BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. memprediksi dan menjelaskan bagaimana pengguna teknologi menerima dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori terdiri dari Technology Acceptance Model (TAM), Task

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. 1. Teori Technology Acceptance Model (TAM)

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teknologi untuk meningkatkan pelayanannya. Teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara dalam bentuk pajak merupakan sumber pembiayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk membiayai berbagai keperluan pemerintah dan pembangunan, antara

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan e-government merupakan upaya pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjabarkan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan salah satu komponen penting dan sumber utama pada penerimaan

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. dan mempertimbangkan akibat dari tindakan mereka. Ajzen. pertimbangan tersebut akan membentuk intensi untuk melakukan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. reformasi perpajakan, dimana reformasi perpajakan tersebut dapat berupa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. informasi fungsional, yaitu sistem-sistem yang diterapkan di fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. bentuk elektronik (e-filing). E-filing adalah suatu cara penyampaian SPT Tahunan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menggunakan perangkat mobile serta jaringan nirkabel (Ayo et al., 2007). Jonker

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis et al. (1989) menyebutkan bahwa TAM

Analisis Penerimaan Layanan E-Filing Dalam Pelaporan SPT Tahunan Menggunakan Pendekatan Technology Acceptance Model (Tam) 2 Di KPP Pratama Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. manual (kertas). Pengumpulan data secara manual dapat mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi yang semakin berkembang pesat dibelahan dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI EMPIRIS PADA PENGGUNAAN APLIKASI PAJAK : INTEGRASI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Technology Acceptance Model (TAM) diadopsi dari model The Theory of

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan terbesar negara yang digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. TAM (Technology Acceptance Model) merupakan salah satu teori adaptasi dari TRA (Theory of Reasoned

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pengertian Pemasaran Pengertian Manajemen Pemasaran Pengertian Jasa

BAB III LANDASAN TEORI. A. Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) Model ini menggabungkan delapan model sekaligus, yaitu:

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemungutan pajak dengan metode self assessment yang telah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dan informasi kepada pelanggannya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membayar pajak. Seperti yang dikatakan oleh Sakti (2015: 2 ) bahwa

Judul : Penerapan Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 untuk Menjelaskan Minat dan Penggunaan Mobile Banking

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan negara tersbesar ini dapat dilihat dalam RAPBN sebesar Rp

BAB I PENDAHULUAN. muka. Fenomena ini yang kemudian dapat dilihat dalam bisnis e-commerce yang

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penerimaan pajak memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara yaitu baik dari segi pembangunan masyarakat, kesejahteraan, keamanan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

ANALISIS NIAT PENGGUNAAN E-FILING DI PT X DAN PT Y SURABAYA DENGAN STRUCTURAL EQUATION MODELING

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak saat ini berperan dalam kesejahteraan masyarakat di Indonesia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penilitian terdahulu mengenai technology acceptance model dan situs jejaring

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pikkarainen et al. (2004: 204) mendefinisikan E-banking sebagai sebuah

BAB 1 PENDAHULAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. proses bisnis. Teknologi informasi adalah seperangkat alat untuk membantu

II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Internet sudah menjadi alat komunikasi online yang sangat penting

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang berkualitas merupakan informasi yang strategis untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. internet untuk menunjang pekerjaan mereka (Widyadinata, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya teknologi, membuat Direktorat Jendral Pajak (DJP) mengambil suatu kebijakan untuk

ANALISIS AWAL PENERIMAAN APLIKASI E-KRS MENGGUNAKAN PENDEKATAN TAM (TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL)

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat di bidang teknologi informasi. Berbagai lapisan. menggunakan teknologi sebagai alat untuk memperoleh, mengolah dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (hardware) dan perangkat lunak (software) memberikan kekuatan untuk mengelola

BAB I PENDAHULUAN. Pajak dipungut melalui pemerintah daerah maupun pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. rakyat baik dari segi materill maupun spiritual. Merealisasikan tujuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pengembangan sistem informasi (Venkatest et al, 2003).

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Bab 2. Landasan Teori

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. fungsi standar menjadi hadirnya sebuah telepon seluler pintar atau smartphone

Kajian Mengenai Penerimaan Teknologi dan Informasi Menggunakan Technology Accaptance Model (TAM)

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan tentang Peradilan Agama di Jawa dan Madura (Staatsblad Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hlm Jogiyanto, Sistem Informasi Keperilakuan Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi, Tahun 2009, hlm 111.

