BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pembahasan mengenai peran perempuan menjadi topik yang amat sering di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

1Konsep dan Teori Gender

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istri, dengan atau tanpa anak. Sedangkan menurut Sumner dan Keller

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat

Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Teori Curahan Waktu Kerja Istri Nelayan. sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pencari nafkah, dilakukan dalam

PERANAN PEREMPUAN PESISIR DALAM MENINGKATKAN DAYA TAHAN EKONOMI KELUARGA NELAYAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST

PENDEKATAN TEORETIS TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan laki-laki, ataupun dengan lingkungan dalam konstruksi

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Nilai sosial budaya dan norma sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. a. Pengertian Pemberdayaan Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran

Tim Penyusun. Pengarah. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Selatan

BAB II TINJAUAN TEORI GENDER MENGENAI PANDANGAN PARA PEREMPUAN DESA TERHADAP PENDIDIKAN

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER. By : Basyariah L, SST, MKes

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERSEPSI REMAJA TERHADAP PEMBAGIAN PERAN GENDER DALAM KELUARGA

BAB IV. Refleksi Teologis

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. makna bagi dunianya melalui adaptasi ataupun interaksi. Pola interaksi merupakan

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB I PENDAHULUAN. Seni atau salah satu jenis kesenian sebagai hasil karya manusia, seringkali

WANITA DAN STRUKTUR SOSIAL ( Suatu Analisa Tentang Peran Ganda Wanita Indonesia) Dra. LINA SUDARWATI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. LATAR BELAKANG MASALAH

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, artinya kegiatan pertanian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

BAB 6 PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

2015 PENYESUAIAN PERANAN IBU BEKERJA DALAM KEHIDUPAN KELUARGA

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

MATERI MODUL MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI. Disusun Oleh : Dewi Nur Andhika Sari (11)

BAB I PENDAHULUAN. pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pekerja atau buruh. Oleh karena itu seorang tenaga kerja sebagai subyek

BAB I PENDAHULUAN. oleh daya saing dan keterampilan (meritokration). Pria dan wanita sama-sama

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ABSTRAK PERANAN PEREMPUAN DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA MISKIN DI DUSUN FAIR KECAMATAN DULLAH SELATAN KOTA TUAL

PERANAN NILAI BUDAYA DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA

MEMAHAMI GENDER UNTUK MENGATASI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB II LANDASAN TEORI. Kata gender dalam istilah bahasa indonesia sebenarnya berasal dari bahasa

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gender, Interseksionalitas dan Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pembahasan mengenai peran perempuan menjadi topik yang amat sering di perbincangkan. Perempuan yang dulunya dianggap sebagai kanca wingking, pada zaman modern ini beralih peran menjadi perempuan yang memiliki peran dalam peningkatan ekonomi. Perempuan ikut berkontribusi terhadap ketahanan ekonomi dalam sebuah keluarga. Bukan hanya di daerah perkotaan saja, melainkan juga di daerah yang perkembangannya belum terlalu pesat. Contoh kasus yang paling sering kita temukan dimana perempuan/istri turut mengambil bagian dalam meningkatkan pendapatan keluarga adalah dalam keluarga nelayan. Tingkat penghasilan yang diperoleh nelayan seringkali tidak sesuai dengan harapan, terlebih lagi jika nelayan tersebut memiliki tingkatan sebagai nelayan buruh. Para nelayan buruh ini menggantungkan nasib sepenuhnya pada hasil tangkapan dan kebaikan hati para toke (pemilik kapal,pemilik alat produksi). Kabupaten Tapanuli Tengah adalah bagian wilayah di Kepulauan Sumatera Utara yang terletak di pesisir Pantai Barat Pulau Sumatera dengan panjang garis pantai 200 km dan wilayahnya sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian lainnya di pulau-pulau kecil dengan luas wilayah 2.188 Km². Sebagian besar wilayah Kabupaten Tapanauli Tengah dikelilingi oleh pegunungan dan lautan yang terbentang luas. Letaknya yang strategis membuat daerah ini menjadi salah satu daerah objek wisata bahari yang menarik untuk dikunjungi dan merupakan daerah penghasil komoditi laut yang cukup unggul di sepanjang Pantai Barat Sumatera Utara. Salah satu daerah tempat bermukimnya

