BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial merupakan masalah yang sering dihadapi oleh negara Indonesia sehingga menjadi tantangan besar dalam memasuki pasar bebas dan persaingan global. Dewasa ini, masyarakat dengan gelar sarjana mengalami persaingan dan kesulitan menemukan lapangan pekerjaan. Adanya persaingan yang begitu ketat dalam bersaing mencari pekerjaan dan seleksi pekerjaan membuat banyak generasi muda yang menjadi pengangguran atau mendapatkan pekerjaan yang kurang layak (Srimulyani, 2014). Sejak 1 Januari 2010, Indonesia menghadapi tantangan yang sangat luar biasa akibat pemberlakuan pasar bebas ASEAN dan China. Produk impor dari sesama negara ASEAN dan China akan lebih mudah masuk ke negara Indonesia karena adanya pengurangan tarif dan penghapusan tarif menjadi 0 persen. Beberapa kalangan menolak perjanjian ini karena dipandang berpotensi membangkrutkan banyak perusahaan dalam negeri dari membanjirnya produk China yang terbukti memiliki harga lebih murah (Hartono, 2013). Beberapa tahun terakhir ini, barang produk China sudah melanda pasar Indonesia dengan kualitas lebih bagus dan dijual lebih murah sekitar 20 persen lebih rendah dari produk Indonesia, sehingga hal tersebut akan membawa dampak besar terhadap 1
penurunan produksi barang dan tambahan barisan pengangguran di Indonesia (Suryana dan Bayu, 2010:12). Menurut Andika dan Madjid (2012), salah satu faktor yang mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah terlampau banyaknya tenaga kerja yang diarahkan ke sektor formal dan tidak berusaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri di sektor swasta seperti berwirausaha. Hal ini disebabkan preferensi mereka untuk bekerja di sektor formal daripada menjadi seorang pengusaha atau wirausahawan (Susetyo dan Lestari, 2014). Tingginya tingkat pengangguran mengakibatkan garis kemiskinan di Indonesia semakin meningkat. Dilihat dari data Tabel 1.1, menunjukkan bahwa pengangguran di Indonesia masih tergolong tinggi. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Indonesia Tahun 2012-2014 (Orang) Pendidikan 2012 2013 2014 No. Tertinggi Yang Ditamatkan Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus 1 SD 1.418.683 1.452.047 1.421.873 1.347.555 1.374.822 1.229.652 2 SLTP 1.736.670 1.714.776 1.821.429 1.689.643 1.693.203 1.566.838 3 SLTA Umum 2.043.697 1.867.755 1.874.799 1.925.660 1.893.509 1.962.786 4 SLTA Kejuruan 1.018.465 1.067.009 864.649 1.258.201 847.365 1.332.521 Diploma 5 258.385 200.028 197.270 185.103 I,II,III/Akademi 195.258 193.517 6 Universitas 553.206 445.836 425.042 434.185 398.298 495.143 Total 7.757.831 7.344.866 7.240.897 7.410.931 7.147.069 7.244.905 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015 Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa tingkat pengangguran di Indonesia masih sangat tinggi, khususnya dikalangan terdidik. Angkatan pendidikan yang 2
menganggur mempunyai latar pendidikan yang berbeda. Data yang diperoleh menunjukkan lulusan Universitas justru memiliki angka yang cukup tinggi dalam tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan tertinggi. Hal ini dapat diketahui bahwa lulusan yang memiliki pendidikan tinggi tidak menjamin memiliki pekerjaan. Mahasiswa setelah lulus kuliah lebih memilih sebagai pencari kerja (job seeker) daripada pencipta lapangan pekerjaan (job creator). Upaya pemerintah untuk mengurangi pengangguran dengan merekrut calon Pegawai Negeri Sipil (PNS) tentu tidak cukup dalam menyediakan lapangan kerja bagi lulusan Universitas. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada mahasiswa dipercaya sebagai alternatif jalan keluar untuk mengurangi tingkat pengangguran karena para sarjana diharapkan dapat menjadi wirausahawan muda terdidik yang mampu merintis usahanya sendiri (Suharti dan Sirine, 2011). Pemerintah Indonesia tengah berupaya mendorong pertumbuhan kewirausahaan dengan memberikan wadah berupa Gerakan Kewirausahaan Nasional yang diusung oleh Kementrian Koperasi dan UMKM Negara Republik Indonesia sejak 2 Pebruari 2011. Menghadapi hal ini, berwirausaha menjadi peluang yang semakin menarik untuk mengatasi masalah keterbatasan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran intelektual dari lulusan Universitas. Tahun 2009, Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah meluncurkan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW). PMW bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap atau jiwa wirausaha berbasis ilmu pengetahuan dan 3