Model-Model User Acceptance

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk kelangsungan sistem pemerintahan suatu negara. Pembayaran

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan sistem teknologi informasi merupakan salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penghitungan jumlah pajak yang terutang (Mardiasmo, 2011).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara yang dapat

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fokus utama penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB Latar Belakang

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERANCANGAN MODEL PENERIMAAN LAYANAN SMS TRACKING PT XYZ WILAYAH KOTA PALEMBANG

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. Surabaya Barat tepatnya di Jl. Raya Kendung Kelurahan Sememi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini menjadikan internet sebagai bagian penting

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara yang bersumber dari pajak sejak tahun selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adapun definisi pajak menurut Soemitro dalam buku Resmi (2013:1),

Septian Ananggadipa Dr. Endang Kiswara, S.E., M.Si., Akt. Universitas Diponegoro

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Technology Acceptance Model (TAM) Technology Acceptance Model (TAM) merupakan sebuah teori Sistem Informasi yang menjabarkan bagaimana pengguna menerima dan mau menggunakan teknologi yang baru. Beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan mereka mengenai bagaimana dan kapan mereka mau menggunakan teknologi tersebut, terutama : Davis (1989) mengemukakan bahwa Perceived Usefulness (PU) merupakan suatu tingkat kepercayaan seseorang terhadap suatu teknologi, bahwa orang yang menggunakan sistem tersebut akan menambah kinerja dalam menjalankan pekerjaannya. Davis (1989) juga mengemukakan bahwa Perceived Ease-of-Use (PEOU) merupakan suatu tingkat kepercayaan seseorang terhadap suatu teknologi, bahwa orang yang menggunakan sistem tersebut akan terbebas dari suatu upaya yang berbelit-belit. Ajzen dan Fishbein (1975) mengemukakan bahwa TAM sangat berpengaruh terhadap Theory of Reasoned Action (TRA). Namun dalam literaturnya teori ini dibentuk oleh Fred Davis dan Richard Bagozzi (Davis, 1989; Bagozzi, Davis &Warshaw, 1992). TAM banyak merubah ukuran perilaku TRA dengan menggunakan dua teknologi pengukuran penerimaan 7

8 Ease of Use dan Usefulness. TRA dan TAM, keduanya mempunyai dasar perilaku asumsi yang kuat ketika seseorang membentuk niat untuk bertindak dan mereka akan bertidak secara bebas tanpa adanya batasan. Pada teori TAM, seseorang yang mengadopsi suatu teknologi, umumnya ditentukan oleh proses kognitif yang bertujuan untuk memuaskan pengguna dan untuk meningkatkan serta memaksimalkan teknologi itu sendiri. Ada 5 konstruk utama dalam pembentukan TAM, yaitu : 1. Kegunaan Persepsian (Perceived Usefulness) Jogiyanto (2007) mengemukakan bahwa Kegunaan Persepsian (Perceived Usefulness) sebagai sejauhmana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaannya. Kemanfaatan penggunaan TI dapat diketahui dari kepercayaan pengguna TI dalam memutuskan penerimaan TI, dengan satu kepercayaan bahwa penggunaan TI tersebut memberikan kontribusi positif bagi penggunanya. Davis (1986) mengemukakan bahwa pengukuran konstruk kegunaan (usefulness) terdiri dari : a) Menjadikan pekerjaan lebih cepat (work more quickly), b) Bermanfaat (useful), c) Menambah produktifitas (increase productivity), d) Mempertinggi efektifitas (enhance effectiveness) dan e) Mengembangkan kinerja pekerjaan (Improve Job Performance). 2. Kemudahan Penggunaan Persepsian (Perceived Ease of Use)

9 Kemudahan penggunaan (ease of use) didefinisikan sebagai sejauhmana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas dari usaha (Jogiyanto, 2007:114). Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kemudahan penggunaan akan mengurangi usaha (baik waktu dan tenaga) seseorang didalam mempelajari komputer. Pengguna TI mempercayai bahwa TI yang lebih fleksibel, mudah dipahami dan mudah pengoperasiannya (compatible) sebagai karakteristik kemudahan penggunaan. Davis (1986) memberikan beberapa indikator konstruk kemudahan penggunaan, yaitu : a) Kemudahan untuk dipelajari (easy to learn), b) Controllable, c) Clear & understable, d) Flexible, e) Keterampilan menjadi bertambah (easy to become skillful), f) Mudah digunakan (easy to use). 3. Sikap Terhadap Perilaku (Attitude toward Behaviour) Sikap terhadap perilaku (attitude toward behaviour) didefinisikan oleh Davis, et al (1989) sebagai perasaan positif atau negatif seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukan. Beberapa penelitian menunjukkan sikap (attitude) berpengaruh secara positif terhadap minat berperilaku (behavioral intention). Akan tetapi, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa sikap (attitude) tidak berpengaruh signifikan terhadap

10 minat berperilaku, sehingga sebagian penelitian tidak memasukkan konstruk sikap di dalam model. 4. Minat Perilaku (Behavioral Intention) Minat perilaku adalah suatu keinginan (minat) seseorang untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Seseorang akan melakukan suatu perilaku jika mempunyai keinginan atau minat untuk melakukannya (Jogiyanto, 2007:116). Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa minat perilaku merupakan prediksi terbaik dari penggunaan teknologi oleh pemakai sistem. 5. Perilaku (Behaviour) Perilaku (behaviour) adalah tindakan yang dilakukan seseorang. Dalam konteks penggunaan sistem teknologi informasi, perilaku (behaviour) adalah penggunaan sesungguhnya (actual usage) dari teknologi (Jogiyanto, 2007:117). Di dalam berbagai penelitian karena penggunaan sesungguhnya tidak dapat diobservasi oleh peneliti yang menggunakan daftar pertanyaan, maka penggunaan sesungguhnya ini banyak diganti dengan nama pemakaian persepsian (perceived usage). Davis (1989) menggunakan penggunaan yang sesungguhnya, sedangkan Igbaria, et al (1995) menggunakan pengukuran pemakaian persepsian (perceived usage) yang diukur sebagai jumlah waktu yang digunakan untuk berinteraksi dengan suatu teknologi dan frekuensi penggunaannya.

