BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Hasil Penelitian Penelitian mengenai hubungan aktivitas fisik dengan kejadian insomnia pada wanita menopause dilakukan selama Bulan Desember 2014 di Posyandu Lansia yang berada di Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Pengambilan data dilakukan dengan menyebar kuesioner dan mewawancarai responden. Didapatkan 37 orang yang memenuhi kriteria sebagai sampel. Berikut ditampilkan hasil penelitian yang telah didapat. Tabel 4.1 Deskripsi Sampel Berdasarkan Usia dan Lama Menopause n Minimum Maksimum Median Mean±S.D. Usia Lama Menopause 37 50 68 59 59,46±5,57 1 23 10 10,27±6,05 Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa usia minimum responden adalah 50 tahun dan maksimum adalah 68 tahun dengan rerata usia 59,46±5,57. Sedangkan untuk lama menopause minimum adalah 1 tahun 38
39 dan maksimum 23 tahun. Rerata lama menopause responden adalah 10,27±6,05. Untuk karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, digolongkan menjadi tiga tingkatan yaitu tingkat pendidikan rendah, menengah, dan tinggi. Tingkat pendidikan rendah terdiri atas responden yang tidak tamat SD dan yang tamat SD. Sedangkan untuk tingkat pendidikan menengah terdiri atas responden dengan pendidikan terakhir SMP dan SMA. Kemudian untuk tingkat pendidikan tinggi terdiri atas responden dengan jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh adalah perguruan tinggi. Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Frekuensi 1. 2. Rendah Menengah 22 59,5 9 24,3 3. Tinggi 6 16,2 Jumlah 37 100 Berdasarkan tabel 4.2, didapatkan sebanyak 22 orang responden dengan persentase 59,5% yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Kemudian sebanyak 9 orang responden dengan persentase 24,3% memiliki
40 tingkat pendidikan menengah, sedangkan sisanya yaitu sebanyak 6 orang responden dengan persentase 16,2% memiliki tingkat pendidikan tinggi. Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Aktivitas Fisik dan Frekuensi Ringan 2 5,4 Aktivitas Fisik Sedang 29 78,4 Berat 6 16,2 Kejadian 17 45,9 Tidak insomnia 20 54,1 Total 37 100 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden melakukan aktivitas fisik sedang yaitu 29 orang (78,4%). Kemudian responden yang melakukan aktivitas fisik berat sebanyak 6 orang (16,2%), sedangkan yang melakukan aktivitas fisik ringan sebanyak 2 orang (5,4%). Responden yang tidak mengalami insomnia lebih banyak daripada yang mengalami insomnia. Lebih dari separuh total responden tidak mengalami insomnia, yaitu sebanyak 20 orang (54,1%). Sedangkan responden yang mengalami insomnia sebanyak 17 orang (45,9%).
41 Tabel 4.4 Klasifikasi Aktivitas Fisik Berdasarkan Kejadian Kejadian Aktivitas Fisik Tidak N Ringan 2 100 0 0 2 Sedang 13 44,8 16 55,2 29 Berat 2 33,3 4 66,7 6 Total 17 45,9 20 54,1 37 Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 2 orang responden yang memiliki tingkat aktivitas fisik ringan semuanya mengalami insomnia (100%). Dari 29 orang responden yang memiliki tingkat aktivitas fisik sedang, terdapat 13 orang yang mengalami insomnia (44,8%) dan 16 orang tidak mengalami insomnia (55,2%). Sedangkan dari 6 orang responden yang memiliki tingkat aktivitas fisik berat, terdapat 2 orang yang mengalami insomnia (33,3%) dan 4 orang tidak mengalami insomnia (66,7%). B. Analisis Data Data penelitian yang telah diperoleh kemudian dilakukan analisis data yang terdiri dari uji normalitas data dan uji hipotesis menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20.00 for Windows.
42 1. Uji Normalitas Data Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi data normal atau tidak. Metode analisis yang digunakan adalah uji Shapiro-Wilk karena besar sampel kurang dari 50. Data dikatakan mempunyai sebaran normal jika p > 0,05 (Dahlan, 2013). Berikut ditampilkan hasilnya. Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Shapiro-Wilk (Sig.) Distribusi Data Aktiviitas Fisik 0,00 Tidak normal 0,00 Tidak normal Berdasarkan tabel 4.5 di atas, hasil uji normalitas data untuk variabel aktivitas fisik dan insomnia menunjukkan data tidak terdistribusi normal dimana p < 0,05. Oleh karena hasil uji normalitas menunjukkan persebaran data yang tidak normal, maka untuk menilai signifikansi hubungan antara dua buah variabel yang diuji dilakukan uji non parametrik Chi-Square. Apabila tidak memenuhi syarat uji Chi-Square maka digunakan uji alternatif Kolmogorov-Smirnov (Dahlan, 2013). 2. Uji Hipotesis Untuk mengetahui hubungan antara variabel aktivitas fisik dengan insomnia dalam penelitian ini, maka digunakan uji Chi-Square. Uji Chi-Square dapat digunakan apabila salah satu syaratnya terpenuhi,
43 yaitu: 1) jumlah subyek total > 40, tanpa melihat nilai expected; atau 2) jumlah subyek antara 20 dan 40, dan nilai expected pada semua sel > 5 (Sastroasmoro, 2011). Dua buah variabel dikatakan memiliki hubungan jika nilai signifikansi p < 0,05. Hasil analisis antara aktivitas fisik dengan insomnia dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Uji Chi-Square Aktivitas Fisik Kejadian Tidak P Expected count Ringan 2 100 0 0 Sedang 13 44,8 16 55,2 0,253 4 sel < 5 Berat 2 33,3 4 66,7 Total 17 45,9 20 54,1 Berdasarkan hasil uji analisis data yang telah dilakukan di atas, diketahui bahwa terdapat 4 buah sel (66,7%) yang mempunyai nilai expected kurang dari 5. Dengan demikian, maka syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi dan tidak dapat dipakai, sehingga digunakan uji alternatif Kolmogorov-Smirnov. Berikut hasil analisis data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
44 Tabel 4.7 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Aktivitas Fisik Kejadian Tidak P Ringan 2 100 0 0 Sedang 13 44,8 16 55,2 1,000 Berat 2 33,3 4 66,7 Total 17 45,9 21 54,1 Sebuah hubungan dikatakan signifikan apabila memiliki nilai p < 0,05. Hasil analisis pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai p = 1,000 (p > 0,05) yang berarti H 0 diterima dan H a ditolak. Dengan demikian, maka dapat dikatakan tidak ada hubungan signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian insomnia pada wanita menopause.