Surat Cinta Untuk Bunda Oleh : Santi Widiasari Namaku nanda, lengkapnya Nanda Prastika. Aku tinggal di sebuah desa bersama seorang wanita paruhbaya yang biasa aku panggil dengan sebutan emak ijah. Hidup sendirian karena di tinggal oleh apak tak membuat emak menginginkan untuk membina rumah tangga dengan laki-laki lain. Kata emak, emak sangat mencintai apak. Walaupun ia bukanlah ibu kandungku, tapi emak sangat menyayangiku. Tahun ini aku sudah mulai duduk di bangku kelas 4 SD. Hampir setiap hari tetangga dan temantemanku mengejek dan mengolok-olok. Mereka selalu memanggilku dengan sebutan anak haram, anak tak punya ibu dan lainnya, sebutan yang membuat hatiku teriris dan menangis pilu. Setiap hari aku selalu membuat masalah dan keonaran. Mulai dari mencuri mangga di rumah tetangga, berkelahi, mencuri sandal di masjid, tidak pernah belajar dan sebagainya. Semua itu aku lakukan sebagai bentuk kekesalanku kepada bunda yang telah membuangku, kepada emak yang tak mau menceritakan asal-usulku, dan kepada Tuhan yang memberikan takdir ini untukku. Walaupun aku sangat bandel dan nakal, aku tidak pernah bolos sekolah. Karena kata emak sekolah itu sangat penting untukku, selain itu aku juga merasa kasihan kepada emak yang telah bersusah payah membiayai. 1
Sebenarnya aku sudah bilang kepada emak bahwa aku tidak mau bersekolah. Tapi emak masih memaksa dan mengancam akan meninggalkanku jika aku tidak mau bersekolah. emak tak bosan-bosannya menasehatiku bahwa sekolah adalah kegiatan penting dan yang harus aku kerjakan. **** Selamat pagi anak-anak, sapa ibu guru sambil memasuki ruang kelas. selamat pagi bu guru, jawab kami serentak. anak-anak, ada yang tau tidak sekarang hari apa?, Tanya bu guru dengan senyuman yang mengembang di bibirnya. hari selasa bu, jawabku dengan lantang. hari ibu, bu, jawab maya tak kalah semangat denganku. ya, 100 untuk maya. Anak-anak sekarang adalah hari ibu. Untuk membalas budi pengorbanan yang telah di lakukan oleh ibu, banyak hal yang bisa kita lakukan. Sebagai tanda cinta dan terimakasih kalian kepada ibu, maka tugas kalian di rumah adalah membuat surat untuk ibu. Kalian boleh menulis apa saja yang ingin kalian katakan kepada ibu kalian. Kemudian suratnya di berikan kepada ibunya masing-masing. Mengerti anak-anak?, Tanya bu guru. mengerti bu, balas kami dengan semangat. tapi bu, nanda khan gug tau siapa ibunya, gimana cara dia membalas budi bu? iya khan teman-teman, ha ha ha, suara rio dengan tawa lebarnya.