11 GAMBAR 2.1 TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) Sumber : Davis (1989) 2. Theory of Reasoned Action atau Teori Aksi Rencana Theory of Reasoned Action (TRA) adalah suatu teori yang berhubungan dengan sikap dan perilaku individu dalam melaksanakan kegiatan. Fishbein dan Ajzen (1975) mengemukakan teori tindakan beralasan adalah teori yang menjelaskan bahwa minat dari seseorang untuk melakukan (atau tidak melakukan) suatu perilaku merupakan penentu langsung dari tindakan atau perilaku. Seseorang akan memanfaatkan atau menggunakan SI dengan alasan bahwa sistem tersebut akan menghasilkan manfaat bagi dirinya. TRA berpendapat bahwa perilaku individu didorong oleh niat perilaku, dimana niat perilaku adalah fungsi dari sikap individu terhadap perilaku dan norma subyektif seputar kinerja perilaku. Sikap terhadap perilaku didefinisikan sebagai perasaan positif atau negatif individu tentang melakukan perilaku. Hal ini ditentukan melalui penilaian keyakinan seseorang mengenai konsekuensi yang timbul dari perilaku dan evaluasi keinginan konsekuensi tersebut. Secara formal sikap keseluruhan dapat dinilai sebagai jumlah dari penilaian

12 konsekuensi x keinginan individu untuk semua konsekuensi yang diharapkan dari perilaku. Norma subyektif didefinisikan sebagai persepsi individu dari apakah orang-orang penting untuk individu berpikir perilaku harus dilakukan. Kontribusi pendapat setiap rujukan yang diberikan ditimbang dengan motivasi bahwa seseorang harus mematuhi keinginan rujukan itu. Oleh karena itu, norma subyektif secara keseluruhan dapat dinyatakan sebagai jumlah dari persepsi penilaian x motivasi individu untuk semua acuan yang relevan. Fishbein dan Ajzen (1975) mengemukakan bahwa teori tindakan beralasan menjelaskan tahapan manusia melakukan perilaku. Pada tahap awal, perilaku diasumsikan ditentukan oleh minat. Pada tahap berikutnya minat dapat dijelaskan dalam bentuk sikap terhadap perilaku dan norma-norma subyektif. Tahap ketiga mempertimbangkan sikap dan norma subyektif dalam bentuk kepercayaan-kepercayaan tentang konsekuensi melakukan perilakunya dan tentang ekspektasi-ekspektasi normatif dari orang yang direferensi (referent) yang relevan. Secara keseluruhan, berarti perilaku seseorang dapat dijelaskan dengan mempertimbangkan kepercayaankepercayaannya. Menurut Pratama (2008) Theory of Reasoned Action (TRA) adalah model khusus yang telah terbukti berhasil untuk memprediksi dan menjelaskan tentang perilaku seseorang dalam memanfaatkan suatu teknologi dengan beragam bidang.

13 GAMBAR 2.2 THEORY OF REASONED ACTION (TRA) Sumber : Fishbein & Ajzen (1975) 3. Theory of Planned Behavior (TPB) Pengembangan lebih lanjut dari TRA adalah Theory of Planned Behavior (TPB). Di dalam TPB, Ajzen (1988) menambahkan variabel yang belum ada dalam TRA, yaitu kontrol perilaku yang dipersepsikan (perceived behavioral control). Variabel ini ditambahkan untuk memahami keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu. Dengan kata lain, dilakukan atau tidak dilakukannya suatu perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap dan norma subjektif, tetapi juga persepsi individu terhadap kontrol yang dapat dilakukannya yang bersumber pada keyakinannya terhadap kontrol tersebut (control beliefs). Secara lebih lengkap Ajzen (2005) menambahkan faktor latar belakang individu ke dalam TPB. Model Teori Planned Behavior (Perilaku yang direncanakan) mengandung beberapa variabel, antara lain : 1. Keyakinan Perilaku (Behavioral Belief) yaitu hal-hal yang diyakini oleh individu mengenai sebuah perilaku dari segi positif dan negatif, sikap terhadap perilaku atau kecenderungan untuk bereaksi secara afektif

