mutu pelayanan rumahsakit mengatakan: adakan on the job training yang modern, hilangkan hambatan yang mencegah karyawan untuk menjadi bangga dengan

dokumen-dokumen yang mirip
B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Keaslian Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

kesehatan, dan terlambat mendapatkan pertolongan cepat dan tepat ditingkat fasilitas pelayanan kesehatan (DepKes, 2001). Pada tahun 2000, pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menunjukkan

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah

termasuk kasus maternal, dan pintu masuk pasien. Sayangnya IGD di RSUD Jayapura belum mempunyai fasilitas untuk menangani kasus-kasus maternal (IGD

BAB 1 PENDAHULUAN. kehamilan sebagai komplikasi persalinan atau nifas, dengan penyebab terkait atau

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurunnya AKI dari 334

PANDUAN PELAKSANAAN RUJUKAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

Visi RS PONEK di Jawa Tengah. Sebuah Hipotesis dalam rangka usaha penurunan angka kematian Ibu

di RSUD Pare Kabupaten Kediri Jawa Timur, dengan subjek penelitian adalah bidan-bidan praktek swasta dan pasien yang dirujuk ke RSUD Pare maupun ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prasarana UPT Kesmas Tegallalang I telah dilengkapi dengan Poskesdes, Pusling,

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. AKI (Angka Kematian Ibu) adalah jumlah kematian ibu selama

EVALUASI PERSIAPAN PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman

BAB 7 PENUTUP. belum semuanya mengikuti pelatihan kegawatdaruratan. Untuk staf. administrasi IGD, rekam medik dan brankar man belum bertugas 24 jam.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Tercatat di WHO Angka Kematian Ibu di dunia tahun 2013 sebesar 210

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian neonatus, yaitu : 1. Hipotermia 2. Asfiksia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB 1. terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain yaitu eklamsi 24%, infeksi 11%, pelayanan obstetri belum menyeluruh masyarakat dengan layanan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

Pada Pertemuan Forum Nasional II Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN DI RSUD BANYUDONO

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan

Oleh : Dr. MOCH. ISMAIL Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Disampaikan pada Pertemuan

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunita Tri Setya, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I. PENDAHULUAN A.

PROGRAM KERJA RUANG BERSALIN DI RUMAH SAKIT MUNYANG KUTE REDELONG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan yaitu asuhan kehamilan, pesalinan, bayi baru lahir, nifas

PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit Sumber Waras. Naya pada tahun Diatas tanah ± 619 hektar dijalan tangerang (sekarang

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Identifikasi Masalah

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja.

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi

LAMPIRAN. 1. Hasil wawancara dengan pihak RSUD untuk pengumpulan data Narasumber : Dr. Herlina Jabatan : Dokter Umum. No Pertanyaan Jawaban

BAB I PENDAHULUAN. Banyak kejadian komplikasi dari proses kehamilan, persalinan, hingga nifas yang mengarah terjadinya angka kematian ibu.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yaitu bertekad untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara

STANDAR PELAYANAN MINIMAL UPT PUSKESMAS KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. sejak dini dengan memantau kesehatan ibu, dengan digunakan indicator

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

KESEHATAN IBU DAN ANAK. dr Dani MKes Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha 2015

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

Mengembangkan Public Private Partnership untuk Menurunkan AKI-AKB

BUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS,

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (millennium development goals/mdgs) yang ditetapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. bayi (AKB) 32/1.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatus (AKN) meninnggal setiap 1 jam (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator pembangunan. kesehatan dasar. Di negara-negara ASEAN, Indonesia menempati posisi

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Amerika Latin dan Karibia 85/ KH, Amerika Utara 23/ KH

prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BUPATI NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 gambar Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun Sumber: Buku Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015 AKI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan negara negara ASEAN lainnya.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH

BAB I PENDAHULUAN. Menurunkan Angka Kematian Anak dan meningkatkan Kesehatan Ibu. adalah dua dari delapan tujuan Millenium Development Goals (MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). Dimana MDGs adalah. Millenium Summit NewYork, September 2000 (DKK Padang, 2012).