para nelayan adalah Desa Mela I, Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tap-Teng. Desa Mela I merupakan sebuah desa kecil pecahan wilayah dari kecamatan Tapian Nauli, dimana desa ini masih sarat dengan sikap keramah-tamahan dan sikap saling peduli antara satu penduduk dengan penduduk yang lain. Penduduk desa Mela I mayoritas terdiri dari suku Batak, kemudian suku Nias, Minang dan Jawa. Dan agama yang dianut adalah agama Islam, Kristen Protestan, dan Kristen Katolik. Tingkat penghasilan yang diperoleh para nelayan di Desa Mela I sangat tergantung pada fluktuasi musim. Ada musim ketika ikan-ikan sangat banyak dan mudah ditangkap (musim panen), tetapi di musim berikutnya adalah musim paceklik bagi para nelayan, atau sering disebut dengan musim terang bulan yang berlangsung pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret. Ketika musim terang bulan tiba, maka ikan-ikan menjadi sulit ditangkap sehingga hasil diperoleh jauh lebih sedikit. Kondisi kemiskinan yang dialami keluarga nelayan semakin diperparah dengan status mereka yang lebih banyak bekerja sebagai nelayan buruh, yaitu nelayan yang pendapatannya sangat bergantung pada jumlah hasil laut yang di peroleh dan dari kemurahan hati toke (pemilik modal dan alat produksi). Keadaan pendapatan nelayan yang tidak menentu secara langsung mempengaruhi berbagai aspek kehidupan para nelayan di Kabupaten Tap-Teng, khususnya di daerah Mela I, mulai dari segi ekonomi, kesehatan, tingkat pendidikan yang dapat diperoleh keluarga nelayan, gaya hidup, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan hidup dalam keluarga nelayan tidak akan pernah tercukupi apabila hanya mengandalkan pekerjaan pokok saja. Gambaran kondisi seperti ini akhirnya membuat ibu rumah tangga yang sebelumnya hanya menjalankan peran reproduktif (peran domestik/ peran dalam rumah tangga),

kemudian terjun dalam sektor produktif dengan ikut serta menopang perekonomian keluarga. Peran serta perempuan dalam menghasilkan uang menjadi salah satu alternatif untuk menyiasati kekosongan penghasilan nelayan di musim paceklik, dan meningkatkan daya tahan ekonomi rumah tangga nelayan. Begitu pula halnya yang dialami oleh para perempuan pesisir Desa Mela I. Perempuan pesisir di Desa Mela I memilih untuk bekerja ditengah kesibukan yang harus mereka jalankan sebagai ibu rumah tangga. Kebanyakan dari mereka memilih bekerja sebagai penjual dan pengolah hasil laut demi meningkatkan daya tahan ekonomi keluarga. Alasan utama mereka memilih pekerjaan ini adalah karena waktunya yang tidak terikat (fleksibel) dan bahan bakunya mudah untuk didapatkan. Jadi mereka masih memiliki waktu untuk mengerjakan pekerjaan mereka sebagai ibu rumah tangga yang bertugas untuk mengurus kebutuhan pribadi anak-anak beserta suami. Mereka menyadari bahwa mereka harus berperan aktif agar kebutuhan dalam keluarga mereka bisa terpenuhi. Mereka tahu sebagian besar tanggungjawab kelangsungan hidup sehari-hari pada keluarga tersebut ada ditangan perempuan sebagai ibu sekaligus ayah (temporal single parent). Namun masalah yang sering muncul adalah ketika peran yang dilakukan oleh para perempuan di sektor publik masih dianggap sebelah mata. Kontribusi yang diberikan perempuan melalui sektor publik dianggap tidak sepadan dengan pengeluaran keluarga. Begitu pun halnya dengan sistem pengupahan yang diterima oleh perempuan ketika mereka bekerja. Kaum perempuan cenderung menerima upah yang lebih rendah dibandingkan upah diterima kaum pria. Belum lagi adanya anggapan bahwa ketika