14 terhadap suatu perilaku, dalam bentuk suka atau tidak suka pada perilaku tersebut. 2. Keyakinan Normatif (Normative Beliefs), yang berkaitan langsung dengan pengaruh lingkungan yang secara tegas dikemukakan oleh Lewin dalam Field Theory. Pendapat Lewin ini juga ditegaskan oleh Ajzen melalui TPB. Ajzen (2005) mengemukakan bahwa faktor lingkungan sosial khususnya orang-orang yang berpengaruh bagi kehidupan individu dapat mempengaruhi keputusan individu. 3. Norma Subjektif (Subjective Norm) adalah sejauh mana seseorang memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan orang terhadap perilaku yang akan dilakukannya (Normative Belief). Kalau individu merasa itu adalah hak pribadinya untuk menentukan apa yang akan dia lakukan, bukan ditentukan oleh orang lain disekitarnya, maka dia akan mengabaikan pandangan orang tentang perilaku yang akan dilakukannya. Fishbein & Ajzen (1975) menyebutnya sebagai motivation to comply untuk menggambarkan fenomena ini, yaitu apakah individu mematuhi pandangan orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya atau tidak. 4. Keyakinan bahwa suatu perilaku dapat dilaksanakan (Control Beliefs) diperoleh dari berbagai hal, pertama adalah pengalaman melakukan perilaku yang sama sebelumnya atau pengalaman yang diperoleh karena melihat perilaku orang lain (misalnya teman, orang tua) sehingga ia memiliki keyakinan bahwa ia pun akan dapat melaksanakannya. Selain

15 pengetahuan, keterampilan dan pengalaman, keyakinan individu mengenai suatu perilaku ditentukan juga oleh tersedianya fasilitas untuk melaksanakannya, waktu yang tersedia untuk melaksanakan perilaku tersebut dan memiliki kemampuan untuk mengatasi setiap kesulitan yang menghambat pelaksanaan perilaku. 5. Persepsi Kemampuan Mengontrol (Perceived Behavioral Control), yaitu keyakinan (beliefs) bahwa individu pernah melaksanakan atau tidak pernah melaksanakan perilaku tertentu, individu memiliki fasilitas waktu dan fasilitas untuk melakukan suatu perilaku, kemudian individu menilai kemampuan dirinya apakah dia punya kemampuan atau tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan perilaku itu. Kondisi ini oleh Ajzen disebut dengan persepsi kemampuan mengontrol (perceived behavioral control). Niat untuk melakukan perilaku (intention) adalah kecenderungan seseorang untuk memilih melakukan atau tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Niat ini dipengaruhi oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku tertentu dan sejauh mana mendapat dukungan dari orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya. 6. Latar Belakang (Background Factors), seperti : usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, suasana hati, sifat kepribadian serta pengetahuan akan mempengaruhi sikap dan perilaku individu terhadap sesuatu hal. Faktor latar belakang pada dasarnya adalah sifat yang hadir di dalam diri seseorang, yang dalam model Kurt Lewin dikategorikan ke dalam aspek

16 O (organism). Di dalam kategori ini Ajzen memasukkan tiga faktor latar belakang, yakni Personal, Sosial dan Informasi. Faktor personal adalah sikap umum seseorang terhadap sesuatu, sifat kepribadian (personality traits), nilai hidup (values), emosi dan kecerdasan yang dimilikinya. Faktor sosial antara lain adalah usia, jenis kelamin (gender), etnis, pendidikan, penghasilan dan agama. Faktor informasi adalah pengalaman, pengetahuan dan ekspos pada media. GAMBAR 2.3 THEORY PLANNED BEHAVIOR (TPB) Sumber : Icek Ajzen (1985 & 1991) 4. Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) UTAUT merupakan salah satu model penerimaan teknologi terkini yang dikembangkan oleh Venkatesh, dkk. Model ini disusun berdasarkan teori-teori dasar mengenai perilaku pengguna teknologi dan model penerimaan teknologi. Venkatesh, et al (2003) mengembangkan model UTAUT yaitu menggabungkan fitur-fitur yang berhasil dari delapan teori penerimaan teknologi terkemuka menjadi satu teori yaitu TRA, TAM, TPB, Motivational

17 Model, Model Pemanfaatan Personal Computer, Teori Difusi Inovasi dan SCT. Model ini terdiri dari 4 (empat) variabel sebagai determinant terhadap tujuan dan penggunaan teknologi informasi, yaitu : (1) ekspektasi kinerja, (2) ekspektasi usaha, (3) pengaruh sosial dan (4) kondisi pendukung dan empat variabel sebagai moderator (moderating variables) antar determinan dengan tujuan dan penggunaan teknologi informasi, yaitu : (1) jenis kelamin, (2) usia, (3) pengalaman dan (4) voluntariness (wajib atau tidaknya menggunakan Sistem Informasi dalam pekerjaan). Dengan demikian, UTAUT merupakan model definitif yang mensintesis apa yang diketahui dan menyediakan dasar untuk memandu penelitian masa depan di daerah ini. Dengan meliputi kekuatan penjelas gabungan dari model individual dan pengaruh moderating kunci, kemajuan teori UTAUT kumulatif sementara tetap mempertahankan struktur parsimonious (struktur kikir). Perlu dicatat bahwa ekspektasi kinerja tampaknya menjadi penentu niat dalam kebanyakan situasi : kekuatan hubungan bervariasi dengan jenis kelamin dan usia sedemikian rupa sehingga lebih signifikan bagi laki-laki dan pekerja muda. Pengaruh ekspektasi usaha terhadap niat juga dimoderatori oleh jenis kelamin dan usia sedemikian rupa sehingga lebih signifikan bagi perempuan dan pekerja yang lebih tua dan efek tersebut menurun dengan pengalaman. Pengaruh-pengaruh sosial terhadap niat bertumpu pada keempat moderator disertakan disini sehingga kami menemukan tidak signifikan ketika data dianalisis tanpa dimasukkannya moderator. Akhirnya, efek memfasilitasi

