LAPORAN PRAKTIKUM. ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PRAKTIKUM 03 ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga

ph = pk a + log ([A - ]/[HA])

LAPORAN PRAKTIKUM 2. : Magister Ilmu Biolmedik : ph meter, persiapan larutan penyangga Tanggal pelaksanaan : 10 Maret 2015

LAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM 03 ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA, DAN PENGENCERAN

H 2 PO 4 H + + HPO 4 [H + ] [HPO 4 2- ] [H 2 PO 4 - ] K a = kalau disusun kembali... [H + ] = K a [H 2 PO 4 [HPO 4 2- ] bila diuraikan didapat rumus

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

KESEIMBANGAN ASAM BASA

LAPORAN PRATIKUM II PRATIKUM PH METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM 2 BM 506. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

: Kirana patrolina sihombing

LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN

Praktik Biomedik 506 Ketrampilan Dasar Laboratorium. Laporan Praktikum ph Meter, Buffer dan Pengenceran

Laporan Praktikum 3. ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM 2 ph METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : Kamis, 31 Maret 2016

PRAKTIKUM 3 : PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA, PENGENCERAN STOK GLUKOSA. Oleh : Henny Erina Saurmauli Ompusunggu. Jekson Martiar Siahaan

PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA DAN PENGENCERAN GLUKOSA

: Kirana patrolina sihombing

Laporan Praktikum 3. Praktikum 3 : ph meter, Persiapan larutan penyangga, Pengenceran stok glukosa. Oleh : Rebecca Rumesty L dan Jimmy

Laporan Praktikum ph Meter, Persiapan Larutan Penyangga

LAPORAN PRAKTIKUM 3 ph METER, BUFFER, dan PENGENCERAN DISUSUN OLEH : MARIA LESTARI DAN YULIA FITRI GHAZALI Kamis 04 Oktober s/d 16.

PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA, PENGENCERAN STOK GLUKOSA Oleh: Melviana Aditya Candra

Laporan Praktikum ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga

PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA DAN PH METER

LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN

LAPORAN PRAKTIKUM 2:

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006.

TUGAS KIMIA SMA NEGERI 1 BAJAWA TITRASI ASAM BASA. Nama : Kelas. Disusun oleh:

KONTROL KEASAMAN LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori :

PERCOBAAN 3 REAKSI ASAM BASA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR LARUTAN BUFFER

Nova Nurfauziawati Kelompok 11A V. PEMBAHASAN

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi.

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

TEKNIK DASAR: PIPET, TIMBANGAN, PEMBUATAN LARUTAN

TEKNIK DASAR: PIPET, TIMBANGAN, PEMBUATAN LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK DASAR : PIPET, TIMBANGAN, PEMBUATAN LARUTAN

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

LAPORAN PRAKTIKUM 1 TEKNIK DASAR: PIPET, TIMBANGAN, PEMBUATAN LARUTAN

Metodologi Penelitian

TEKNIK DASAR: PIPET, TIMBANGAN, PEMBUATAN LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK DASAR : PIPET, TIMBANGAN, PEMBUATAN LARUTAN

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK DASAR : PIPET, TIMBANGAN, PEMBUATAN LARUTAN

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

TEKNIK DASAR: PIPET, TIMBANGAN, PEMBUATAN LARUTAN

TEKNIK DASAR PENGGUNAAN TIMBANGAN MANUAL DAN DIGITAL PENGGUNAAN TIMBANGAN MANUAL

I. LARUTAN BUFFER. 1. Membuat Larutan Buffer 2. Mempelajari Daya Sanggah Larutan Buffer TINJAUAN PUSTAKA

Soal Latihan UTS Mata Kuliah Ketrampilan Dasar Laboratorium Biomedik 2011

TEKNIK DASAR LABORATORIUM: PIPET; TIMBANGAN; PEMBUATAN LARUTAN.