perempuan yang sudah bekerja cenderung akan melupakan tanggung jawabnya secara kodrati. Adanya proses peralihan peran serta masalah yang harus dialami oleh perempuan, khususnya perempuan pesisir inilah yang mendasari peneliti tertarik untuk memilih penelitian dengan judul Peranan Perempuan dalam Meningkatkan Daya Tahan Ekonomi Keluarga Nelayan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam latar belakang tersebut, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peranan perempuan pesisir dalam meningkatkan daya tahan ekonomi keluarga nelayan dan sejauh apa peranan tersebut mempengaruhi peningkatan daya tahan ekonomi dalam keluarga nelayan. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui serta mengukur keterlibatan/ peranan perempuan pesisir dalam meningkatkan daya tahan ekonomi keluarga nelayan. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah 1. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu sosiologi seperti kajian sosiologi gender.

2. Memberi manfaat bagi peneliti agar lebih memahami bagaimana sebenarnya peranan perempuan pesisir dalam meningkatkan daya tahan ekonomi keluarganya. 3. Sebagai sumbangan bagi pihak yang ingin memperluas wacana dan pengetahuan seputar peranan yang dilakukan perempuan pesisir bagi pemenuhan kebutuhan keluarganya. 1.5 Kerangka Teori 1.5.1 Teori Peranan Peranan (role) merupakan proses dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Kedudukan dengan peranan tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya.(soekanto, 2009:212-213). Levinson dalam Soekanto (2009:213) mengatakan peranan mencakup tiga hal, antara lain: 1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. 2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Wirutomo mengemukakan pendapat David Berry bahwa dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaan, seseorang diharapkan menjalankan kewajibankewajibannya yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Peranan didefinisikan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan kepada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Peranan ditentukan oleh norma-norma dalam masyarakat, maksudnya kita diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan masyarakat di dalam pekerjaan kita, di dalam keluarga dan di dalam peranan-peranan yanglain.lain. Peranan sosial yang ada dalam masyarakat dapat diklasifikasikan menurut bermacammacam cara sesuai dengan banyaknya sudut pandang. Secara garis besar peranan dibagi menurut pelaksanaannya dan cara memperolehnya yaitu: Berdasarkan pelaksanaannya: 1. Peranan yang diharapkan (expected roles): cara ideal dalam pelaksanaan peranan menurut penilaian masyarakat. Masyarakat menghendaki peranan yang diharapkan dilaksanakan secermat-cermatnya dan peranan ini tidak dapat ditawar dan harus dilaksanakan seperti yang ditentukan. 2. Peranan yang disesuaikan (actual roles), yaitu cara bagaimana peranan itu dijalankan. Peranan ini pelaksanaannya lebih luwes, dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu. Berdasarkan cara memperolehnya:

1. Peranan bawaan (ascribed roles), yaitu peranan yang diperoleh secara otomatis, bukan karena usaha, misalnya: peranan sebagai seorang ibu, nenek, dan lain-lain. 2. Peranan pilihan (achieved roles), yaitu peranan yang diperoleh atas dasar keputusannya sendiri, misalnya seseorang yang memilih untuk kuliah. 1.5.2 Teori Gender 1.5.2.1 Konsep Gender Istilah gender pada awalnya dikembangkan sebagai suatu analisis ilmu sosial oleh Ann Oakley dan sejak saat itu gender lantas dianggap sebagai alat analisis yang baik untuk memahami persoalan diskriminasi terhadap kaum perempuan secara umum. Gender berbeda dengan jenis kelamin (seks). Seks adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis dan melekat pada jenis kelamin tertentu. Oleh karena itu, konsep jenis kelamin digunakan untuk membedakan laki-laki dan perempuan berdasarkan unsur biologis dan anatomi tubuh (Tuttle, Lisa, Encyclopedia of Feminism, 1968). Sedangkan gender adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan pembedaan antara laki-laki dan perempuan secara sosial. Gender adalah kelompok atribut dan perilaku yang dibentuk secara kultural yang ada pada laki-laki dan perempuan. Gender adalah konsep hubungan sosial yang membedakan (memisahkan) fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan. Pembedaan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan. Pembedaan fungsi antara laki-laki dan perempuan itu tidak ditentukan oleh karena keduanya terdapat perbedaan biologi atau kodrat, melainkan dibedakan

