.963.091,00 757.649 2008 2.082.103,00 985.27 2009 2.178.850,00 937.38 2010 2.314.458,00 1042.11 2011 2.464.676,00 1294.99 2012 2.618.139,00 1491.41 Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia Oleh sebab itu pemerintah perlu mengurangi jumlah uang yang beredar untuk mengurangi inflasi dengan cara mengurangi pengeluaran pemerintah, karena pengeluaran pemerintah secara langsung mempengaruhi jumlah uang beredar yang juga mempengaruhi tingkat inflasi, yang merupakan targer dari kebijakan moneter. Pada tahun 2008 Bank Indonesia sebagai otoritas kebijakan moneter meningkatkan tingkat suku bunga. Hal tersebut dilakukan untuk merespon kenaikan inflasi yang terjadi akibat krisis yang berdampak ke Indonesia. Bank Indonesia melakukan kebijakan monster ketat agar masyarakat lebih tertarik untuk menabung atau menyimpan uang nya daripada berinvestasi, sehingga mengakibatkan jumlah uang yang beredar pun berkurang. Dari hal tersebut kita mengetahui terjadi suatu interakasi kebijakan fiskal dengan moneter. Walaupun demikian masih terjadi perdebatan mengenai pentingnya interaksi antar kebijakan moneter dan fiskal terkait dengan adanya perbedaan penekanan tujuan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Perbedaan penekanan pada kedua kebijakan tersebut dapat mengakibatkan hasil akhir kedua kebijakan tidak optimal bagi perekonomian. Pembiayaan fiskal defisit yang berlebihan dapat 16

mengakibatkan terjadinya peningkatan laju inflasi yang sangat tinggi (hyper inflation). Sebaliknya, kebijakan moneter yang terlalu ketat dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi Oleh sebab itu, dari latar belakang yang telah di sampaikan di atas maka penulis mengambil judul skripsi Interaksi Kebijakan Fiskal dan Moneter Di Indonesia Dengan Penerapan Metode Vector Auto Regression untuk mengetahui bagaimana interaksi yang terjadi antara kebijakan fiskal dan monter yang terjadi di Indonesia, dalam menjaga stabilitas harga dengan mengendalikan inflasi yang merupakan target dari kebijakan moneter dan meningkat nya pertumbuhan ekonomi yang merupakan target dari kebijakan fiskal. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas sehingga menimbulkan berapa pertanyaan penelitian : 1. Bagaimana interaksi kebijakan fiskal dan moneter di Indonesia dengan melihat respon inflasi terhadap shocks (kejutan) kebijakan fiskal dan moneter yang terjadi di Indonesia kurun waktu 1986-2013? 2. Bagaimana interaksi kebijakan fiskal dan moneter di Indonesia dengan melihat respon PDB terhadap shocks (kejutan) kebijakan fiskal dan moneter yang terjadi di Indonesia kurun waktu 1986-2013? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Menganalisis interaksi kebijakan fiskal dan moneter di Indonesia dengan melihat respon inflasi terhadap shocks (kejutan) kebijkan fiskal dan moneter yang terjadi di Indonesia kurun waktu 1986-2013. 17

2. Menganalisis interaksi kebijakan fiskal dan moneter di Indonesia dengan melihat respon PDB terhadap shocks (kejutan) kebijakan fiskal dan moneter yang terjadi di Indonesia kurun waktu 1986-2013. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi bagi akademis, diharapkan dapat menambah cakrawala berpikir, mengembangkan kemampuan analisis, mengaplikasikan teori ke dalam fakta yang terjadi dalam perekonomian, dan upaya pemecahan masalah kebijakan fiskal dan moneter di Indonesia. 2. Memberikan informasi bagi pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau sumbangan saran sehingga dapat dirumuskan kebijakan yang sesuai untuk mengatasi masalah yang timbul dalam kebijakan fiskal dan moneter di Indonesia. 3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lainnya untuk menganalisis hal-hal yang berkenaan dengan interaksi kebijakan fiskal dan kebijakan moneter di Indonesia. 18