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

A. TEKNIK DASAR PENGGUNAAN TIMBANGAN MANUAL DAN DIGITAL

Penentuan parameter kualitas air secara kimiawi. oleh: Yulfiperius

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan

NAMA PRAKTIKAN : Yuliandriani Wannur Azah ( ) Rahmiwita ( ) Irma Yanti ( )

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan November Februari 2014.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM TEKNIK DASAR : TIMBANGAN, PIPET DAN PEMBUATAN LARUTAN IRA ASTUTI HASIBUAN PROGRAM STUDI MAGISTER BIOMEDIK FK USU

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

Oleh : Melya Susanti Kelompok: melya susanti dan Islah wahyuni Selasa, 3 maret 2015

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

Menyiapkan tabung reaksi yang bersih dan kering. Setelah itu dipipet 5 ml reagen benedict lalu dimasukkan kedalam tabung.

Lampiran 2.2 (Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS

LAPORAN PRAKTIKUM I TEKNIK DASAR : PIPET, TIMBANGAN, PEMBUATAN LARUTAN HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : Kamis, 17 Maret 2016

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

DERAJAT KEASAMAN (ph)

LAPORAN PRAKTIKUM 2 TEKNIK DASAR : PIPET, TIMBANGAN, PEMBUATAN LARUTAN DISUSUN OLEH : JEKSON MARTIAR SIAHAAN DAN MARIA LESTARI

BAB I PRAKTIKUM ASIDI AL-KALIMETRI

Transkripsi:

LAPORAN PRAKTIKUM ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga Oleh : Adenin Dian Musrifani (147008020) Islah Wahyuni (147008024) Tanggal Praktikum : Selasa, 10 Maret 2015 A. Tujuan: 1. Mampu menggunakan alat ukur ph meter. 2. Mampu mengukur ph dari sebuah larutan dengan menggunakan ph meter. 3. Mampu membuat buffer dari sebuah larutan. 4. Mampu dalam membuat perhitungan, pembuatan dan penggunaan larutan stok 5. Mampu melakukan pengenceran sebuah larutan glucosa 6. Mampu membuat dan menginterprestasikan grafik B. Teori dasar ph dan larutan buffer Teori dasar: ph merupakan skala yang menunjukkan kadar hidrogen dalam suatu larutan yaitu: ph = -log[h+] Nilai ph yang paling rendah adalah ph = 0 ([H+] sangat tinggi atau dalam kata yang lain larutan sangat asam) dan nilai ph yang paling tinggi adalah ph = 14 ([H+] sangat sedikit atau dalam kata yang lain larutan sangat alkali). Nilai ph H2O yang murni sama dengan 7 dan larutan lain yang bernilai ph = +/- 7 disebut larutan netral. Pada darah dan cairan ekstraselular sistem buffer bikarbonat (H2CO3 HCO3- + H+) merupakan sistem buffer terpenting. Pada urin, ion amonia (NH3) dan amonium (NH4+) berfungsi sebagai sistem buffer, dan ph intraselular diatur terutama oleh anion fosfat ( H2PO4-) dan protein. Semua reaksi biokimiawi terjadi di dalam larutan, dan umumnya reaksi biokimiawi sangat dipengaruh oleh keasaman lingkungan/larutan tersebut. Yang demikian oleh karena bentuk (yaitu konfigurasi 3-dimensi) molekul protein tergantung pada interaksi asam amino pada strukurnya tertier. Semua asam amino bermuatan positif/negative atau netral pada ph tertentu. Kalau ph diubahkan sifat muatan asam amino berubah pula serta konfigurasi protein. Ketika bentuk protein berubah pasti aktivitas protein tersebut (yang berfungsi sebagai enzim, reseptor, protein pembawa atau fungsi yang lain) akan