hust, rio. Kalau kita tidak membalas dengan perbuatan, maka balaslah dengan doa. Karena Tuhan pasti akan mendengar doa hambanya yang tulus. Tidak boleh bicara seperti itu lagi rio. sudah selesaikan tugas yang ibu berikan tadi, bentak bu rina. **** Dinginnya angin malam dan redupnya cahaya obor menjadi teman setiaku dalam mencorat-coret selembar kertas di tanganku. Aku tak tahu sudah berapa kertas yang aku remas-remas dan tergeletak di sampingku. Aku ingin menulis surat yang bagus untuk bundaku. Detik demi detik dan menit demi menit telah berlalu. Kertas yang semula putih tanpa goresan kini telah berubah menjadi kertas putih yang menjadi penjelmaan perasaan seorang anak yang sangat merindukan ibunya. Setelah kububuhkan tanda tanganku sebagai tanda aku telah menyelesaikan surat ini, aku mulai membaca secara perlahan surat ini mulai coretan pertama. Surat Cinta Untuk Bunda Teruntuk Bundaku Tercinta Assalamu alaikum Bunda. Bagaimana kabar bunda hari ini?. Aku harap bunda disana baik-baik saja, seperti nanda disini. Walaupun kita belum pernah berjumpa, tapi nanda 3
yakin bunda pasti memendam kerinduan mendalam seperti yang nanda rasakan hari ini. Bunda.. Pagi ini ibu guru menyuruh nanda dan teman-teman menulis surat untuk bundanya sebagai tanda cinta dan trimakasih kita. Suratnya boleh berisi semua yang ingin nanda sampaikan kepada bunda. Bunda Nanda ingin sekali berjumpa dengan bunda, nanda ingin melihat wajah bunda, nanda ingin mencium dan mendekap bunda, dan nanda ingin bersimpuh di kaki bunda sebagai tanda hormat nanda kepada bunda. Nanda tahu, bunda pasti sangat menyayangi nanda, buktinya bunda membiarkan nanda tumbuh dan mempertahankan nanda hingga nanda dapat melihat indahnya dunia. Tapi bunda, yang membuat nanda bingung adalah kenapa bunda membiarkan nanda sendirian?. Kenapa bunda tidak menemani nanda?. Kenapa bunda tidak mengijinkan nanda untuk merasakan dekapan dan belaian bunda?. Kenapa bunda tidak memberikan kesempatan kepada nanda untuk membalas semua pengorbanan bunda? Bunda Nanda ingin sekali berjumpa dengan wanita baik hati yang telah merelakan nanda tumbuh di dalam rahimnya selama sembilan bulan, wanita tangguh yang rela mempertaruhkan nyawanya untuk nanda. Tapi kenapa bunda tidak mengabulkannya?.
Ibu guru selalu berkata bahwa kasih ibu sepanjang masa. Jika kasih ibu sepanjang masa kenapa ibu meninggalkan nanda sendirian?, kenapa ibu membiarkan nanda menangis menahan rasa sakit, lapar, dan takut sendirian?, kenapa bunda tidak menemani nanda saat nanda membutuhkan bunda? Bunda Nanda ingin sekali seperti teman-teman nanda yang selalu mendapatkan kasih sayang yang tulus dari bundanya. Nanda ingin sekedar diantarkan kesekolah, di tunggu hingga pulang, di buatkan bekal dari rumah, nanda juga ingin sekali merasakan dekapan bunda ketika nanda kedinginan, dinyanyikan lagu sebelum nanda terlelap, dan mengusap air mata nanda ketika nanda menangis ketakutan. Nanda ingin sekali bunda memperlakukan nanda seperti itu bunda. Bunda. Hanya kasih sayang dan cinta yang nanda inginkan dari bunda. O iya bunda, kata ibu guru setelah menulis surat ini, nanda dan teman-teman di suruh untuk menyerahkannya kepada bundanya masing-masing. Tapi bunda, nanda tidak tau dimana bunda hari ini, sehingga nanda putuskan untuk menaruhnya di atas pohon jambu di depan rumah, kemudia nanda berdoa dan meminta kepada tuhan untuk menyampaikan surat ini kepada bunda. Bunda Jika tuhan sudah menyampaikan surat ini untuk bunda, nanda harap bunda dapat merasakan 5
dan mengabulkan semua permintaan nanda di atas. Sudah dulu yah bunda. Nanda sudah ngantuk, nanda mau tidur. Nanda sayang sekali sama bunda. I LOVE YOU BUNDA Salam cinta Nanda Prastika **** Di suatu malam ketika hendak tidur aku beranikan untuk bertanya pada emak. Awalnya tidak memiliki cukup keberanian, tapi rasa ingin tahuku jauh lebih besar dari segalanya. Dengan tubuh terlentang yang telah di balut dengan rajutan benang tebal sambil memeluk guling yang menutupi wajah, aku palingkan badanku membelakangi emak. mak, suaraku memecahkan keheningan. kenapa nan?, kamu belum tidur?, jawabnya dengan posisi yang saling membelakangiku, mak, sebenarnya nanda ini anak siapa sich mak?, kenapa nanda bisa tinggal bersama amak?, tanyaku beruntun. kamu itu bicara apa?, ini sudah malam, ayo tidur saja. Besok kamu harus bangun pagi., kilahnya sambil menutup seluruh tubunya dengan kain tebalnya.