menurut kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing dalam berbagai kehidupan dan pembangunan. Engles (dalam Fakih, 1997) rmenjelaskan perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang seperti proses sosialisasi, penguatan, konstruksi sosial, kultural, keagamaan, bahkan melalui kekuasaan Negara Karena melalui proses yang sedemikian panjang, maka perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan seolah-olah menjadi ketentuan Tuhan. Demikian pula sebaliknya, sosialisasi konstruksi sosial tentang gender secara evolusi pada akhirnya mempengaruhi perkembangan fisik dan biologis masing-masing jenis kelamin. Seperti misalnya, gender laki-laki harus kuat dan agresif, sehingga dengan konstruksi sosial semacam itu menjadikan laki-laki termotivasi mempertahankan sikap tersebut. Dengan demikian gender sebagai suatu konsep merupakan hasil dari pemikiran manusia, dibentuk oleh masyarakat sehingga gender bersifat dinamis dan tidak berlaku secara universal, melainkan sesuai dengan situasional masyrakatnya. Untuk mengetahui lebih jelas tentang perbedaan antara seks (jenis kelamin) dan gender, dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel 1.5.1 Perbedaan Seks dan Gender SEKS Biologis Pemberian Tuhan (kodrat) GENDER Kultur, adat istiadat Bentukan setelah lahir. Diajarkan melalui sosialisasi internalisasi

Kodrat (alami) Tidak dapat diubah Kontruksi sosial Dapat diubah (dinamis) Peran Seks: Laki-laki: Produksi Perempuan: Reproduksi (haid, hamil, melahirkan, menyusui dan lain-lain) Peran Gender: memasak, mencuci, merawat anak dan orangtua, mendidik anak, bekerja diluar rumah, menjadi tenaga professional, dan sebagainya. Perbedaan konsep gender secara sosial telah melahirkan perbedaan peran perempuan dan laki- laki dalam masyarakat. Secara umum adanya gender telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, fungsi dan bahkan ruang tempat dimana manusia beraktifitas. 1.5.2.2 Ketimpangan Gender dalam Masyarakat Perbedaan gender (gender differences) tidak menjadi masalah selama hal tersebut tidak memunculkan ketidakadilan gender (gender inequalities). Namun dalam aplikasi gender yang terdapat di masyarakat belumlah sesuai dengan yang diharapkan, hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh budaya setempat yang masih cenderung menganut sistem patriarkat. Adapun beberapa bentuk ketidakadilan gender yang terdapat dalam masyarakat antara lain: 1. Gender dan Marginalisasi Perempuan Marginalisasi perempuan adalah proses pemiskinan atas perempuan yang disebabkan oleh perbedaan gender. Marginalisasi perempuan dapat bersumber dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsir agama, tradisi atau kebiasaan, dan ilmu pengetahuan. Revolusi hijau (green revolution) misalnya, secara ekonomis

telah menyingkirkan kaum perempuan dari pekerjaannya dan kehilangan pekerjaan sehingga terjadilah proses pemiskinan terhadap perempuan. 2. Gender dan Subordinasi Secara umum subordinasi sering diartikan sebagai penomorduaan terhadap suatu jenis kelamin yang disini adalah perempuan. Adanya anggapan dalam masyarakat bahwa perempuan itu emosional, irasional dalam berpikir, perempuan tidak bisa tampil sebagai pemimpin (sebagai pengambil keputusan), maka akibatnya perempuan ditempatkan pada posisi yang tidak penting dan tidak strategis (second person). Contohnya pada masyarakat Jawa, ada anggapan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, karena pada akhirnya akan ke dapur. Terlebih lagi karena nilai-nilai tradisional yang dianut oleh masyarakat Jawa yaitu masak, macak, manak (memasak, bersolek, dan melahirkan anak) adalah sebagai tugas utama perempuan. 3. Gender dan Stereotip Streotip adalah pelabelan terhadap pihak tertentu yang sifatnya negatif dan selalu berakibat merugikan pihak lain serta menimbulkan ketidakadilan. Sebagai contoh, adanya anggapan bahwa perempuan yang bersolek atau memakai rok mini akan memancing perhatian lawan jenis dan bila terjadi pelecehan seksual, maka perempuan tersebut akan disalahkan. 4. Gender dan Kekerasan Kekerasan (violence) adalah suatu serangan baik terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Kekerasan yang bersumber anggapan gender gender-reated violence, yang pada dasarnya disebabkan oleh kekuasaan.