PENGEMBANGAN PELAYANAN PONED DI PUSKESMAS MERGANGSAN, TEGALREJO, DAN JETIS BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FK UGM/RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Target global untuk menurunkan angka kematian ibu dalam Millenium. mencapai 359 per kelahiran hidup (SDKI, 2012).

UPATI TANJUNG JABUNG BARAT, NIP PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 21 TAHUN 2015

PEDOMAN DAN TATA CARA PENGUATAN SISTEM RUJUKAN KEGAWATDARURATAN KIBBLA PENANGGUNG JAWAB. Kepala. Ruangan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu RS Umum dan RS Khusus (jiwa, mata, paru-paru, jantung, kanker, tulang, dsb)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA RSUD KOTA SALATIGA TAHUN 2017

- 1 - GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

47 mutu pelayanan rumahsakit mengatakan: adakan on the job training yang modern, hilangkan hambatan yang mencegah karyawan untuk menjadi bangga dengan pekerjaannya, adakan program-program pendidikan dan pelatihan yang intensif dan berkesinambungan. Pelatihan bagi pelayanan kesehatan di rumahsakit adalah alat untuk mengubah maka perubahan yang dapat dilakukan oleh perorangan, group dan organisasi dalam rangka meningkatkan effektivitas. Jadi pelatihan sangat penting dalam rangka mengubah dari tak terlatih menjadi terlatih (Sabarguna & Sumarni, 2004). Jadi dalam hal ini pihak manajemen rumah sakit harus merencanakan pelatihan bagi tenaga perawat dan bidan yang ada dibagian kebidanan dan di IGD. 2. Dukungan Peralatan dan Material Jumlah dan kualitas peralatan yang masih sangat terbatas menjadi masalah bagi petugas dalam memberikan pelayanan pasien dengan kasus maternal terutama di bagian IGD yang sama sekali belum tersedia alat tsb. Di IGD peralatan dan material belum tersedia sehingga semua pasien kasus maternal baik yang dirujuk atau datang sendiri semuanya langsung diarahkan ke bagian kebidanan. Sebagai rumah sakit rujukan dan sebagai rumah sakit PONEK yang menurut KepMenKes RI No 1051/MENKES/SK/XI/2008 bahwa di IGD harus mempunyai termpat atau area melakukan penanganan kasus maternal. Peralatan dan material hanya ada dibagian kebidanan saja tapi sering terbatas bahkan ada alat tapi mudah rusak atau sparepart tidak tersedia dan belum ada jadwal untuk dilakukan kalibrasi. Pengadaan peralatan dalam programnya setiap tahun selalu diusulkan tapi hanya sebagian yang terpenuhi, atau tidak sesuai dengan apa yang diusulkan seperti jumlah dan spesifikasinya. Menurut Panaijan dan Bagdasarova (2009), pengkalibrasian alat dan menyediakan alat yang baru di fasilitas rujukan adalah intervensi penting untuk meningkatkan sisterm rujukan. Sebagai rumah sakit PONEK sesuai standar dari Depkes peralatan dan material harus tersedia di IGD sehingga dapat menangani kasus gawat darurat maternal untuk stabilisasi dan persiapan pengobatan definitif. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Ritonga (2007), fasilitas dan peralatan masih sangat kurang dan ada beberapa alat yang tidak layak dipakai lagi