teknologi kepada para mahasiswa agar dapat mengubah pola pikir dari pencari kerja menjadi pencipta lapangan pekerjaan serta menjadi calon/pengusaha yang tangguh dan sukses menghadapi persaingan global (Kemendikbud, 2015). Universitas Udayana merupakan salah satu universitas yang mengembangkan budaya kewirausahaan dengan mendukung pelaksanaan program ini yang dibina melalui unit kerja yang disebut Pusat Pengembangan Kewirausahaan (Entrepreneurship Development Center disingkat EDC). Berikut Tabel 1.2 yang menunjukkan jumlah peserta mahasiswa Program Mahasiswa Wirausaha masingmasing fakultas. Tabel 1.2 Peserta Program Mahasiswa Wirausaha Universitas Udayana Tahun 2013-2015 (Mahasiswa) No. Fakultas 2013 2014 2015 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis 17 4 6 2 Fakultas Kedokteran 13 9 12 3 Fakultas Kedokteran Hewan 8 11 1 4 Fakultas Teknik 12 14 5 5 Fakultas Pariwisata - - 1 6 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 1-6 7 Fakultas Ilmu Budaya - - - 8 Fakultas Teknologi Pertanian 4 8 3 9 Fakultas Pertanian 3 3 10 10 Fakultas Peternakan 1-1 11 Fakultas Kelautan dan Perikanan - - - 12 Fakultas Hukum - 1 1 13 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 5-4 Total 64 50 50 Sumber: Entrepreneurship Development Center Universitas Udayana, 2015 Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada tahun 2013 paling banyak peminatnya dalam dunia wirausaha dengan mengikuti PMW yakni sebanyak 17 mahasiswa. Tahun 2014, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis mengalami penurunan peminatnya dengan 4 mahasiswa 4
mengikuti PMW dan tahun 2015 sedikit peningkatan sebanyak 6 mahasiswa sebagai peserta mengikuti PMW. Menurut Nanda Yudistira selaku mahasiswa Manajemen S1 Reguler FEB Unud dan merupakan salah satu anggota WIDA serta aktif di dunia wirausaha berhasil di wawancara yang mengatakan bahwa mahasiswa FEB Unud semakin sedikit peminatnya terhadap PMW dikarenakan pemberian modal berupa dana bergulir yang nantinya harus dikembalikan, sedangkan mahasiswa FEB Unud lebih tertarik mengikuti program business plan dengan pendanaan modal berupa dana hibah seperti yang dilaksanakan oleh Gerakan Kewirausahaan Nasional dan beberapa lembaga keuangan perbankan, selain itu mahasiwa kurang mendapat informasi terkait adanya kompetisi business plan dari lembaga luar fakultas sehingga mengakibatkan mahasiswa cenderung sedikit peminatnya dalam berwirausaha. Menurut David McClelland dalam (Kurnianto dan Putra, 2012), suatu negara untuk menjadi makmur minimum memiliki jumlah wirausaha 2 persen dari total jumlah penduduk. Tingkat wirausaha di Indonesia masih rendah bila dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara. Menurut Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga selaku Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mengatakan bahwa jumlah wirausaha Indonesia sekitar 1,65 persen dari total penduduk, sedangkan di negara tetangga seperti Singapura 7 persen, Malaysia 5 persen, dan Thailand 3 persen (Sindo, 2015). Berdasarkan rasio secara internasional bahwa rasio unit usaha ideal adalah 1:20 atau 5 persen (Suryana dan Bayu, 2010:14). Dapat disimpulkan bahwa Indonesia belum menjadi negara yang makmur dan belum memiliki unit usaha ideal. 5
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana mendukung pelaksanaan program wirausaha muda dengan menyediakan komunitas WIDA, (Wirausaha Muda), program business plan dengan nama Equitech, seminarseminar kewirausahaan, dan menyediakan stand saat acara ulang tahun fakultas yakni BKFEB (Badan Kekeluargaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis) Universitas Udayana. Namun, komunitas WIDA kurang mendapat perhatian intensif dari pihak fakultas sebagai sarana pendidikan yang diperoleh mahasiswa masih rendah yang menyebabkan menurunnya niat berwirausaha. Program business plan Equitech masih kurang peminatnya bagi mahasiswa. Selain itu, saat acara BKFEB masih didominasi oleh pihak luar mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana maupun alumni yang terbukti memiliki fasilitas memadai dan manajemen yang baik. Faktor yang memengaruhi masih rendahnya niat berwirausaha mahasiswa bersumber dari iklim pembelajaran kewirausahaan masih didominasi aspek teoritis, kurang adanya dukungan atau motivasi, maupun kurang permodalan yang dimiliki untuk menjalankan suatu usaha bisnis. Mahasiswa tidak memiliki orientasi dan pengalaman lapangan karena model pembelajaran masih konvensional (Mopangga, 2014). Beberapa mahasiswa beranggapan bahwa dengan memiliki ijazah S1 dan nilai yang cukup baik akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah, sehingga sebagian besar mahasiswa tidak tertarik menjadi wirausahawan muda khususnya saat masih kuliah (Widayat, 2011). 6
Terdapat berbagai perdebatan mengenai apakah kewirausahaan dapat diajarkan atau tidak di sekolah atau perguruan tinggi. Di satu sisi, ada yang menyakini bahwa kewirausahaan tidak dapat diajarkan karena wirausaha lahir dengan bakat alaminya, sedangkan pihak lain manyakini bahwa kewirausahaan adalah mata pelajaran yang dapat diajarkan sehingga telah bertumbuh sangat pesat (Alma, 2004:5). Saat ini, banyak negara yang mengembangkan program berwirausaha sejak dini melalui pemberian bekal pengetahuan mengenai kewirausahaan di suatu lembaga pendidikan. Pendidikan kewirausahaan memainkan peran membantu mengurangi tingkat pengangguran di suatu negara (Mei et al., 2011). Menumbuhkan jiwa kewirausahaan para mahasiswa di perguruan tinggi dipercaya merupakan alternatif jalan keluar untuk mengurangi tingkat pengangguran, karena para sarjana diharapkan dapat menjadi wirausahawan muda terdidik yang mampu merintis usahanya sendiri (Maria dan Taufik, 2014). Berwirausaha telah menjadi salah satu kekuatan yang paling dinamis di negara-negara berkembang dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dunia (Moi et al., 2011). Konsep berpikir mahasiswa untuk mencari kerja setelah lulus kuliah perlu diubah menjadi menciptakan lapangan pekerjaan. Ada korelasi kuat antara pendidikan kewirausahaan dan niat berwirausaha serta banyak negara memiliki pendidikan kewirausahaan untuk meningkatkan niat berwirausaha sehingga dapat mengurangi pengangguran pada lulusan Universitas (Samydevan et al., 2015). Menurut Komala (2012), mahasiswa yang identik dengan pemuda idealis, kritis, mandiri, bertanggung jawab, kreatif dan inovatif diharapkan mampu 7
mengaplikasikan mata kuliah kewirausahaan dalam kehidupan sosialnya seperti membuka usaha-usaha kecil sesuai kemampuan dan daya kreatifitasnya sendiri. Menurut Hattab (2014), mengingat pentingnya kewirausahaan dapat mereformasi sistem pendidikan untuk mendorong kreativitas dan inovasi mahasiswa. Pendidikan kewirausahaan penting untuk mempersiapkan calon wirausahawan, namun demikian pendidikan tidak serta merta akan melahirkan seorang wirausahawan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang memengaruhi niat berwirausaha (Kalla, 2011). Selain pendidikan kewirausahaan sebagai faktor eksternal yang berasal dari luar individu, terdapat pula faktor internal yang berpengaruh terhadap niat berwirausaha. Salah satu faktor internal tersebut adalah efikasi diri, yang merupakan kepercayaan seseorang atas kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan (Nursito dan Nugroho, 2013). Efikasi diri merupakan faktor motivasi pada penelitian pendidikan dan menetapkan pendekatan kognitif sosial (Bayron, 2013). Hasil yang memberikan bukti bahwa individu memilih untuk menjadi pengusaha karena memiliki efikasi diri yang tinggi pada kewirausahaan dan yakin dapat berhasil dalam berwirausaha (Campo, 2011). Apabila individu memiliki efikasi diri yang tinggi dan merasa bahwa dirinya mampu berwirausaha maka akan semakin tinggi pula niat atau intensi yang dimiliki individu untuk berwirausaha, sehingga individu akan berusaha semaksimal mungkin dan melakukannya dengan baik (Mahshunah, 2010). 8