18 kondisi pada penggunaan hanya signifikan ketika diperiksa dalam hubungannya dengan efek moderasi usia dan pengalaman, yaitu mereka hanya peduli untuk pekerja yang lebih tua dalam tahap selanjutnya dari pengalaman. GAMBAR 2.4 UNIFIED THEORY OF ACCEPTANCE AND USE OF TECHNOLOGY (UTAUT) Sumber : Venkatesh, et al (2003) 5. Risiko Persepsian (Perceived Risk) Samadi dan Nejadi (2009) menjelaskan bahwa risiko persepsian adalah keyakinan subjektif individu mengenai potensi konsekuensi negatif dari keputusan yang diambil oleh konsumen. Demirdogen (2010) menjelaskan bahwa risiko persepsian adalah ketidakpastian mengenai konsekuensi negatif yang mungkin timbul dari menggunakan produk atau jasa. Schmiege, et al (2009) menjelaskan bahwa risiko persepsian mempengaruhi konsep TAM dan TPB. Menurut Schmiege, et al (2009) terdapat hubungan antara TPB dengan

19 risiko persepsian. Risiko persepsian berpengaruh negatif terhadap intensi dan sikap (Schmiege et al, 2009). Demirdogen (2010) menjelaskan bahwa ada 6 (enam) jenis risiko persepsian, yaitu : a. Financial risk merupakan kemungkinan bahwa sebuah pembelian mengakibatkan kehilangan sejumlah uang atau sumber daya lainnya. b. Performance risk merupakan kemungkinan bahwa sebuah produk yang dibeli tidak berfungsi sesuai dengan yang diharapkan. c. Social Risk merupakan kemungkinan bahwa sebuah produk yang dibeli mendapat reaksi penolakan oleh keluarga atau teman-teman. d. Pschological risk merupakan kemungkinan bahwa sebuah produk yang dibeli tidak sesuai dengan citra diri. e. Physical risk merupakan kemungkinan bahwa sebuah produk yang dibeli akan menyebabkan kerugian fisik secara personal. f. Time risk merupakan kemungkinan hilangnya waktu dalam membeli sebuah produk. Dengan demikian, risiko persepsian didefinisikan sebagai ketidakpastian atau kekhawatiran pengguna terhadap e-filing (Azmi et al, 2012). Sangat penting bagi otoritas pajak untuk memahami risiko persepsian ini dan meminimalkan risiko persepsian agar pengadopsian sistem e-filing berjalan sukses (Azmi et al, 2012).

20 6. Risiko Kinerja (Performance Risk) Hin (2012) menjelaskan bahwa risiko kinerja merupakan risiko yang dirasakan terkait dengan kekecewaan pembeli atas pembelian produk secara online yang tidak memenuhi harapan pembeli. Zheng, et al (2012) menjelaskan bahwa risiko kinerja merupakan potensi kerugian yang terjadi ketika produk atau jasa tidak berfungsi seperti yang diharapkan. Brosdahl dan Almousa (2013) menjelaskan bahwa risiko kinerja merupakan anggapan pengguna bahwa produk atau jasa mungkin tidak berfungsi sebagaimana yang diperlukan atau diharapkan dan pengguna kecewa karena hilangnya manfaat yang diinginkan. Menurut Brosdahl dan Almousa (2013) risiko kinerja berpengaruh negatif terhadap pengadopsian e-commerce. 7. E-Filing a. Pengertian E-Filing Direktorat Jenderal Pajak (2010) menjelaskan bahwa e-filling adalah suatu cara penyampaian SPT (Masa dan Tahunan) atau Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan yang dilakukan secara online yang real time melalui internet pada website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) atau Penyedia Jasa Aplikasi (Application Service Provider-ASP). PT. Mitra Pajakku adalah Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP) yang telah ditunjuk dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak sebagai perusahaan yang dapat menyalurkan penyampaian SPT atau

21 Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik ke Direktorat Jenderal Pajak melalui KEP 20/PJ/2005 (DJP, 2010). Dengan cara e-filing ini maka pelaporan pajak dapat dilakukan dengan cepat, mudah dan aman. Setiap SPT pajak yang dikirimkan akan di encrypted sehingga terjamin kerahasiaannya. Pihak-pihak yang tidak berkepentingan tidak akan dapat mengetahui isi dari SPT pajak tersebut. Sebagai gambaran sebuah komputer paling canggih dalam komputasi saja memerlukan waktu 2 tahun untuk dapat memecahkan encryption tersebut (DJP, 2010). Saat ini aplikasi e-filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak baru dapat memfasilitasi pelaporan formulir 1770 S dan 1770 SS, sedangkan formulir lainnya dapat dilaporkan melalui Penyedia Jasa Aplikasi (Application Service Provider-ASP). Penyedia Jasa Aplikasi (Application Service Provider-ASP) yang telah ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk menyediakan layanan e-filing, yaitu : 1. PT. Mitra Pajakku (www.pajakku.com). 2. PT. Garuda Mitra Utama (www.laporpajak.com). 3. PT Travelgare Indonesia (www.layananpajak.com). 4. PT. Sarana Prima Telematika (www.spt.co.id) b. Tujuan Utama E-Filing Tujuan utama layanan pelaporan pajak secara e-filing adalah :