48 akibat usia tua, sementara untuk pengadaan alat baru harus menunggu dana, belum ada jadwal dilakukan kalibrasi. Kamar operasi dibagian kebidanan yang sudah sekian lama ada dan beroperasi, terletak disebelah kamar bersalin ini sangat membantu dalam hal waktu, tenaga dari petugas/ tim untuk penanganan pasien gawat darurat yang segera mendapat tindakan operasi seperti: Seksio Sesarea, laparatomi ditutup hanya dengan alasan tenaga anaestesi yang terbatas. Dari salah satu kriteria dari rumah sakit PONEK adalah tersedia kamar bersalin yang mampu menyiapkan operasi dalam waktu kurang dari 30 menit. Obat-obatan, cairan khusus pasien askes disiapkan oleh PT ASKES. Pasien Jamkesmas sudah disiapkan oleh pengelola jamkesmas demikian juga pasien masyarakat Papua yang tidak mampu. Untuk pasien swasta obat, cairan dll diresepkan oleh dokter dan ditebus oleh pasien. Disini dibutuhkan manajemen logistik yang memiliki fungsi perencanaan, penganggaran, pengadaan, penympanan, pemeliharaan, penghapusan dan pengendalian. Hal ini menurut Aditama (2007), manajemen logistik dalam lingkungan rumah sakit sebagai suatu proses pengolahan secara strategis terhadap pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pemantauan persediaan yang diperlukan bagi produksi jasa pelayanan rumah sakit. Menurut Deming (1991) bahwa jika membeli material atau jasa, janganlah karena harga yang ditawarkan yang murah atau paling murah, tapi hendaknya mutu material yang dijadikan patokan. Dengan adanya ruang tunggu untu keluarga pasien tidak dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi dan wc, padahal ini sangat penting dan mendasar sebagai kebutuhan dasar dari manusia, sudah seharusnya ruang tunggu yang ada dilengkapi dengan kamar mandi dan wc untuk keluarga yang menunggu, karena menurut informasi bahwa ruang tunggu itu dibangun tanpa melibatkan petugas di bagian kebidanan. 3. Budaya Tim Multiprofesional Rumah Sakit Penanganan kasus maternal tidak terlepas dari suatu kerja tim yang meliputi tenaga dokter spesialis kebidanan, spesialis anaestesi, bidan, perawat petugas kamar bedah, petugas IGD, radiologi, laboratorium dan petugas administrasi sesuai dengan tugas dan fungsi pokoknya sehingga dapat meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan terhadap kasus darurat maternal di rumah sakit. Dalam

49 rangka perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan dalam penanganan kasus kedaruratan obstetri di rumah sakit, telah dilakukan penelitian di rumah sakit pendidikan Universitas Athmadu Belo Zaria, Nigeria (Ande, 1997) Hasil penelitian menunjukan bahwa penundaan dalam penanganan ibu dengan kasus komplikasi akan menyebabkan terjadinya beberapa masalah yang lebih rumit, Intervensi yang dilakukan mengantisipasi hal tersebut adalah memperbaiki ruang bedah, perbaikan ruang perawatan, melatih dokter umum untuk dapat menangani kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri, mengadakan pengepakan obat-obatan, dan meningkatkan kerjasama dengan sesama petugas kesehatan, juga diperkenalkan sistem donor darah dari keluarga yang mengalami kasus kegawatdaruratan obstetri dan meningkatkan kepedulian terhadap ibu (Okluya, 1997). 4. System Thinking: Komunikasi, Koordinasi dan Kerjasama Kasus rujukan memerlukan penanganan yang cepat. Karena itu harus ada koordinasi sebelum kasus datang di rumah sakit. Rumah sakit harus melakukan pendekatan dan kerjasama dengan pihak dinas kesehatan. Hal ini sangat perlu dan sangat penting untuk mengantisipasi keadaan yang tidak diinginkan. Pihak rumah sakit bekerjasama dengan dinas kesehatan provinsi dalam hal pelaporan hal yang dijumpai saat pasien dirujuk, sehingga dari dinas kesehatan yang membawahi puskesmas dapat memberikan penyuluhan bagi ibu usia subur tentang resiko kehamilan dan tindakan apa yang harus dilakukan dan harus melahirkan ditempat dengan fasilitas yang lebih memadai dan tidak terjadi keterlambatan pertolongan bagi ibu yang bermasalah. Juga keluarga ikut ambil bagian mendapatkan penyuluhan dan mereka akan tahu resiko yang akan terjadi dapat dicegah karena budaya juga sangat berpengaruh dengan terjadi keterlambatan rujukan dimana keluarga isteri yang sangat berperan untuk mengambil keputusan apabila dari pihak suami belum melunasi mas kawin kepihak perempuan, sebaliknya apabila pihak suami sudah melunasi mas kawin maka dari pihak suami semua yang berperan untuk membuat keputusan. Seringkali kasus rujukan tiba di rumah sakit sangat terlambat, hal ini disebabkan oleh keterlambatan mengetahui keadaan patologis pasien. Beberapa penelitian menyatakan bahwa keterlambatan kasus rujukan disebabkan oleh pasien atau keluarga pasien tidak segera menyetujui