Hasil penelitian tentang pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha menunjukkan perbedaan. Beberapa penelitian terdahulu seperti penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Wijaya (2012), Negash (2013), serta Kaijun dan Sholihah (2015), menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan berpengaruh positif terhadap niat berwirausaha. Sedangkan, penelitian yang dilakukan oleh Fayolle dan Gailly (2015), menemukan bahwa pendidikan kewirausahaan berpengaruh negatif terhadap niat berwirausaha. Lutfiadi dan Rahmanto (2011), menemukan bahwa variabel pendidikan kewirausahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap niat berwirausaha, sehingga ukuran pendidikan kewirausahaan tidak berperan dalam menumbuhkan niat berwirausaha. Hal tersebut menjadi research gap yang membuka peluang bagi penelitian lebih lanjut. Efikasi diri ditemukan memiliki pengaruh langsung dan mediasi pada niat berwirausaha (Luthans dan Ibrayeva, 2006). Efikasi diri penting sebagai mediasi pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa di perguruan tinggi. Sehingga, penelitian ini dilakukan untuk mengklarifikasi perbedaan yang ada dan meneliti apakah efikasi diri dapat berperan sebagai mediasi pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana dengan melakukan kajian komprehensif mahasiswa yang telah lulus mata kuliah kewirausahaan dan memiliki niat berwirausaha. 9
1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang hendak dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagaimana pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana? 2) Bagaimana pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap efikasi diri pada mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana? 3) Bagaimana pengaruh efikasi diri terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana? 4) Bagaimana efikasi diri memediasi pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 10
2) Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap efikasi diri pada mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 3) Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh efikasi diri terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 4) Untuk mengetahui dan menganalisis peran efikasi diri dalam memediasi pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan secara teoritis dan kegunaan praktis adalah sebagai berikut. 1) Kegunaan Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan, gambaran, dan wawasan dalam ilmu kewirausahaan, serta secara khusus meneliti niat berwirausaha. b. Mampu menjadi referensi untuk kalangan akademis dan referensi bagi peneliti selanjutnya dengan mengadakan penelitian lebih lanjut pada topik yang sama. 11
2) Kegunaan Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pengambilan kebijakan strategi yang akan datang dalam mengefektifkan kegiatan pelatihan maupun pembelajaran kewirausahaan sehingga diharapkan semakin banyak mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang memiliki niat berwirausaha. 1.5 Sistematika Penulisan Laporan penelitian ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang satu dengan yang lainnya dan disusun secara sistematis serta rinci untuk memberi bagaimana gambaran yang ada dan mempermudah dalam penyusunan skripsi. Adapun sistematika dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut. BAB I: PENDAHULUAN Bab I mengemukakan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Bab II menyajikan dasar-dasar teori yang berasal dari berbagai literatur dengan melakukan tinjauan pustaka yang dianggap relevan dengan permasalahan yang diangkat untuk mendukung argumentasi yang akurat sesuai dengan pokok permasalahan yang ada dan menyusun hipotesis yang digunakan. 12
BAB III: METODE PENELITIAN Bab III merupakan bab metode penelitian yang meliputi desain penelitian, lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV: DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Bab IV menguraikan hasil-hasil penelitian yang diperoleh secara sistematis setelah dianalisis dengan menggunakan metode analisis yang sesuai. Selanjutnya hasil pengujian hipotesis yang dibahas berdasarkan hasil penelitian serta membandingkan hasil yang diperoleh dengan teori yang dipakai acuan dan hasil penelitian sebelumnya, selain itu memaparkan implikasi hasil penelitian. BAB V: SIMPULAN DAN SARAN Bab V merupakan bagian akhir dari skripsi ini yang menguraikan mengenai simpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan dan saran-saran bagi berbagai pihak yang memiliki kepentingan (stakeholder) terkait dengan topik penelitian. 13