BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan oleh banyaknya klub-klub sepak bola yang ada dan penggemar yang tidak sedikit. Pengeloaan dan pembinaan olahraga sepak bola dilakukan oleh organisasi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di bawah pengawasan Kementerian Pemuda dan Olahraga. Meskipun olahraga ini sudah dikenal hingga pelosok negeri, tetapi atlet sepak bola Indonesia belum menunjukkan prestasi yang memuaskan (Depkes RI, 2002). Berdasarkan ranking FIFA, Indonesia hanya mampu` menempati posisi 173 dunia (FIFA, 2016). Sepanjang sejarah SEA Games, Indonesia terhitung hanya meraih 2 gelar juara yaitu pada tahun 1987 dan 1991, selebihnya gagal merajai gelar juara bergengsi se-asean. Pada tahun 2016, Indonesia hanya menjadi runner-up dalam ajang Piala AFF. Pengembangan potensi yang dimiliki oleh atlet sepak bola dilakukan oleh pemerintah. Berbagai upaya pengembangan olahraga sepak bola dilakukan mulai dari tingkat daerah sampai tingkat nasional. Salah satu pengembangan atlet sepak bola tingkat daerah adalah melalui Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia (Bapomi). Bapomi merupakan organisasi yang berwenang dan bertanggung jawab mengelola, membina, mengembangkan, dan mengoordinasikan setiap pelaksanaan kegiatan olahraga mahasiswa, termasuk Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di bidang sepak bola (Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia, 2017). Badan ini sangat mendukung pengembangan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sepak bola pada setiap universitas. Sepak bola pada 1
2 tingkat Unit Kegiatan Mahasiswa ini menjadi penting sebagai langkah nyata untuk pembibitan atlet dan menjadi ajang mengembangkan minat dan bakat mahasiswa. Keberhasilan atau kegagalan atlet dalam meraih prestasi optimal dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain genetik, potensi dan kemampuan dasar, pelatihan dan program latihan keterampilan teknik dan skill atlet, sosial, sarana, prasarana, cuaca, iklim, psikologis, fungsi organ tubuh dan gizi (Driskell dan Wolinsky, 2011). Persiapan strategi sebelum, selama, dan setelah pertandingan menjadi kunci keberhasilan performa yang optimal (Al-Masri dan Bartlett, 2011). Sepak bola merupakan olahraga yang mengombinasikan olahraga aerobik dan anaerobik. Seorang atlet sepak bola harus mampu untuk melakukan pertandingan selama 90 menit dengan gerakan berlari, menggiring bola, mengoper, dan menendang bola yang dilakukan secara berulang. Untuk itu, diperlukan kondisi fisik, penguasaan teknik, strategi, serta kemampuan mental yang baik. Kondisi fisik atau kebugaran menjadi unsur yang sangat menentukan dalam pertandingan sepak bola. Kebugaran dikelompokkan menjadi 2 yaitu kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan (health related fitness) dan kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan (skill related fitness) (Rink dkk, 2011). Macam komponen dari health related fitness yaitu daya tahan jantung, kekuatan otot, keseimbangan tubuh, daya tahan otot, serta kelentukan. Sementara itu, skill related fitness antara lain kecepatan, kelincahan, daya ledak, koordinasi, keseimbangan serta ketepatan (American College Sport Medicine, 2013). Menurut Arnason dkk (2004) dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
3 antara kebugaran jasmani dan performa, didapatkan hasil bahwa kekuatan otot tungkai berkorelasi dengan kesuksesan penampilan tim. Komponen health related fitness yang sangat erat kaitannya dengan olahraga sepak bola adalah kekuatan dan daya tahan otot. Kekuatan otot merupakan kemampuan otot dalam usaha melawan tegangan dalam satu usaha yang maksimal. Kekuatan otot yang baik dalam permainan sepak bola diperlukan untuk berlari, menggiring bola, menendang bola, mempertahankan keseimbangan tubuh, dan mencegah terjatuh saat berbenturan dengan lawan. Daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi secara berulang dalam waktu yang lama. Seorang pemain sepak bola harus memiliki daya tahan otot yang mumpuni agar otot dapat berkontraksi secara terus menerus dalam waktu 90 menit selama pertandingan. Kebugaran pada seorang atlet sepak bola dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain latihan, genetik, umur, jenis kelamin, asupan gizi, status gizi, kebiasaan merokok, dan keadaan kesehatan (Roji, 2006). Untuk mengoptimalkan kebugaran pada atlet, banyak hal yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah memperhatikan asupan nutrisinya (Driskell dan Wolinsky, 2011). Penilaian status gizi dilakukan untuk mengetahui status gizi atlet. Status gizi sangat menentukan penampilan atlet saat pertandingan. Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran antropometri, biokimia, fisik dan klinis, serta asupan. Penilaian status gizi berdasarkan asupan diet, antara lain penilaian terhadap asupan karbohidrat, lemak, protein, dan hidrasi. Menurut Supriyanti (2013) atlet dengan status gizi baik mempunyai kebugaran tubuh yang lebih baik. Penelitian yang dilakukan oleh Veronica dkk (2013) pada atlet remaja menunjukkan bahwa dari 51 subjek yang dijadikan sampel, sebesar 70,59 % mengalami asupan energi yang tidak adekuat,
4 asupan karbohidrat defisit sebesar 94,12%, asupan lemak kurang yaitu 60,78%, dan asupan protein kurang sebesar 64,70%. Di samping itu, penelitian yang dilakukan oleh Penggalih dkk (2016) kepada atlet stop and go sport tentang identifikasi asupan gizi, diperoleh kesimpulan bahwa rerata pemenuhan kebutuhan karbohidrat kurang, rerata pemenuhan lemak berlebih, serta asupan protein kurang. Asupan makan dan status gizi berpengaruh signifikan terhadap tingkat kebugaran atlet sepak bola Jember United FC (Bagustila dkk, 2015). Asupan zat gizi berupa karbohidrat, protein, dan lemak menjadi substrat dalam pembentukan energi yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas. Oleh karena itu, asupan seorang atlet harus lah adekuat sesuai dengan usia dan aktivitas fisiknya untuk menunjang penampilan saat bertanding (Kemenkes, 2014). Pengaturan diet bagi seorang atlet harus tepat mulai dari sebelum, selama, dan setelah pertandingan. Zat gizi makro yang berperan adalah lemak, protein, dan karbohidrat. Lemak digunakan pada olahraga dengan intensitas rendah dan durasi lama, seperti untuk berlari dengan jarak yang jauh. Penelitian yang dilakukan oleh Abernethy dkk (2004) menunjukkan bahwa tingginya konsumsi lemak pada atlet memiliki korelasi yang positif terhadap lemak tubuh. Asupan protein adekuat pada atlet juga bermanfaat untuk mempertahankan imunitas, meningkatkan jaringan otot, dan mempercepat pemulihan setelah latihan. Selain itu, diet tinggi karbohidrat sebelum pertandingan pada olahraga yang sifatnya lama dapat menunda kelelahan otot dan mendukung performa (Mahan dan Raymond, 2012). Menurut Kerksick dkk (2006), menyatakan bahwa tingkat kecukupan energi dan protein yang defisit akan menyebabkan penurunan massa otot, yang akan berpengaruh negatif terhadap kekuatan otot pemain. Hal ini harus menjadi perhatian karena menurut Penggalih dkk (2016) pemenuhan kebutuhan
5 karbohidrat dan protein masih kurang pada atlet go and sport, padahal pemenuhan energi yang adekuat sangat diperlukan untuk menunjang penampilan di lapangan. Komposisi tubuh merupakan salah satu faktor yang berperan dalam performa atlet. Komposisi tubuh dapat berpengaruh terhadap daya tahan aerobik, keceparan, keseimbangan dan power seorang atlet (Fink dan Mikesky, 2017). Menjaga komposisi tubuh agar tetap ideal antara persentase lemak dan massa otot menjadi pekerjaan yang penting dalam rangka menjaga berat badan ideal atlet. Hal ini dapat berpengaruh pada kekuatan, ketangkasan, dan penampilan. Perbandingan antara massa lemak (fat mass) dan massa selain lemak (lean mass) menentukan performa dalam hal kecepatan (Rodriguezdkk, 2010). Komposisi tubuh seorang atlet berbeda karena perbedaan faktor jenis kelamin yang dapat mempengaruhi sekresi hormon steroid. Selain itu, perbedaan jumlah dan jenis otot pada atlet laki-laki dan perempuan juga menjadi salah satu faktor penentu komposisi tubuh atlet (Driskell dan Wolinsky, 2011). Penelitian oleh Rasmussen (2000), membuktikan bahwa peningkatan sintesis protein secara perlahan akan mengakibatkan hipertrofi otot yang akan menambah massa otot. Penambahan massa otot ini akan berpengaruh positif terhadap kekuatan otot. Penelitian mengenai asupan gizi dan komposisi tubuh yang berhubungan dengan kekuatan dan daya tahan otot belum banyak dilakukan. Selain itu, penelitian mengenai kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan belum banyak dilakukan pada subjek pemain sepak bola UKM. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara asupan gizi makro dan komposisi lemak tubuh terhadap kekuatan dan daya tahan otot pada pemain sepak bola Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta.