22 1. Membantu para Wajib Pajak untuk menyediakan fasilitas pelaporan SPT secara elektronik (via internet) kepada Wajib Pajak, sehingga Wajib Pajak Orang Pribadi dapat melakukannya dari rumah atau tempatnya bekerja, sedangkan Wajib Pajak Badan dapat melakukannya dari lokasi kantor atau usahanya. Hal ini akan dapat membantu memangkas biaya dan waktu yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak untuk mempersiapkan, memproses dan melaporkan SPT ke Kantor Pajak secara benar dan tepat waktu. 2. Dengan cepat dan mudahnya pelaporan pajak ini berarti juga akan memberikan dukungan kepada Kantor Pajak dalam hal percepatan penerimaan laporan SPT dan perampingan kegiatan administrasi, pendataan (juga akurasi data), distribusi dan pengarsipan laporan SPT. 3. Saat ini tercatat lebih dari 10 juta Wajib Pajak di Indonesia, dengan cara pelaporan yang manual tidak mungkin akan dapat ditingkatkan pelayanan terhadap para WP tersebut. Maka dengan e-filing dimana sistem pelaporan menjadi mudah dan cepat, diharapkan jumlah Wajib Pajak dapat meningkat lagi dan penerimaan negara tercapai. c. Dasar Hukum E-Filing Dasar hukum yang mengatur tentang e-filing adalah : 1. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-36/PJ/2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 47/PJ/2008 Tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan dan

23 Penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan Surat Pemberitahuan Tahunan Secara Elektronik (E-Filing) Melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP). 2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-1/PJ/2014 Tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Menggunakan Formulir 1770 S atau 1770 SS Secara E-Filing Melalui Website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id). 3. Peraturan Dirjen Pajak No. PER-26/PJ/2012 Tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan. 4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-06/PJ/2014 Tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Menggunakan Formulir 1770 S atau 1770 SS Secara E-Filing dan Merupakan Pegawai Tetap Pada Pemberi Kerja Tertentu. d. Tata Cara Penggunaan E-Filing Tata cara penggunaan e-filing dilakukan melalui 3 (tiga) tahap, yaitu : 1. Pengajuan permohonan untuk mendapatkan e-fin. a. Wajib Pajak secara tertulis mengajukan permohonan untuk mendapatkan e-fin (Electronic Filing Identification Number) yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak

24 terdaftar, sesuai dengan contoh surat permohonan, dengan melampirkan : fotocopy kartu Nomor Pokok Wajib Pajak atau Surat Keterangan Terdaftar dan dalam hal Pengusaha Kena Pajak disertai dengan fotocopy Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. b. Permohonan sebagaimana dimaksud di atas dapat disetujui apabila : alamat yang tercantum pada permohonan sama dengan alamat dalam database (masterfile) Wajib Pajak di Direktorat Jenderal Pajak. c. Kepala Kantor Pelayanan Pajak harus memberikan keputusan atas permohonan yang diajukan oleh Wajib Pajak untuk memperoleh Electronic Filing Identification Number (e-fin) paling lama 2 (dua) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap. d. Jika e-fin (Electronic Filing Identification Number) hilang, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pencetakan ulang dengan syarat : menunjukkan Kartu NPWP atau Surat Keterangan Terdaftar yang asli dan dalam hal Pengusaha Kena Pajak harus menunjukkan Surat Pengusaha Kena Pajak yang asli. 2. Pendaftaran. a. Wajib Pajak yang sudah mendapatkan e-fin dapat mendaftar melalui http://www.pajakku.com/ sebagai penyedia Jasa Aplikasi yang resmi ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.

25 b. Setelah Wajib Pajak mendaftarkan diri, Pajakku.com akan memberikan : user ID dan password; aplikasi e-spt (Surat Pemberitahuan dalam bentuk elektronik) disertai dengan petunjuk penggunaannya dan informasi lainnya; sertifikat (digital certificate) yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan e-fin yang didaftarkan oleh Wajib Pajak pada Pajakku.com. Digital certificate ini akan berfungsi sebagai pengaman data Wajib Pajak dalam setiap proses e-filing. 3. Penyampaian e-spt secara e-filing. a. Dengan menggunakan aplikasi e-spt yang telah didapat maka Surat Pemberitahuan Pajak dapat diisi secara offline oleh Wajib Pajak. b. Setelah pengisian SPT lengkap maka Wajib Pajak dapat mengirimkan secara online ke Direktorat Jenderal Pajak melalui http://www.pajakku.com/. 8. Kajian Riset Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti lain digambarkan pada Tabel 2.1 :

