BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat. Ada banyak penyebab dari terganggunya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bentuk-bentuk sediaan tembakau sangat bervariasi dan penggunaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup di dunia dengan segala aktivitas yang dijalankannya seharihari

BAB I PENDAHULUAN. berskala menengah dan kecil (home industry) dan memproduksi rokok kretek.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dihembuskan kembali sehingga mengeluarkan asap putih keabu-abuan. Perilaku merokok

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pekerja berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 3. UU No 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 81 TAHUN 1999 (81/1999) TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan. ada juga yang menyebutkan bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB I PENDAHULUAN. melalui mulut, dan pada kalangan usia lanjut. 2 Dry mouth berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

DAMPAK MEROKOK BAGI SITEM PERNAPASAN. Dampak Buruk Merokok pada Sistem Pernapasan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

PENYULUHAN KESEHATAN BAHAYA DAMPAK ROKOK BAGI KESEHATAN ANAK-ANAK TANJUNG DALAM KECAMATAN LEMBAH MASURAI KABUPATEN MERANGIN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan. ada dalam diri individu yang bersangkutan ( Sunaryo, 2004 ).

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kolesterol merupakan lemak yang penting namun jika terlalu berlebihan dalam

BAB I PENDAHULUAN. hidup bila tidak mampu bergerak, memelihara gerak dalam. mempertahankan hidup, meningkatkan kemampuan gerak adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. 1,3 milyar. Dari jumlah ini, sekitar 80% nya berada di negara-negara dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. asapnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotinia. nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur bahwa iklan rokok hanya dapat dilakukan dengan persyaratan tertentu yang ditetapkan.

I. PENDAHULUAN. sehat harus diupayakan oleh setiap orang, tidak akan optimal jika dilaksanakan. di tempat-tempat umum atau di tempat bermain anak.

...bahaya MEROKOK...

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi perokok dewasa per hari. Menurut data Global Adult Tobacco Survey

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Target Milleneum Development Goals (MDGs) sampai dengan tahun 2015 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan 45% wanita yang merokok, dan 27% wanita hamil yang merokok,

Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan rokok akan membunuh 1 miliar orang sepanjang abad ke-21

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN 2012

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

- 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Merokok 2.1.1. Definisi rokok Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus yang meliputi kretek dan rokok putih yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Sumarno dan Soewandi, 2004) 2.1.2. Kandungan rokok Produk tobako dikategorikan kepada rokok asap (smoked or combustible) dan tanpa asap (smokeless or non-combustible). Tobako berasap adalah termasuk putung rokok, sigar dan pipa, manakala tobako tanpa asap termasuk mengunyah tabako atau menghidu. Semua jenis tobako adalah lebih cendurung untuk menghantar nikotin ke dalam otak (Martin, 2004) Menghisap asap rokok orang lain di dekat lebih berbahaya iaitu perokok pasif daripada bagi si perokok itu sendiri iaitu perokok aktif. Asap Utama adalah asap rokok yang terhisap langsung masuk ke paru-paru perokok lalu di hembuskan kembali. Asap Sampingan adalah asap rokok yang dihasilkan oleh ujung rokok yang terbakar. Masalahnya adalah, udara yang mengandung asap rokok yang dihisap, akan mengganggu kesehatan, karena asap rokok mengandung banyak zatzat berbahaya, diantaranya : 1. Zat Kimia Rokok tentu tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatannya, yakni tembakau. Di Indonesia, tembakau ditambah cengkih dan bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat rokok kretek. Selain kretek, tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa, dan tembakau tanpa asap (chewing tobacco atau tembakau kunyah). Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogen oksida, dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbarzol,

dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi, dan menimbulkan kanker (karsinogen). 2. Timah Hitam (Pb) Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 mikro gram Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 mikro gram. Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 mikro gram per hari. 3. Tar Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok, dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernapasan, dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mikro gram per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24 45 mikro gram dan mengandung bahan kimia yang beracun, sebagainya merusak sel paru-paru dan meyebabkan kanker. 4. Karbon Monoksida (CO) Karbon Monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas karbon monoksida lebih kuat daripada oksigen, maka gas karbon monoksida ini merebut tempatnya di sisi haemoglobin. Maka, hemoglobin bergandengan dengan gas karbon monoksida. Kadar gas karbon monoksida dalam darah bukan perokok kurang dari 1 persen, sementara dalam darah perokok mencapai 4 15 persen. Gas Karbon Monoksida (CO) bersifat beracun yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen. 5. Nikotin Zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi, dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang

ketagihan. Di Amerika Serikat, rokok putih yang beredar di pasaran memiliki kadar 8-10 mg nikotin per batang, sementara di Indonesia berkadar nikotin 17 mg per batang. Salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi darah, nikotin membuat pemakainya kecanduan (Factsheet by Action and Smoking Health) 2.1.3. Faktor yang mempengaruhi merokok Ada banyak alasan yang melatar belakangi perilaku merokok pada remaja. Secara umum menurut Kurt Lewin, bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan faktorfaktor dari dalam diri, juga disebabkan faktor lingkungan. Kvis dan teman-temannya (1995) mendapati perokok muda (umur 18-19 tahun) tidak menghiraukan tentang kesehatan yang berhubungan dengan merokok berbanding dari perokok dewasa. Penelitian lain pula menunjukkan perokok muda di kolej (college) mempercayakan tabiat merokok ini boleh diberhentikan dengan serta merta tanpa memperkirakan komponen yang adiktif dan juga tabiat merokok ini tidak akan memudaratkan kesehatan pada jangka masa lama. Faktor peribadi individual (Individual personality factors), faktor kognitif and sokongan sosial (sosial support) memainkan peranan dalam menentukan pemulaan atau inisiasi dan menyambung merokok. Faktor peribadi individual mencakup keterbukaan, kesadaran, ekstroversi, keramahan, dan neurotisisme.keterbukaan adalah apresiasi untuk seni, emosi, petualangan, ide-ide yang tidak biasa, rasa ingin tahu, dan berbagai pengalaman. Kesadaran adalah kecenderungan untuk menunjukkan disiplin diri, bertindak dengan patuh, dan bertujuan untuk pencapaian; direncanakan daripada perilaku spontan. Ekstraversi merupakan energi, emosi positif, urgensi, dan kecenderungan untuk mencari stimulasi di perusahaan orang lain. Keramahan dimaksudkan dengan kecenderungan untuk menjadi kasihan dan kooperatif daripada curiga dan antagonis terhadap orang lain. Neuroticism pula adalah kecenderungan untuk mengalami emosi-emosi tidak menyenangkan dengan mudah, seperti kemarahan, kegelisahan, depresi, atau kerentanan. Didapati

peneliti menunjukkan bahwa neurotisisme lebih berkaitan dengan merokok pada orang muda dan meneruskan tabiat merokok pada usia dewasa. Faktor kognitif, seperti rasa koherensi dan efektivitas diri, juga mungkin memainkan peran penting dalam menentukan perilaku merokok Rasa koherensi adalah orientasi secara global pada kehidupan yang mencerminkan tingkat untuk orang yang berasa yakin bahawa kehidupan ini mudah dimengerti, boleh dikendalikan atau dikelola, dan juga penuh bermakna. Sebaliknya, ditemui bahwa wanita yang merokok melaporkan tingkat yang lebih rendah dari rasa koherensi daripada mereka yang tidak pernah merokok (Van Loon, 2001) Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa orang dewasa dengan tinggi dukungan sosial kurang cenderung erlibat dalam penggunaan zat. Didapati remaja kurang cendurung merokok saat orang tuanya terlibat dalam kegiatan anak-anak sehari (Von et al, 2005) 2.1.4. Efek daripada tabiat merokok Merokok mempunyai dampak yang sangat besar di dalam kehidupan manusia, di mana merokok pada umumnya telah dimulai dari masa sekolah atau remaja. Rokok pada dasarnya dapat dianggap sebagai pabrik bahan kimia, di mana satu batang rokok dibakar, akan menghasilkan atau mngeluarkan lebih dari 4,000 zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan (Martin, 2008) Dampak merokok mungkin terjadi selama masa remaja. Efek samping ini termasuk peningkatan prevalensi batuk kronik, produksi sputum dan mengi. Merokok selama kehamilan berhubungan dengan rata-rata penurunan berat janin sebanyak 200 gram. Malah, bayi yang lahir dengan ukuran lebih kecil untuk ibu remaja, meningkatkan lagi morbiditas dan mortalitas perinatal (Nelson Textbook of Pediatrics 18th edition) Menurut Pusat Pengendalian Penyakit dan Pencegahan (Centers for Disease Control and prevention,cdc), tabiat merokok menghasilkan lebih dari 400.000 kematian prematur di Amerika Serikat setiap tahun sekitar 1 dari setiap 5 kematian Amerika Serikat. Apabila dibanding bukan perokok dan perokok, resiko yang berikutnya pada perokok lebih tinggi yaitu :