50 untuk dirujuk, keterlambatan mengambil keputusan oleh pihak keluarga, kendala biaya, faktor geografi, dan kesulitan transportasi (Soedigdomarto, 1990). Hal serupa juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gufria. (2008) bahwa salah satu keterlambatan rujukan maternal adalah terlambat mengambil keputusan oleh pihak keluarga juga keterbatasan kemampuan petugas kesehatan. Ada beberapa hal yang dapat diperbaiki untuk meningkatkan mutu sistem rujukan maternal antara lain: rujukan pengetahuan, keterampilan dan pembinaan kepada semua tenaga obstetri secara berjenjang yang dilkutkan secara berkesinambungan: meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya kaum ibu dalam masa reproduksi untuk mengenal tanda-tanda resiko tinggi dalam kehamilan dan persalinan. (Soedigdomarto, 1990) Komunikasi tidak berjalan sesuai yang diharapkan karena tidak tersedianya alat komunikasi yang memadai dimana suatu rumah sakit rujukan pasti sangat membutuhkan komunikasi antara yang merujuk dan yang menerima rujukan. Hal ini menyebabkan tidak adanya informasi yang bisa didapatkan dari kedua belah pihak tersebut. Saat peneliti melakukan pengamatan dan wawancara, bahwa sarana komunikasi antara rumah sakit dan yang merujuk tidak berjalan dengan baik dikarenakan alat komunikasi yang ada tapi operatornya tidak ada, jadi petugas yang kerja rangkap sebagai operator pada saat tidak sedang menangani pasien. Ditemukan bahwa dalam beberapa tahun ini belum pernah dilakukan pertemuan atau koordinasi antara pihak rumah sakit dengan pihak yang menggunakan rumah sakit sebagai tempat rujukan atau yang terkait langsung dengan kebutuhan rumah sakit. Dari hasil penelitian ini dari pihak unit transfusi darah ingin sekali supaya diadakan pertemuan atau rapat untuk membicarakan masalah yang terjadi atau meninjau kembali kesepakatan yang telah dibuat, karena dengan diadakan pertemuan akan dapat melihat kekurangan keterbatasan dari masing-masing yang terkait.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Meskipun sebagian besar kasus dapat diatasi, penelitian ini mendokumentasi beberapa kegagalan penanganan. Penelitian menunjukkan adanya persoalan manajerial yang berdampak pada penanganan pasien kasus maternal di rumah sakit. 1. Belum adanya pemisahan antara manajemen klinis kasus dan manajemen fasilitas layanan. 2. SDM di IGD dan bagian kebidanan terutama tenaga bidan masih terbatas, dan tidak ada perawat dan dokter di IGD yang dilatih khusus pelatihan penanganan kasus maternal. Hanya sebagian dari tenaga bidan dibagian kebidanan yang sudah dilatih: APN PONED, PONEK dan CTU, DMT 3. IGD dan bagian kebidanan belum mempunyai SOP penerimaan dan penanganan pasien dan respon time kasus maternal 4. Peralatan dan material untuk penanganan kasus kebidanan di IGD belum tersedia, hanya tersedia di bagian kebidanan dengan jumlah terbatas. 5. Kamar operasi di bagian kebidanan tidak difungsikan karena keterbatasan tenaga 6. Tidak ada kerjasama yang resmi antara rumahsakit dan lembaga mitra rumahsakit 7. Alat komunikasi yang dalam keadaan tidak berfungsi, telepon ada tapi tidak ada operator khusus 8. Pertemuan koordinasi dengan lembaga mitra rumahsakit jarang dilakukan B. Saran Rumah sakit perlu melakukan pemisahan antara manajemen fasilitas layanan dengan manajemen klinis kasus. Spesialis obsgin harus berperan sebagai manajer klinis kasus yang bertanggung jawab terhadap persoalan medis. Sebaliknya bidan senior dan berpengalaman dapat menjadi manajer pelaksana fasilitas layanan yang bertanggung jawab terhadap persoalan-persoalan non medis 51