26 TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU No. Nama Peneliti Lokasi Penelitian 1. Melli Pujiani KPP dan Pratama Rizal Effendi Palembang (2009) Ilir Timur Metode Penelitian Eksploratif Variabel Penelitian Analisis efektivitas penggunaan e- system dan penerimaan pajak. Hasil Penelitian E-system lebih praktis dan cepat sehingga Pengusaha Kena Pajak (PKP) atau Wajib Pajak (WP) yang sibuk sekalipun dapat mempunyai waktu untuk melaporkan pajak yang mereka terima. 2. Iga Balqis Megawati (2013) 3. Ling, et al (2011) 4. Anna Che Azmi, Yusniza Kamarulzaman dan Nor Haida Abdul Hamid (2012) 5. Yitbarek Takele dan Zeleke Sira (2013) BPN Aceh Kuantitatif Penggunaan e- filing dan peningkatan kinerja bagian kepegawaian. Kuala Lumpur Kuala Lumpur Kuantitatif Kuantitatif Perceived risk, perceived technology, online trust for the online purchase intention in Malaysia. Perceived risk and the adoption of tax e-filing. Bahir Dar Kuantitatif Analysis of factors influencing customers intention to the adoption of e- banking service. Aplikasi e-filing mudah dipahami oleh operator dalam menyimpan berkas pegawai dari aplikasi e-filing. Teknologi persepsian berpengaruh positif terhadap kepercayaan online. Operator harus membuat strategi yang berbeda mengenai bagaimana untuk meningkatkan teknologi persepsian, meminimalkan risiko persepsian dan meningkatkan kepercayaan online untuk meningkatkan kemungkinan niat pembeli dalam melakukan pembelian secara online. Penyedia e-service harus fokus dalam merancang sistem yang mudah untuk digunakan, bermanfaat dan dapat diandalkan sehingga memperoleh kepercayaan dari pengguna sistem. Sikap, norma subjektif, kontrol perilaku persepsian, kegunaan persepsian, kemudahan penggunaan persepsian dan risiko persepsian mempengaruhi intensi perilaku pengguna untuk menggunakan e- banking. Sumber : Data Jurnal Referensi Diolah

27 B. Rerangka Pemikiran Perkembangan teknologi pada saat ini semakin berkembang menjadi sangat canggih dan dapat memberikan manfaat lebih bagi penggunanya. Dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin canggih, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menciptakan inovasi terbaru melalui e-filing guna meningkatkan pelayanan kepada para Wajib Pajak (WP) atau Pengusaha Kena Pajak (PKP) untuk lebih memudahkan dalam melaporkan kewajiban perpajakannya. Davis (1989) mengemukakan bahwa Technology Acceptance Model (TAM) merupakan sebuah teori Sistem Informasi yang menjabarkan bagaimana pengguna menerima dan mau menggunakan teknologi yang baru. Fishbein dan Ajzen (1975) Theory of Reasoned Action (TRA) adalah teori yang menjelaskan bahwa minat dari seseorang untuk melakukan (atau tidak melakukan) suatu perilaku merupakan penentu langsung dari tindakan atau perilaku. Ajzen (1988) pada Theory of Planned Behavior (TPB) menambahkan variabel yang belum ada dalam TRA, yaitu kontrol perilaku yang dipersepsikan (perceived behavioral control). Variabel ini ditambahkan untuk memahami keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu. UTAUT merupakan salah satu model penerimaan teknologi terkini yang dikembangkan oleh Venkatesh, dkk. Venkatesh, et al (2003) mengemukakan bahwa model UTAUT disusun berdasarkan teori-teori dasar mengenai perilaku pengguna teknologi dan model penerimaan teknologi. UTAUT menggabungkan fitur-fitur yang berhasil dari delapan teori penerimaan teknologi terkemuka

28 menjadi satu teori yaitu TRA, TAM, TPB, Motivational Model, Model Pemanfaatan Personal Computer, Teori Difusi Inovasi dan SCT. Pujiani dan Effendi (2009) mengemukakan bahwa e-system lebih praktis dan cepat sehingga Pengusaha Kena Pajak (PKP) atau Wajib Pajak (WP) yang sibuk sekalipun dapat mempunyai waktu untuk melaporkan pajak yang mereka terima, karena dapat di akses dari lokasi Wajib Pajak (WP) tersebut dimana pun mereka berada. Megawati (2013) mengemukakan bahwa aplikasi e-filing mudah dipahami oleh operator dalam menyimpan berkas pegawai dari aplikasi e-filing. Terkait dengan kajian teori dan kajian riset terdahulu, fenomena mengenai pengadopsian e-filing di Indonesia dapat berhasil jika para Wajib Pajak (WP) atau Pengusaha Kena Pajak (PKP) dapat menerima dan menggunakan e-filing untuk menyampaikan dan melaporkan kewajiban perpajakannya. Risiko persepsian (perceived risk) didasarkan pada tingkat kepercayaan pengguna terhadap suatu Sistem Informasi yang baru. Oleh karena itu, jika risiko persepsian terhadap e- filing menurun, maka tingkat intensi mengadopsi sistem e-filing akan semakin meningkat. Risiko kinerja (performance risk) didasarkan pada tingkat penggunaan yang dimanfaatkan oleh pengguna untuk memenuhi kewajiban membayar pajaknya. Oleh karena itu, jika risiko kinerja terhadap pengguna yang menggunakan e-filing menurun, maka tingkat intensi mengadopsi sistem e-filing akan semakin meningkat. Gambar dibawah ini menampilkan model penelitian untuk mengembangkan hipotesis pada penelitian ini. Variabel yang diambil pada penelitian ini adalah Risiko Persepsian, Risiko Kinerja dan Intensi Mengadopsi E-Filing.