Penyakit jantung koroner 2 hingga 4 kali lipat Strok 2 hingga 4 kali lipat Terjadinya kanker paru pada lelaki 23 kali lipat Terjadinya kanker paru pada wanita 13 kali lipat Kematian dari penyakit kronik obstruksi paru 12 hingga 13 kali lipat Merokok bisa menyebabkan kalkulus berlebihan pewarnaan pada gigi, dan meningkatkan risiko penyakit periodontal (Barbara, 2006) Rokok dan bentuk lain dari tembakau termasuk cerutu, tembakau pipa, tembakau, dan mengunyah tembakau mengandungi obat adiktif nikotin. Nikotin mudah diserap ke dalam aliran darah ketika produk tembakau dikunyah, dihirup, atau merokok. Setelah memasuki aliran darah,nikotin segera merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon epinefrin (adrenalin). Epinefrin merangsang sistem saraf pusat dan meningkatkan tekanan darah, respirasi, dan denyut jantung. Glukosa dilepaskan ke darah sedangkan nikotin menekan sekresi insulin dari pankreas. keadaan ini menyebabkan kadar gula darah perokok sangat meninggi. Tabiat merokok menyumbang sekitar sepertiga dari semua kanker, termasuk 90 persen dari kasus kanker paru-paru. Selain kanker, merokok menyebabkan penyakit paru-paru seperti bronkitis kronis dan emphysema, dan meningkatkan risiko penyakit jantung, termasuk stroke, cardiac arrest, penyakit vaskular dan aneurisma. Merokok juga dikaitkan dengan leukemia, katarak, dan pneumonia. Rata-rata, orang dewasa yang merokok mati 14 tahun lebih awal daripada bukan perokok. Asap rokok adalah campuran kompleks bahan kimia seperti karbon monoksida, tar, formaldehida, sianida, dan amonia yang dikenali sebagai karsinogen.karbon monoksida meningkatkan kesempatan penyakit kardiovaskuler. Tar menghadapkan pengguna dengan peningkatan risiko paruparu kanker, emfisema, dan gangguan tenggorokan. Wanita hamil yang merokok berisiko tinggi dalam mengalami keguguran, bayi lahir mati atau prematur,dan juga bayi dengan berat badan lahir rendah.

Sementara, kita sering berpikir tentang efek medis yang diakibatkan langsung oleh penggunaan produk tembakau tetapi asap secara pasif atau asap sekunder juga meningkatkan resiko untuk banyak penyakit. Bekas merokok, iaitu asap lingkungan tembakau yang dihirup tanpa sadar atau secara pasif oleh seseorang yang tidak merokok juga dikenal sebagai tembakau lingkungan merokok (environmental tobacco), terdiri dari merokok dan menghela napas asap dilepaskan pada akhir pembakaran produk tembakau. Menurut CDC, sekitar 38.000 kematian per tahun dapat dikaitkan dengan bekas asap. Selain itu, bekas asap menyebabkan masalah pernapasan pada bukan perokok atau perokok pasif, seperti batuk, dahak,dan mengurangkan fungsi paru. Anak-anak yang bereksposisi atau terkena bekas rokok meningkatkan risiko terjadinya kematian bayi mendadak, infeksi pernapasan akut, masalah telinga, dan asma lebih parah (National Institutes of Health,U.S. Department of Health and Human Services, juni 2006) 2.1.5. Langkah-langkah membanteras rokok Salah satu langkah yang telah diambil untuk membanteras rokok adalah menaikkan harga rokok yang merupakan suatu langkah yang paling efektif untuk mencegah. mengurangi merokok, khususnya di kalangan anak-anak.menurut Philip Morris, dari perhitungan Jeffrey Harris dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), didapati bahwa sekitar 1982-1983, kenaikan harga menjadi penyebab dua juta orang dewasa untuk berhenti merokok dan mencegah dari 600.000 remaja dari mulai merokok (Eric Lindblom dan Ann Boonn, 2009) Melibatkan diri dalam olahraga juga merupakan salah satu langkah dalam membanteras rokok. Didapati, kadar rendah bagi para atlet mahasiswa merokok mungkin terkait dengan sejumlah faktor. Antaranya ialah kepercayaan diri yang tinggi diperoleh dari partisipasi olahraga, konseling tambahan dari staf pelatih tentang rokok, mengurangi pengaruh rakan terhadap rokok, persepsi tentang kinerja olahraga berkurang akibat mempunyai tabiat merokok, dan yang terakhir adalah kesadaran yang lebih tinggi tentang konsekuensi kesehatan akibat merokok. (Tønnesen, 2005).

Selain itu, membangun kesadaran publik tentang bahaya merokok pasif membantu dalam membanteras rokok. Tujuannya adalah untuk memperkuat perhatian publik tentang bahaya kesehatan yang serius yang disebabkan oleh merokok pasif (menghirup asap tembakau orang lain) dan untuk mulai menggerakkan bukan perokok sebagai kekuatan yang efektif untuk peraturan udara bersih dalam ruangan. Menurut Dr Thomas Glynn, direktur American Cancer Society Kanker Ilmu dan Tren (American Cancer Society director of Cancer Science and Trends), negara-negara yang telah berjaya dalam mengurangi penggunaan tembakau merupakan negara yang telah berhasil menciptakan kepedulian masyarakat luas tentang bahaya merokok pasif (American Cancer Society, 2005)