PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

dokumen-dokumen yang mirip
FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 2004). Penyakit ini timbul perlahan-lahan dan biasanya tidak disadari oleh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

AYU CANDRA RAHMAWATI J

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Profil kesehatan masyarakat di negara-negara industri telah berubah secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLA DISLIPIDEMIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN JENIS KELAMIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. fibrosa yang longgar. Skin tag dapat berupa tonjolan kecil, lunak dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan darah dan oksigen sesuai kebutuhan. 1 PJK masih menjadi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun organ) karena suatu organisme harus menukarkan materi dan energi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia (Park & Kim,2012). Sekitar 2,8 juta orang dewasa meninggal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

Transkripsi:

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun Oleh : DYAH YULI NOVITASARI J 310 040 017 PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindroma penyakit metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang terjadi karena defisiensi absolut sekresi insulin atau penurunan aktivitas kerja insulin atau keduanya (Masharani et al., 2004). Penelitian terakhir antara tahun 2001 dan 2005 di daerah Depok didapatkan prevalensi Diabetes Melitus tipe II sebesar 14,7% dan di Makasar mencapai 12,5% (Suyono, 2006). Berdasarkan penelitian Diabetes and Endocrinology Research Group pada tahun 2006 didapatkan 86% penderita Diabetes Melitus tipe II mengalami obesitas (Daousi et al., 2006) Obesitas merupakan faktor risiko utama pada Diabetes Melitus tipe II. Obesitas menyebabkan terjadinya peningkatan massa adiposa yang dihubungkan dengan penurunan sensitivitas insulin yang akan mengakibatkan terjadinya gangguan metabolisme lipid (Rader dan Hobs, 2005). Lebih dari dua dekade di Pima indians Amerika, body mass indeks (BMI) >30 dihubungkan dengan insiden kejadian diabetes sekitar 40 per 1000 per tahun (Knowler et al., 1981 dalam Pinkney, 2001). Analisis dari Nurses Health Study yang membandingkan antara wanita non-obes (BMI <22) dengan wanita yang obes (BMI >35) mempunyai risiko 93 kali meningkatkan Diabetes Melitus tipe II (Colditz et al., 1990 dalam Pinkney, 2001). Laki-laki dengan BMI >35 meningkatkan risiko sebesar 40 kali (Chan et al., 1994 dalam Pinkney, 2001). 1

2 Pada suatu penyelidikan di Jakarta (1982) ditemukan bahwa kegemukan merupakan salah satu risiko penting bagi timbulnya Diabetes Melitus. Prevalensi Diabetes Melitus pada kelompok gemuk pada penyelidikan ini adalah 6,7% sedang pada kelompok overweight, normal dan underweight masing-masing dengan prevalensi Diabetes Melitus sebesar 3,7%, 0,9% dan 0,4%. Pada derajat kegemukan dengan BMI sebesar 24 kg/m 2 dapat menyebabkan kadar gula menjadi 200% (Utojo dkk., 1999 dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I). Penderita Diabetes Melitus tipe II biasanya mengalami dislipidemia kecuali bila dibawah kontrol glukosa yang baik. Tingginya kadar glukosa dan resistensi insulin dihubungkan dengan Diabetes tipe II yang mempunyai efek multipel pada metabolisme lemak yaitu: (1) penurunan aktivitas lipoprotein lipase (LPL) berakibat penurunan katabolisme kilomikron dan very low density lipoprotein (VLDL), (2) peningkatan pengeluaran asam lemak bebas dari jaringan adiposa, dan (3) peningkatan sintesis asam lemak di hepar. Penderita Diabetes Melitus tipe II mempunyai beberapa abnormalitas lipid, meliputi peningkatan trigliserid plasma karena peningkatan VLDL dan lipoprotein remnant, peningkatan kadar low density lipoprotein (LDL) dan penurunan kadar high density lipoprotein (HDL) kolesterol (Rader dan Hobs, 2005). Obesitas dapat menyebabkan perbandingan antara HDL dengan LDL cenderung menurun karena kadar trigliserid secara umum meningkat sehingga memperbesar risiko aterogenesis. Makin tinggi BMI risiko menderita penyakit jantung koroner (PJK) lebih tinggi, sedangkan risiko terendah pada BMI 22. Pada perempuan dengan BMI >29 mempunyai 3 kali risiko terjadinya PJK dibandingkan dengan perempuan yang memiliki