dipengaruhi. Jadi ketika kita melakukan penelitan yang termasuk reaksi biokimiawi, caranya untuk mempertahankan ph pada tingkat yang tepat perlu dipikirkan. Lihatlah sistem buffer fosfat sebagai contoh. Sistem buffer fosfat terdiri dari ion dihidrogen fosfat (H2PO4-) yang merupakan pemberi hidrogen (asam) dan ion hidrogen fosfat (HPO42-) yang merupakan penerima hidrogen (basa). Kedua-duanya ion tersebut berada dalam keseimbangan dan hubungannya bisa ditulis sebagai rumus berikutnya: H2PO4- H+ + HPO42- Ketika ion-ion hidrogen ditambah dalam larutan yang ditahankan oleh buffer fosfat, keseimbangan yang di atas akan ke arah kiri (yaitu, ion H+ yang kelebihan akan bereaksi dengan ion hidrogen fosfat dan menghasilkan ion dihidrogen fosfat). Ketika larutan semakin alkali (basa) keseimbangan yang di atas akan ke arah kanan (yaitu, ion OH- yang kelebihan akan bereaksi dengan ion hidrogen dan menghasilkan air). Konstan keseimbangan (Ka) untuk buffer fosfat adalah: Ka = [H +] [HPO42- ] [H2PO4- C. Alat dan bahan : Stel dan klem Pipet Mohr Aquades 0,25 M Na2HPO4 Kertas Timbangan Pipet Otomatik Tabung Reaksi Larutan 5% glukosa ph meter Otomatik Stirrer Rak Tabung Water Bath Reagensia Benedict Pipet tetes Spidol Natrium bikarbonat NaHCO3 Aseton Thinner Kolum Beaker 0,25 M NaH2PO4 D. Cara Kerja 1. Persiapan Buffer dan Titrasi : Ukuran ph 0.25M larutan Na2HPO4 = 8,6 Ukuran ph 0.25M larutan NaH2PO4 = 4,41 Hasil kerja : Volume 0.25M Na2HPO4 (ph = 9) yang dipakai adalah 40 ml, ditambah 4 ml 0.25M NaH2PO4, maka ph larutan menjadi 6,8.

Tabel 1 : Ringkasan hasil pembuatan buffer fosfat ph bertujuan Volume 0,25 Volume 0,25 Volume 0,125M buffer posphat NaH2po4 NaH2po4 yang disiapkan 6,3 51.5 ml 37 ml 177 6,8 40 ml 6.5 ml 93 7,0 40 ml 5.5 ml 91 7,5 40 ml 1,5 ml 83 7,8 40 ml 1.2 ml 82.5 Perhitungan volume larutan Buffer Posphat V1.M1=V2.M2 a. (51,5 ml+37 ml)0,25=v2.0,125 M2 = 40 +37)0,25/0,125 M2 = 177 ml b. (40 ml+6,5 ml)0,25=v2.0,125 M2 = 40 ml+6,5 ml)0,25/0,125 M2 = 93 ml c. (40 ml+5,5)0,25=v2.0,125 M2 = 40 ml+5,5)0,25/0,125 M2 = 91 ml d. (40 ml+1,5 ml)0,25=v2.0,125 M2 = 40 ml+1,5 ml)0,25/0,125 M2 = 83 ml e. (40 ml+1,2 ml)0,25=v2.0,125 M2 = 40 ml+1,2 ml)0,25/0,125 M2 = 82,5 ml

volume NaH2PO4 "Grafik Volume 0.25 M NaH2PO4" 40 35 30 25 20 Volume 0.25 M NaH2PO4 15 10 5 0 ph 6.3 6.8 7 7.5 ph Tujuan Grafik 1.Perubahan ph larutan buffer. Kesimpulan : a. Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa Penambahan volume atau titrasi yang dilakukan ditentukan oleh tercapai atau tidaknya ph larutan sesuai dengan yang diharapkan. b. Perhitungan volume buffer phospat juga bervariasi antara kelompok bergantung pada jumlah volume Na2HPO4 yang ditambahkan dan kosentrasinya. 2. Latihan Pengenceran : Pembahasan : 1. Hasil dari perhitungan pengenceran larutan glukosa 5% di atas adalah sebagai berikut a) Tabung I 1 : 10 larutan 5% glukosa = 1/11 x 2 ml = 0,18 ml glukosa 5% + 1,82 ml akuades Konsentrasi : C2 = C1 x V1/V2 = 5 x 0,18/2 = 0,45 % b) Tabung II 2 : 3 larutan 5% glukosa = 2/5 x 2 ml = 0,8 ml glukosa 5% + 1,2 ml akuades Konsentrasi : C2 = C1 x V1/V2 = 5 x 0,8/2 = 2 % c) Tabung III 0,1X larutan 5% glukosa = 1/10 x 2 ml = 0,2 ml glukosa + 1,8 ml akuades Konsentrasi : C2 = C1 x V1/V2 = 5 x 0,2/2 = 0,5 % d) Tabung IV 0,01X larutan 5% glukosa = 1/10 x 2 ml = 0,2 ml tabung III (0,1X larutan 5% glukosa) + 1,8 ml akuades

