BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI KULON PROGO INSTRUKSI BUPATI KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG

GUBERNUR MALUKU UTARA

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/OT.140/1/2007 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PENGENDALI PENYAKIT AVIAN INFLUENZA REGIONAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 36 TAHUN 2007

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 36/Permentan/OT.140/3/2007 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA ITIK PEDAGING YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam

PRAKATA. Semoga pedoman ini dapat berperan secara signifikan dalam upaya menekan penyebaran virus avian influenza. Amin.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1983 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

METODE PENELITIAN. pada peternakan ayam ras petelur di Desa Gulurejo adalah metode deskripsi.

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 2

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan

Produksi Daging Unggas yang Sehat dan Higienis

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK

DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI PETERNAKAN, MEMUTUSKAN :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG DAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI PANDEMI INFLUENZA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEREDARAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 17

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PETERNAKAN DAN PENDAFTARAN PETERNAKAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 35/Permentan/OT.140/3/2007 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA ITIK PETELUR YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA AYAM PEDAGING DAN AYAM PETELUR YANG BAIK

PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG

*37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BUPATI BANYUWANGI SALINAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA ITIK PEDAGING DAN ITIK PETELUR YANG BAIK

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN Nomor : 499/Kpts/PD /L/12/2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN RABIES

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMELIHARAAN DAN LALU LINTAS HEWAN PENULAR RABIES DI KABUPATEN BADUNG

HUKUM DAN PETERNAKAN AYAM NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya berdiri

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah

2014, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tamba

Surveillance. FLU BURUNG Buku Pegangan untuk. arakat

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

UPAYA MANDIRI PENCEGAHAN PENULARAN FLU BURUNG KE MANUSIA Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi Staf Pengajar FMIPA UNY Pendahuluan Di awal tahun 2007,

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler

CUPLIKAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN NOMOR : 21055/Kpts/KU.510/F/04/2008 TENTANG

Wahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI RIAU

WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG OTORITAS VETERINER KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KOTA MADIUN

Biosecurity. Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama. Perspektif Saat Ini

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 59 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SITUBONDO

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN PENGENDALIAN FLU BURUNG DI JAWA BARAT. oleh : Ir. Koesmajadi TP Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 102 TAHUN 2001 SERI D.99 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 10 TAHUN : 1996 SERI : D NO : 10 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-P TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERTANIAN WALIKOTA SURAKARTA,

Transkripsi:

2 Menimbang : BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN MASYARAKAT BUPATI CIREBON a. bahwa dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 338.1/Kpts/ PD.620/9/2005, telah ditetapkan pernyataan berjangkitnya wabah penyakit hewan menular influenza pada unggas (Avian Influenza) di beberapa propinsi di wilayah Indonesia; b. bahwa dalam upaya pengendalian dan penanggulangan terhadap penyakit hewan menular Avian Influenza (AI) tersebut, perlu dilakukan secara menyeluruh termasuk pencegahan pemberantasan pada pemeliharaan/ budidaya unggas di pemukiman; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di maksud pada huruf a dan b, maka perlu mengatur Pedoman Pemeliharaan Unggas di Pemukiman yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2824); 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495); 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4437); 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1997 tentang Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan dan Pengobatan Penyakit Hewan Menular.

Memperhatikan : 3 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1977 tentang Usaha Peternakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1977 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3102); 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3253); 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 1992 tentang Obat Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia 1992 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3509); 10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2006 tentang Komite Nasional Pengendalian Flu Burung (Avian Influenza) dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Avian Inluenza. 1. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 557/Kpts/TN.240/1986 tentang Syarat-syarat Rumah Pemotongan Unggas dan Usaha Peternakan Unggas. 2. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 306/Kpts/TN.330/1994 tentang Peternakan Unggas dan Pengolahan Daging Unggas Serta Hasil Ikutannya. 3. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 420/Kpts/07210/7/2001 tentang Pedoman Budidaya Ternak Ayam Buras Yang Baik. 4. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 424/Kpts/07210/7/2001 tentang Pedoman Budidaya Ayam Pedaging Yang Baik. 5. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 425/Kpts/07210/7/2001 tentang Pedoman Budidaya Ternak Ayam Petelur Yang Baik. 6. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 50/Pemerintah/07140/10/2006 tentang Pedoman Pemeliharaan Unggas Di Pemukiman. 7. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 338.1/Kpts/PD.620/9/2005 tentang Pernyataan Berjangkitnya Wabah Penyakit Hewan Menular Influenza Pada Unggas (Avian Influenza) di Beberapa Propinsi di Wilayah Indonesia; 8. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 440/93/SJ. Perihal Penanganan Flu Burung Tanggal 18 Januari 2007. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN MASYARAKAT BA B I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Cirebon 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Cirebon. 3. Kepala Daerah adalah Bupati Cirebon 4 4. Dinas Peternakan adalah Dinas Peternakan Kabupaten Cirebon