3 BMI <21 (Manson et al., 1990 dalam Pinkney, 2001). Pada orang laki-laki, setiap kenaikan 1 unit BMI diatas BMI 22 meningkatkan risiko sakit sebesar 10% (Prawirohartono, 2004 dalam kumpulan makalah dietetik, 2004). Diabetes Melitus tipe II berkorelasi sangat erat dengan obesitas dan risiko kejadian PJK. Risiko Diabetes bertambah dengan cepat seiring dengan meningkatnya indeks masa tubuh (IMT) dan lemak badan (Djokomoeljanto, 2001). Data dari penelitian Coronary Artery Risk Development in Young Adult Study (CARDIA) dan Atherosclerosis Risk in Communities Study (ARIC) menyebutkan bahwa 51% orang yang obesitas menderita Diabetes Melitus tipe II (Folsom et al.,1991). Pemantauan pada Framingham Heart Study terhadap penderita Diabetes Melitus menunjukkan kejadian-kejadian penyakit kardiovaskular yang tampaknya lebih banyak terjadi pada wanita. Dibandingkan dengan orang yang tanpa Diabetes Melitus, angka kematian karena kejadian penyakit koroner meningkat 2,2 kali lipat pada laki-laki dan 2,8 kali lipat pada wanita. Kejadian komplikasi karena Diabetes Melitus pada wanita kemungkinan disebabkan karena Diabetes Melitus pada wanita banyak yang disertai dengan faktor risiko lain seperti obesitas, hipertensi, dan aterogenik dislipidemia (Radi, 2007). Morbiditas dan mortalitas Diabetes Melitus terhadap PJK adalah 2-4 kali lebih banyak dibandingkan non-diabetes Melitus dan risikonya lebih sering terjadi pada laki-laki dengan diabetes (Kardinaal et al., 1993). Faktor yang memudahkan terjadinya aterosklerosis pada status metabolisme abnormal Diabetes Melitus seperti hiperglikemia kronis, dislipidemia dan resistensi insulin (Beckam et al., 2004).

4 Hampir 20-40% penderita Diabetes Melitus tipe II adalah nonobesitas, meskipun presentase ini bervariasi sesuai dengan populasi yang dipelajari, seperti presentase yang tinggi dijumpai pada populasi di Asia sedang di kepulauan Pasifik dan Pima India dari Amerika barat laut dan Meksiko, presentasenya lebih rendah (Masharani et al., 2004). Penelitian CARDIA dan ARIC menyatakan bahwa hipertensi, Diabetes Melitus, dan kadar abnormal plasma lipid darah banyak sekali ditemui pada orang berkulit hitam yang obesitas daripada orang berkulit hitam yang non-obesitas (Folsom et al., 1991). Menurut hasil observasi di rekam medik RSUD Dr. Moewardi, jumlah kunjungan penderita Diabetes Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2007, rata-rata pasien baru per bulan yaitu 16,97%, sedangkan rata-rata kunjungan pasien lama per bulan yaitu 83,03%. Hasil penelitian Syarief pada tahun 2006 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. Moewardi Surakarta dengan jumlah sampel 40 diperoleh jumlah penderita obesitas laki-laki sebesar 55% dan perempuan 45%. Berdasarkan hasil observasi tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan profil lipid dan risiko penyakit jantung koroner pada penderita Diabetes Melitus tipe II di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimanakah perbedaan profil lipid dan risiko penyakit jantung koroner pada penderita Diabetes Melitus tipe II di RSUD Dr. Moewardi Surakarta?

5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui perbedaan profil lipid dan risiko penyakit jantung koroner pada penderita Diabetes Melitus tipe II di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 2. Tujuan khusus a. Menganalisis perbedaan kadar kolesterol total pada penderita Diabetes Melitus tipe II obesitas dan non-obesitas yang melakukan rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta. b. Menganalisis perbedaan kadar trigliserid pada penderita Diabetes Melitus tipe II obesitas dan non-obesitas yang melakukan rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta. c. Menganalisis besar risiko status obesitas pada penderita Diabetes Melitus tipe II terhadap penyakit jantung koroner yang melakukan rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta. d. Menganalisis besar risiko kadar kolesterol total pada penderita Diabetes Melitus tipe II terhadap penyakit jantung koroner yang melakukan rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta. e. Menganalisis besar risiko kadar trigliserid pada penderita Diabetes Melitus tipe II terhadap penyakit jantung koroner yang melakukan rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

6 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi rumah sakit a. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam pencegahan terjadinya dislipidemia pada penderita Diabetes Melitus mengingat pada Diabetes Melitus merupakan salah satu penyebab kematian utama pada PJK. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai pertimbangan dalam melakukan pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap pada penderita Diabetes Melitus. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan atau rujukan untuk penelitian mengenai Diabetes Melitus dengan komplikasinya. 2. Bagi Instalasi Gizi Dapat digunakan sebagai media dalam menambah pengetahuan mengenai risiko penyakit jantung koroner pada penderita Diabetes Melitus tipe II serta sebagai penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi Penderita Dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan tentang perbedaan status obesitas dan profil lipid pada penderita Diabetes Melitus tipe II terhadap risiko PJK.