Kekerasan terhadap perempuan sering terjadi karena budaya dominasi laki-laki terhadap perempuan. 5. Gender dan Beban Ganda Ada anggapan dalam masyarakat kita bahwa kaum perempuan memiliki sifat rajin, senang memelihara, dan tidak cocok menjadi kepala rumah tanggayang mengakibatkan semua pekerjaan domestik menjadi tanggung jawab perempuan. Kondisi perekonomian yang tidak menentu saat ini menjadi tambahan beban (double burden) bagi perempuan dimana mereka diperhadapkan pada tanggung jawab yang lain yaitu ikut serta menyokong perekonomian keluarga walaupun dengan upah yang jauh lebih sedikit daripada upah ang diterima laki-laki. Bahkan Mosser (1999) berpendapat bahwa perempuan tidak saja memiliki peran ganda (double burden), melainkan tiga peran (triple burden) : peran reproduksi, yaitu peran yang berhubungan dengan peran tradisional yang berkaitan di sektor domestik; peran produktif, yaitu peran ekonomis di sektor publik, dan peran sosial, yaitu peran dalam komunitas atau masyarakat. 1.5.3 Teori Struktural Fungsional Teori atau pendekatan struktural-fungsional merupakan teori sosiologi yang diterapkan dalam melihat institusi keluarga. Teori ini berangkat dari asumsi bahwa suatu masyarakat terdiri atas beberapa bagian yang saling mempengaruhi. Teori ini mencari unsur-unsur mendasar yang berpengaruh di dalam suatu masyarakat, mengidentifikasi fungsi setiap unsur, dan menerangkan bagaimana fungsi unsur- unsur tersebut dalam masyarakat. Teori struktural-fungsional mengakui adanya segala keragaman dalam

kehidupan sosial. Keragaman ini merupakan sumber utama dari adanya struktur masyarakat dan menentukan keragaman fungsi sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur sebuah sistem. Perbedaan fungsi ini bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi, bukan untuk kepentingan individu. Struktur dan fungsi dalam sebuah organisasi ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya, norma, dan nilai-nilai yang melandasi sistem masyarakat (Ratna Megawangi, 1999: 56).

Menurut para penganutnya, teori struktural-fungsional tetap relevan diterapkan dalam masyarakat modern. Talcott Parsons dan Bales menilai bahwa pembagian peran secara seksual adalah suatu yang wajar (Nasaruddin Umar, 1999: 53). Dengan pembagian kerja yang seimbang, hubungan suami-isteri bisa berjalan dengan baik. Jika terjadi penyimpangan atau tumpang tindih antar fungsi, maka sistem keutuhan keluarga akan mengalami ketidakseimbangan. Keseimbangan akan terwujud bila tradisi peran gender senantiasa mengacu kepada posisi semula. Struktur sosial terdiri dari berbagai komponen dari masyarakat, seperti kelompok-kelompok, keluarga-keluarga, masyarakat setempat/lokal dan sebagainya. Kunci untuk memahami konsep struktur adalah konsep status (posisi yang ditentukan secara sosial, yang diperoleh baik karena kelahiran (ascribed status maupun karena usaha (achieved status) seseorang dalam masyarakat). Setiap status memiliki aspek dinamis yang disebut dengan peran (role) tertentu, misalnya seorang yang berstatus ayah memiliki peran yang berbeda dengan seseorang yang berstatus anak. Kedudukan seseorang dalam keluarga akan menentukan fungsinya, yang masing-masing berbeda. Namun perbedaan fungsi ini tidak untuk memenuhi kepentingan individu yang bersangkutan, tetapi untuk mencapai tujuan organisasi sebagai kesatuan. Tentunya, struktur dan fungsi ini tidak akan pemah lepas dari pengaruh budaya, norma, dan nilai-nilai yang melandasi sistem masyarakat itu (Megawangi, 2001).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Parsons dengan Bales, mereka membuat kesimpulan bahwa institusi keluarga serta kelompok-kelompok kecil lainnya, dibedakan (didiferensiasikan) oleh kekuasaan atau dimensi hierarkis. Umur dan jenis kelamin biasanya dijadikan dasar alami dari proses diferensiasi ini. Parsons menekankan pula pentingnya diferensiasi peran dalam kesatuan peran instrumental-ekspresif. Dalam keluarga harus ada alokasi kewajiban tugas yang harus dilakukan agar keluarga sebagai sistem dapat tetap ada. Struktural-fungsional berpegang bahwa sebuah struktur keluarga membentuk kemampuannya untuk berfungsi secara efektif, dan bahwa sebuah keluarga inti tersusun dari seorang laki-iaki pencari nafkah dan wanita ibu rumah tangga adalah yang paling cocok untuk memenuhi kebutuhan anggota dan ekonomi industri baru.