5. Pemukiman adalah lokasi dimana penduduk bertempat tinggal dan bersosialisasi baik di perkotaan maupun di pedesaan. 6. Biosekuriti adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk penyudahan wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan kontak/penularan dengan peternakan tertular dan penyebaran penyakit. 7. Desinfektan adalah bahan penghapus hama. 5 8. Desinfeksi adalah tindakan pemeliharaan secara tepat dan cermat terhadap pakan, tempat pakan/air minum, semua peralatan, pakaian pekerja kandang, alas kaki, kendaraan dan bahan lain yang tercemar, bangunan kandang yang bersentuhan dengan unggas, kandang/ tempat penampungan unggas, permukaan jalan menuju peternakan / kandang / tempat penampungan unggas. 9. Disposal adalah prosedur untuk melakukan pembakaran dan penguburan terhadap unggas mati (bangkai), karkas, telur, kotoran (feses), bulu, alas kandang (sekam), pupuk dan pakan ternak yang tercemar serta bahan dan peralatan lain yang terkontaminasi yang tidak dapat didekontaminasi/didesinfeksi secara efektif. 10. Sanitasi adalah suatu penataan kebersihan yang bertujuan meningkatkan dan mempertahankan keadaan yang sehat bagi ternak di dalam kandang dan kompleks maupun seluruh kompleks usaha peternakan. 11. Vaksinasi adalah pertahanan kedua dalam upaya mengendalikan dan memberantas wabah penyakit. 12. Restocking adalah pengisian kembali unggas ke dalam kandang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan setelah dilakukan pengosongan kandang dan semua tindakan dekontaminasi (desinfeksi) dan disposal dilaksanakan sesuai prosedur. 6 13. Pemantauan kesehatan hewan adalah pengamatan untuk melihat arah dan status kesehatan hewan dalam populasi secara terus menerus. 14. Sertifikasi adalah pemberian surat keterangan tentang kondisi ternak dan pelaksanaan vaksinasi. 15. Pencegahan penyakit adalah suatu tindakan untuk mencegah timbulnya, berjangkitnya dan menjalarnya penyakit hewan. 16. Pemberantasan penyakit hewan adalah suatu tindakan untuk menghilangkan timbulnya atau terjangkitnya penyakit dan menjalarnya kasus penyakit hewan. 17. Pengawasan penyakit hewan adalah tindakan penyidikan dan pengawasan yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau oleh pengawas yang ditunjuk oleh Menteri, untuk mendapatkan kepastian apakah seekor/lebih hewan bebas dari penyakit hewan. 18. Pemeriksaan adalah rangkaian kegiatan dan tindakan pengamatan yang dilaksanakan oleh pemeriksa terhadap hewan untuk mendapatkan kepastian apakah hewan itu bebas dari penyakit hewan. 19. Petugas pemeriksa adalah dokter hewan pemerintah yang ditugaskan atau petugas lain yang berada di bawah pengawasan dan tanggungjawab dokter hewan yang dimaksud untuk melakukan pemeriksaan. BAB II PEMELIHARAAN UNGGAS Pasal 2 1. Pemeliharaan unggas harus mempergunakan lahan pemeliharaan yang letaknya terpisah dari pemukiman dan kotoran serta limbah yang dihasilkan tidak mencemari