Konsentrasi : C2 = C1 x V1/V2 = 0,5 x 0,2/2 = 0,05 % e) Tabung V 0,001X larutan 5% glukosa = 1/10 x 2 ml = 0,2 ml tabung IV (0,01X larutan 5% glukosa) + 1,8 ml akuades Konsentrasi : C2 = C1 x V1/V2 = 0,05 x 0,2/2 = 0,005 % f) Tabung VI 0,3X larutan 5% glukosa = 1/3 x 2 ml = 0,67 ml glukosa 5% + 1,33 ml akuades Konsentrasi : C2 = C1 x V1/V2 = 5 x 0,67/2 = 1,675 % g) Tabung VII 0,03X larutan 5% glukosa = 1/10 x 2 ml = 0,2 ml tabung VI (0,3X larutan 5% glukosa) + 1,8 ml akuades Konsentrasi : C2 = C1 x V1/V2 = 1,675 x 0,2/2 = 0,1675 % h) h. Tabung VIII 0,003X larutan 5% glukosa = 1/10 x 2 ml = 0,2 ml tabung VII (0,03X larutan 5% glukosa) + 1,8 ml akuades Konsentrasi : C2 = C1 x V1/V2 = 0,1675 x 0,2/2 = 0,01675 % i) Tabung IX faktor 2 larutan 5% glukosa = 1/2 x 2 ml = 1 ml glukosa 5% + 1 ml akuades Konsentrasi : C2 = C1 x V1/V2 = 5 x 1/2 = 2,5 % j) Tabung X faktor 4 larutan 5% glukosa = 1/2 x 2 ml = 1 ml tabung IX (faktor 2 larutan 5% glukosa) + 1 ml akuades Konsentrasi : C2 = C1 x V1/V2 = 2,5 x 1/2 = 1,25 % k) Tabung XI faktor 8 larutan 5% glukosa = 1/2 x 2 ml = 1 ml tabung X (faktor 4 larutan 5% glukosa) + 1 ml akuades Konsentrasi : C2 = C1 x V1/V2 = 1,25 x 1/2 = 0,625 % l) Tabung XII faktor 16 larutan 5% glukosa = 1/2 x 2 ml = 1 ml tabung XI (faktor 8 larutan 5% glukosa) + 1 ml akuades Konsentrasi : C2 = C1 x V1/V2 = 0,625 x 1/2 = 0,3125 % 2. Interpretasi pemeriksaan dengan larutan benedict adalah sebagai berikut : warna : biru jernih; penilaian : negatif; kadar konsentrasi : 0 warna : hijau/kuning hijau; penilaian : +; kadar konsentrasi : <0,5% warna : kuning/kuning kehijauan; penilaian : ++; kadar konsentrasi : 0,5-1,0% warna : jingga; penilaian : +++; kadar konsentrasi : 1,0-2,0% warna : merah (ada endapan); penilaian : ++++; kadar konsentrasi : >2,0%

