BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan wisata adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli (alami) maupun perpaduan hasil buatan manusia yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, penunjang, budidaya, pariwisata dan rekreasi. Tujuan utama pembentukan hutan wisata alam adalah dalam rangka optimalisasi aspek lingkungan, sosial dan ekonomi secara komprehensif dari sumber daya alam yang ada. Wanagama meliputi empat desa di Kecamatan Patuk dan Playen, Kabupaten Daerah Tingkat II Gunung Kidul, Luas daerah Wanagama I semula 79,9 ha, merupakan petak 5 kawasan hutan Dinas Kehutanan Daerah Istimewa Yogyakarta yang hak penggunaannya diberikan kepada Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada sejak tahun 1967 dan tahun 1982 mekar mencapai luas 599,7 ha. Yang termasuk kawasan Wanagama sekarang adalah petak-petak 5, 6, 7, 13, 14, 16, 17, dan 18. Petak 6 dan 7 masuk kedalam wilayah kecamatan Patuk sedang petak 5, 13, 14, 16, 17, dan 18 termasuk ke dalam wilayah kecamatan Playen. Secara geografis Wanagama terletak antara 100 30 22 dan 100 33 3 Bujur Timur, dan antara 7 53 22 dan 7 54 52 Lintang Selatan. Dengan bermodal uang pribadi, Prof. Oemi Hani in Suseno, guru besar peraih anugerah Kalpataru (penghargaan tertinggi di Indonesia untuk urusan lingkungan) tersebut membuat proyek penghijauan dengan menanami Wanagama 1
yang pada saat itu hanya seluas 10 hektar dan menggeliat sejak tahun 1964. Kegigihan Prof. Oemi dan rekan-rekannya menanami lahan kritis menarik perhatian banyak pihak seperti pemerintah dan pencinta lingkungan. Mereka saling bekerjasama untuk mewujudkan Wanagama sehingga berupa hamparan hijau seluas 600 hektar seperti sekarang ini. Hutan wisata Wanagama memiliki fungsi yaitu sebagai daur hidrologi yang berguna bagi kelestarian ekosistem yang ada, sebagai sumber karbon bagi manusia, sebagai plasma nutfah, dan sebagai tempat konservasi baik flora maupun fauna. Dilain sisi hutan ini juga bermanfaat bagi sarana pendidikan, dapat dilihat di hutan ini terdapat kebun penelitian. Dalam penelitian ini peneliti melakukan kajian pola distribusi tanaman Cendana Santalum album merupakan tumbuhan asli Indonesia yang tumbuh di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) seperti di Pulau Timor, Sumba, Alor, Solor, Pantar, Flores, Roti, dan pulau-pulau lainnya. Selain di NTT, cendana juga dijumpai di Gunung Kidul, Imogiri, Kulon Progo (DIY), Bondowoso (Jawa Timur), dan Sulawesi. Kondisi ideal untuk tumbuh cendana adalah pada ketinggian 50-1200 m dpl, curah hujan 625-1625 mm/th dengan bulan kering antara 9-10 bulan. Pada tingkat semai cendana sangat peka terhadap suhu tinggi dan kekeringan, sehingga tanaman ini membutuhkan naungan sekitar 40-50 %. Latar belakang tumbuhnya pohon cendana di kawasan Gunung kidul ini dimulai dengan penanaman pohon cendana sebanyak 6000 bibit di Petak 5 Wanagama I, Gunung kidul pada tahun 1968. Dari 6000 bibit yang ditanan, hanya 11 pohon yang hidup. Hal ini dikarenakan pohon cendana memerlukan tanaman 2
inang dan naungan untuk tumbuh. Dalam sebuah penelitian diketahui bahwa pohon cendana tumbuh baik sekali bila ditanam bersama Acacia vilosa dan tumbuh sebaliknya bila ditanam bersama Acacia auriculiformis dan Sesbania grandiflora. Selanjutnya pohon cendana tumbuh baik bila ditanam diantara diantara tanaman Acacia auriculiformis yang jarang (6X6 m) dan demikian juga jika ditanam diantara Sesbania grandiflora yang rapat (2X2 m). Di Petak 5 Wanagama I sendiri sekarang telah banyak muncul anakananaknan pohon cendana baru. Anakan-anakan tersebut tumbuh dan berkembang dengan bantuan burung-burung pemakan biji.buah pohon cendana yang berasal dari 11 pohon yang masih hidup, dimakan oleh burung-burung tersebut atau dalam bahasa jawa yang sering disebut dengan burung Trocokan.Setelah melalui proses-proses enzimatik dalam perut burung, biji pohon cendana dikeluarkan bersama kotoran dan kemudian berkecambah dan tumbuh menyebar di Petak 5. Dalam kasus didaerah Gunung Kidul sendiri (bukan di Wanagama) keberadaan pohon cendana dimulai pada tahun 1982. Pada waktu itu seorang warga bernama Bapak Bandung, melakukan pengembaraan dari Gunung Kidul sampai ke Pacitan. Dalam perjalanannya tersebut beliau menyebarkan biji pohon cendana di beberapa titik, kemudian penyebaran pohon cendana dilakukannya lagi pada tahun1986 dan 1988. Dari penyebaran tersebut ternyata pohon cendana dapat tumbuh dengan baik disela-sela tanaman Acacia yang memang dijadikan tanaman pioner untuk daerah lahan kritis di Gunung Kidul, tetapi dalam hal ini terdapat sesuatu yang tidak umum dijumpai, yaitu awalnya diketahui bahwa biji pohon 3
cendana dapat berkecambah dengan bantuan enzim-enzim burung, tetapi ternyata hanya dengan menyebarkannya secara manual saja biji dapat tumbuh dan berkembang menjadi pohon dengan baik 1.2 Perumusan Masalah Dengan melihat latar belakang di atas dirumuskan masalah sebagai berikut, Bagaimana pola distribusi pohon Cendana (Santalum album) dan pengaruh faktor fisik, kimia lingkungan terhadap distribusi pohon cendana dikawasan Hutan Wanagama? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pola distribusi (penyebaran) pohon Cendana (Santalum album) di kawasan Hutan Wisata Wanagama. 2. Untuk mengetahui hubungan parameter fisik dan kimia terhadap distribusi pohon Cendana (Santalum album) di kawasan Hutan Wisata Wanagama. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informaasi tentang distribusi pohon Cendana (Santalum album) di kawasan Hutan Wisata Wanagama. Dengan adanya data dimungkinkan sebagai petunjuk memperoleh gambaran tentang pohon Cendana (Santalum album). Untuk penelitian lebih lanjut 4
dan juga dapat memberikan informasi untuk konseervasi Hutan Wisata Wanagama agar pengelolaannya lebih terjaga dan terlindungi. 5