1.6 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang dirumuskan untuk menggambarkan hubungan dua variabel akibat, atau dengan kata lain hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari dari hipotesis dua arah yaitu hipotesis alternative (Ha) yaitu hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y, dan hipotesis nol (Ho) yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara variabel X dan Y Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesa dalam penelitian ini adalah: Ha : Perempuan pesisir memiliki peranan dalam meningkatkan daya tahan ekonomi ekonomi keluarga nelayan Ho : Tidak adanya peranan perempuan pesisir dalam meningkatkan daya tahan ekonomi ekonomi keluarga nelayan Dan hipotesa sementara peneliti adalah bahwa perempuan pesisir memiliki peranan dalam meningkatkan daya tahan ekonomi keluarga nelayan. 1.7 Defenisi Konsep Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan masing-masing terhadap batasan konsep yang akan digunakan. Tujuan dari defenisi konsep adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya tumpang tindih atas variabel yang menjadi objek penelitian. Adapun yang menjadi defenisi konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Peran Peran (role) merupakan perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status. Berbagai peran yang tergabung dan terkait pada status ini oleh Merton, dinamakan perangkat peran (role set). 2. Perempuan Pesisir Perempuan pesisir adalah suatu istilah yang merujuk pada perempuan yang hidup di lingkungan keluarga nelayan baik sebagai istri maupun dari anak nelayan pria. Dimana kaum perempuan dalam keluarga nelayan terlibat dalam aktivitas mencari nafkah untuk keluarganya. 3. Perekonomian Keluarga Defenisi dari ekonomi adalah segala aturan maupun urusan keuangan rumah tangga suatu kelompok yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah atau adopsi. Perekonomian yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah segala hal yang berurusan dengan keuangan rumah tanggga berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari didalam keluarga seperti: kebutuhan pangan, pemenuhan kesehatan keluarga, biaya pendidikan formal (sekolah) bagi anakanaknya dan lain sebagainya. 4. Nelayan Buruh Nelayan buruh merupakan nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. Biasanya para nelayan buruh harus membagi hasil tangkapan pada toke (pemilik alat produksi) sampai dengan 65% dengan pembagian 50% untuk toke dan 15% untuk mengatasi kerusakan. 5. Fluktuasi Musim

Suatu gejala yang menunjukkan keadaan turun-naik atau ketidaktetapan yang terjadi dalam musim tertentu dan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam perolehan hasil tangkapan laut para nelayan. 6. Terang Bulan Adalah kondisi alam dimana keadaan bulan berada dalam posisi penuh (memiliki bulatan yang sempurna dan memiliki cahaya yang sangat terang). Pantulan sinar bulan ini mengakitbatkan ikan-ikan di laut tidak bergerak naik ke permukaan sehingga pada kondisi ini, hasil tangkapan yang diperoleh nelayan menjadi berkurang. 1.8 Operasional Variabel Definisi operasional adalah spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur atau memanipulasi suatu variabel. Definisi operasional memberikan batasan atau arti suatu variabel dengan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variabel tersebut (Sarwono, 2006:12). Dalam penelitian kuantitatif, secara umum terdiri dari 2 (dua) variabel, yaitu variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen). Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah peranan perempuan pesisir dan yang menjadi variabel terikatnya yaitu daya tahan ekonomi keluarga 1.8.1 Bagan Operasional Variabel Variabel Bebas (X) Peranan perempuan pesisir Variabel Terikat (Y) Daya tahan ekonomi keluarga