Berdasarkan hasil diatas maka tabung 1,3,4,5,7,8,11,12 tidak sesuai dengan interpretasi pemeriksaan dengan larutan benedict yang seharusnya, sedangkan tabung 2,6,9,10 tidak sesuai dengan Interpretasi pemeriksaan dengan larutan benedict yang seharusnya. Pemeriksaan pengenceran dengan reaksi Benedict Cara kerja ; a. Menyediakan 12 buah tabung reaksi dan tandai dengan spidol sesuai dengan pengenceran urutan diatas b. Masukkan 5 ml larutan benedict pada masing-masing tabung c. Kemudian masing-masing tabung ditambahkan 8 tetes larutan glukosa yang telah diencerkan. d. Setelah itu dikocok hingga homogen,tambah 8 tetes larutan glukosa yang telah diencerkan. e. dipanaskan dengan air mendidih selama 5 menit. f. Biarkan dingin dan perhatikan reaksinya g. Tulis hasil pengamatan pada table. Tabung Pengenceran 5% Glukosa Tabel 2. Hasil pengenceran stok glukosa Konsentrasi Yang Diprediksikan Hasil Pemeriksaan Benedict (Warna) Interpretasi Hasil Sesuai Atau Tidak Dengan Konsentrasi Yang Diprediksikan Tidak sesuai 1 1 : 10 0,45 % biru ada endapan 2 2 : 3 2 % biru ada endapan sesuai 3 0,1X 0,5 % biru Tidak sesuai 4 0,01X 0,05 % biru tidak sesuai 5 0,001X 0,005 % biru ada endapan tidak sesuai 6 0,3X 1,675 % biru ada endapan sesuai 7 0,03X 0,1675 % biru ada endapan tidak sesuai 8 0,003X 0,01675 % biru tidak sesuai 9 Pada faktor 2 2,5 % biru ada endapan sesuai 10 Pada faktor 4 1,25 % biru ada endapan sesuai 11 Pada faktor 8 0,625 % biru ada endapan Tidak sesuai 12 Pada faktor 16 0,3125 % biru ada endapan tidak sesuai

Warna Penilaian Kadar kh (khusus reaksi Benedict) Biru Jernih Negatif 0 Hijau/kuning hijau + < 0,5% Kuning/Kuning Kehijauan ++ 0,5 1,0% Jingga +++ 1,0 2,0% Merah (Ada Endapan) ++++ >2.0% INTERPRETASI E. Kesimpulan 1. Dari percobaan pengukuran ph larutan Na2HPO4 perlu diperhatikan teknik ketepatan penggunaan alat (ph meter) agar hasil ukur yang diperoleh lebih akurat. Karena apabila penggunaan alat tidak tepat dapat memepengaruhi hasil ukur yang salah (misalnya: Probe menyentuh dinding/dasar wadah larutan yang diukur ph nya). 2. Segera setelah larutan digunakan,pastikan botol penyimpanannya tertutup sebagai upaya pencegahan berubahnya ph larutan 3. Pada percobaan reaksi buffer diperlukan perhatian dalam proses penambahan larutan buffer yang tepat sehingga diperoleh hasil ukur ph (akurasi) yang diinginkan 4. Untuk latihan percobaan pengenceran ketepatan perhitungan konsentrasi larutan sangat dibutuhkan karena apabila perhitungan tidak tepat maka hasil yang diencerkan akan salah. Dan juga dibutuhkan teknik ketepatan penggunaan pipet mohr untuk menunjang akurasi dalam pengenceran larutan. 5. Untuk latihan percobaan pengenceran benedict ditemukan hasil interpretasi yang tidak sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan, hal ini mungkin disebabkan Pipet tetes yang digunakan kurang memenuhi standar (karet penjepit tidak konstans), sehingga volume pertetes lebih atau kurang dari seharusnya. F. Saran 1. Kepada praktikan selanjutnya dianjurkan untuk lebih memahami prosedur kerja percobaan agar dapat diperoleh interpretasi yang lebih akurat pada setiap percobaan. 2. Dalam percobaan pengenceran glukosa, mungkin bias ditambahkan uji glukosa lainnya yang dapat memberikan gambaran hasil yang lebih akurat. 3. Untuk praktikum selanjutnya agar disediakan jumlah tabung dan peralatan lain yang lebih banyak agar sehingga mempermudah pelaksanaan praktikum oleh semua praktikan. 4. Dianjurkan juga agar tetap memperhatikan kesiapan alat yang layak digunakan sebelum percobaan dimulai, dengan cara terlebih dahulu melakukan kalibrasi terhadap alat-alat yang digunakan sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan akurasi yang diharapkan.