29 Risiko Persepsian (Perceived Risk) Risiko Kinerja (Performance Risk) Ha 1 Ha 2 Intensi Mengadopsi E-Filing (Adoption Intention E-Filing) GAMBAR 2.5 MODEL KONSEPTUAL PENELITIAN C. Hipotesis 1. Risiko Persepsian Terhadap Intensi Mengadopsi E-Filing Demirdogen (2010) menjelaskan bahwa risiko persepsian adalah ketidakpastian mengenai konsekuensi negatif yang mungkin timbul dari menggunakan produk atau jasa. Menurut peneliti bahwa risiko persepsian merupakan persepsi pengguna terhadap ketidakpastian dan dampak-dampak negatif yang diperoleh dari penggunaan atau pemanfaatan suatu Sistem Informasi yang berasal dari mengadopsi sistem yang telah dipergunakan di luar negeri dan akhirnya diterapkan kedalam suatu negara secara intensif guna mempermudah aktivitas pekerjaan dibidang manapun termasuk dibidang perpajakan. Risiko persepsian telah diuji oleh beberapa ahli melalui sistem TAM, dalam beberapa kajian untuk mengetahui perilaku konsumen mengenai pengadopsian sistem online (Bhatnagar et al, 2000; Gefen dan Straub, 2003;

30 Kamarulzaman, 2007) dan Tan (1999) menemukan bahwa informasi teknologi berkaitan dengan tidak adanya aktivitas mengisi formulir transaksi dan sejenis dengan persepsi risiko yang tinggi atau kehilangan konsumen. Ketika konsumen tidak yakin terhadap layanan online, mereka akan cemas tentang ketidaktepatan dalam pengiriman barang, melakukan pembayaran tanpa mendapatkan produk yang diinginkan dan semua aktivitas illegal lainnya seperti penipuan (Ba dan Pavlov, 2002). Menurut Pavlov (2002) efek kognitif dan faktor-faktor efektif lainnya sangat penting untuk membangun kepercayaan orang dalam menggunakan layanan online. Walker dan Pearson (2012) mendefinisikan niat berperilaku (behavior intention) sebagai sejauhmana seseorang telah menyusun rencana untuk melakukan atau tidak melakukan beberapa perilaku tertentu di masa mendatang. Menurut peneliti bahwa intensi mengadopsi e-filing merupakan kecenderungan pengguna untuk menunjukkan perilaku menerima e-filing atau menolak e-filing. Intensi mengadopsi e-filing berhubungan dengan teori Techonology Acceptance Model (TAM) oleh Davis (1989), Wang (2002), Chang, et al (2005), Gallant, et al (2007) dan dikaitkan dengan Theory of Planned Behavior (TPB) oleh Fishbein dan Ajzen (1975), Hsu dan Chiu (2004), Hung, et al (2006) serta penggabungan antara kedua model tersebut oleh Fu, et al (2006) untuk menilai intensi mengadopsi dari e-filing. Literatur lain seperti Carter, et al (2008) menggunakan sistem Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT), sementara itu Wang, et al (2007) menggunakan inovasi

31 penggabungan teori untuk mengamati pengadopsian e-filing terhadap pembayar pajak. Berdasarkan pada kajian teori dan kajian riset terdahulu, maka peneliti menyimpulkan bahwa intensi mengadopsi e-filing dapat dipengaruhi oleh risiko persepsian karena jika risiko persepsian semakin meningkat, maka intensi mengadopsi e-filing semakin menurun. Oleh karena itu, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : Ha 1 : Risiko persepsian berpengaruh negatif terhadap intensi mengadopsi e-filing. 2. Risiko Kinerja Terhadap Intensi Mengadopsi E-Filing Zheng, et al (2012) menjelaskan bahwa risiko kinerja merupakan potensi kerugian yang terjadi ketika produk atau jasa tidak berfungsi seperti yang diharapkan. Menurut peneliti bahwa risiko kinerja merupakan risiko pada suatu sistem yang tidak memberikan manfaat yang diinginkan sehingga akan mempengaruhi keputusan pengguna untuk menggunakan suatu sistem. Pada risiko kinerja ini, pengguna tidak menguji secara langsung suatu sistem sehingga pengguna sangat berhati-hati dalam menggunakan suatu sistem. Dengan demikian, intensi mengadopsi e-filing dapat dipengaruhi oleh risiko kinerja karena jika risiko kinerja semakin meningkat, maka intensi mengadopsi e-filing semakin menurun. Oleh karena itu, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : Ha 2 : Risiko kinerja berpengaruh negatif terhadap intensi mengadopsi e- filing.