7 8 lingkungan. 2. Memberikan vaksin flu burung setiap 4 bulan sekali berkoordinasi dengan petugas Dinas Peternakan Kabupaten Cirebon. 3. Tidak membiarkan unggasnya berkeliaran bebas (dikandangkan) 4. Menempatkan kandang/sangkar secara terpisah dari rumah/tempat tinggal dengan sirkulasi/ventilasi udara yang cukup. 5. Memisahkan unggas yang berlainan jenis (spesies) seperti ayam, burung, itik, angsa, maupun jenis unggas lainnya. 6. Membersihkan sisa pakan dan air minum agar tidak mengundang kedatangan burung-burung liar. 7. Membersihkan kandang dan peralatan kandang setiap hari dan semprot dengan desinfektan secara berkala. 8. Menjaga kandang dan alas kandang harus selalu dalam keadaan kering. 9. Menggunakan penutup mulut dan hidung (masker) serta sarung tangan pada saat merawat/menangani unggas peliharaan. 10. Membersihkan tangan dan kaki/alas kaki dengan air menggunakan sabun/antiseptik setelah selesai menangani unggas. 11. Memisahkan unggas yang baru datang selama 7 (tujuh) hari. 12. Melaporkan ke petugas Dinas Peternakan setiap pemasukan unggas baru untuk dilakukan vaksinasi. 13. Menghindarkan anak dan lansia kontak dengan unggas peliharaan. 14. Apabila kandang yang telah dikosongkan akan dimanfaatkan kembali (restoking) maka pengisian kandang baru dapat dilakukan kembali sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan setelah kandang dilakukan penyemprotan, desinfeksi dan disposal terhadap sisa kotoran dan unggas berasal dari daerah yang bebas Avian Influenza (AI) dan yang telah mendapat vaksinasi Avian Influenza (AI). 15. Apabila terdapat kasus kematian unggas mendadak segera lapor ke petugas Dinas Peternakan. Pasal 3 1. Jika tidak terdapat lahan pemeliharaan dan atau tidak memenuhi pasal (2) tidak boleh memelihara unggas. B A B III TINDAKAN APABILA TERJADI KASUS AVIAN INFLUENZA Pasal 4 1. Jika unggas peliharaan menunjukkan gejala sakit atau mati mendadak segera melapor kepada dokter hewan atau Dinas Peternakan Kabupaten Cirebon atau aparat setempat. 2. Membakar dan mengubur bangkai unggas, bulu, sisa kotoran, sisa pakan, alas kandang di bawah pengawasan petugas yang berwenang. 3. Melarang membuang bangkai unggas peliharaan di tempat sampah, kebun, sungai atau memanfaatkannya sebagai pakan hewan atau ikan. 4. Menghindari kontak dengan unggas yang mati. 5. Melakukan desinfeksi atau mensucihamakan semua peralatan dan kandang bekas kontak unggas yang mati. 6. Melakukan penyemprotan dengan desinfektan pada semua kandang dan lingkungan rumah tinggal.

9 10 7. Membakar bahan / peralatan yang tidak dapat didesinfeksi/disucihamakan. 8. Mencuci tangan dan segera mandi dengan menggunakan sabun setelah terjadi kontak dengan unggas sakit atau mati. 9. Mencuci pakaian yang dikenakan yang telah kontak dengan unggas sakit atau mati dengan detergen. Pembinaan Meliputi : BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 5 1. Pembinaan pemeliharaan unggas dilakukan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Cirebon, dan instansi terkait serta melibatkan masyarakat secara terpadu. 2. Pembinaan ditujukan untuk meningkatkan, mengarahkan dan mengkoordinasikan pelaksanaan Program Pengendalian dan Penanggulangan penyakit menular Avian Influenza terutama terhadap pemeliharaan unggas yang dilakukan oleh perorangan/kelompok di pemukiman. Pengawasan Meliputi : Pasal 6 1. Pengawasan dilakukan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Cirebon dan instansi terkait beserta masyarakat setempat. 2. Pengawasan meliputi sanitasi lingkungan, pelaksanaan vaksinasi dan tindakan biosekuriti. 3. Pengawasan dilakukan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali. 4. Masyarakat pemilik unggas akan diberikan kartu vaksinasi/biosekuriti setelah dilakukan vaksinasi terhadap unggasnya, dan akan dimonitoring oleh petugas setiap 4 bulan sekali. 5. Jika ditemukan kasus kematian unggas mendadak segera laporkan ke Dinas Peternakan Kabupaten Cirebon. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 7 Apabila terjadi perubahan kebijakan mengenai Pedoman Pemeliharaan Unggas di Pemukiman ini, maka Pedoman Pemeliharaan Unggas di pemukiman ini masih tetap berlaku sebelum disesuaikan atau diganti melalui tatacara pemeliharaan unggas di pemukiman sebagaimana dimaksud pada peraturan ini. B A B VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 8 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya ditetapkan kemudian oleh Dinas Peternakan.

11 Pasal 9 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar masyarakat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Cirebon. Ditetapkan di Sumber pada tanggal 26 Maret 2007 Diundangkan di Sumber Pada tanggal 26 Maret 2007 BUPATI CIREBON, TTD DEDI SUPARDI SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN CIREBON, ttd NUNUNG SANUHRI BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON TAHUN 2007 NOMOR 9 SERI E.5