6 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana hubungan antara asupan zat gizi makro dan komposisi lemak tubuh pada pemain sepak bola Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta? 2. Bagaimana hubungan antara asupan zat gizi makro terhadap kekuatan otot pada pemain sepak bola Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta? 3. Bagaimana hubungan antara asupan zat gizi makro terhadap daya tahan otot pada pemain sepak bola Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta? 4. Bagaimana hubungan antara komposisi lemak tubuh terhadap kekuatan otot pada pemain sepak bola Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta? 5. Bagaimana hubungan antara komposisi lemak tubuh terhadap daya tahan otot pada pemain sepak bola Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta? 6. Bagaimana hubungan antara pola latihan terhadap kekuatan otot pada pemain sepak bola Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta? 7. Bagaimana hubungan antara asupan zat gizi makro, komposisi lemak tubuh, dan frekuensi latihan terhadap kekuatan otot?
7 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara antara asupan zat gizi makro dan komposisi lemak tubuh terhadap kekuatan dan daya tahan otot pada pemain sepak bola Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) didaerah Istimewa Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi profil asupan zat gizi makro pemain sepak bola Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta. b. Mengidentifikasi profil komposisi tubuh pemain sepak bola Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta. c. Mengidentifikasi profil kekuatan otot dan daya tahan otot pemain sepak bola Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta. d. Mengetahui hubungan antara asupan zat gizi makro dan komposisi tubuh terhadap kekuatan otot pada pemain sepak bola Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta. e. Mengetahui hubungan antara asupan zat gizi makro dan komposisi tubuh terhadap daya tahan otot pada pemain sepak bola Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta. f. Mengetahui hubungan antara pola latihan terhadap kekuatan otot pada pemain sepak bola Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta. g. Mengetahui besar hubungan asupan zat gizi makro, komposisi lemak tubuh, dan latihan terhadap kekuatan otot pada pemain sepak bola Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta.
8 D. Manfaat 1. Bagi peneliti Mengetahui hubungan antara asupan zat gizi makro dan komposisi lemak tubuh terhadap kekuatan dan daya tahan otot pada pemain sepak bola Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Bagi atlet a. Menjadi motivasi pada atlet agar dapat membentuk komposisi tubuh yang ideal untuk seorang atlet sepak bola b. Memberikan informasi bagaimana asupan gizi makro dan komposisi tubuh dapat berperan terhadap kebugaran. c. Memberikan pengetahuan agar atlet mampu meraih prestasi maksimal 3. Bagi pelatih Memberikan dasar untuk skrining atlet dalam proses seleksi. 4. Bagi institusi atau pemerintah Menjadi dasar bagi pemerintah atau institusi dalam pengambilan kebijakan dalam proses pembibitan atlet. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan zat gizi makro dan komposisi tubuh terhadap kekuatan dan daya tahan otot pada pemain sepak bola mahasiswa di Yogyakarta. Berikut ini adalah beberapa penelitian yang relevan, antara lain: 1. Penelitian dari Andhini (2011) dengan judul Hubungan antara Asupan Zat Gizi dan Komposisi Lemak Tubuh dengan Kapasitas Daya Tahan Tubuh Atlet di Sekolah Atlet Ragunan Jakarta yang bertujuan untuk menganalisis
9 karakteristik sampel berdasarkan pengukuran antropometri, status gizi dan komposisi lemak tubuh, menganalisis tingkat konsumsi energi dan zat gizi para atlet di sekolah atlet ragunan Jakarta, menganalisis hubungan antara asupan makanan dengan kapasitas daya tahan tubuh atlet, serta menganalisis hubungan antara komposisi lemak tubuh dengan kapasitas daya tahan tubuh atlet. Metode yang digunakan adalah cross sectional. Hasil penelitian ini yaitu ada hubungan yang signifikan antara asupan zat gizi dan VO2max (r = 0,612; p<0,05) dan hubungan signifikan antara persentase lemak tubuh dan VO 2max (r = -0,651; p<0,05).persamaan dengan penelitian ini adalah (a) pengukuran asupan zat gizi dan (b) pengukuran komposisi lemak tubuh. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah (a) menilai asupan makro dan mikro, (b) mengukur kapasitas daya tahan jantung, dan (c) dilakukan pada atlet bulu tangkis, atletik, dan gulat. 2. yang bertujuan untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh, persen lemak tubuh, dan asupan zat gizi dengan kekuatan otot. Metode yang digunakan yaitu cross sectional. Hasil penelitian ini yaitu terdapat hubungan persen lemak tubuh dengan kekuatan otot (r=- 0,670; p=0,024) dan hubungan asupan protein dengan kekuatan otot (r=0,624; p=0,04). Persamaan dengan penelitian ini adalah (a) pengukuran persen lemak tubuh, (b) penilaian asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat, dan (c) pengukuran kekuatan otot. Perbedaan
10 dengan penelitian ini yaitu (a) pengukuran terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT) dan (b) subjeknya adalah atlet basket. 3. Penelitian dari Rossi et. al (2015) berjudul between Nutritional Knowledge, Body Composition, Dietary Intake, and Power in Female Athlete yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi, komposisi tubuh, asupan diet, dan daya ledak pada atlet perempuan. Metode yang digunakan adalah cross sectional. Hasil yang diperoleh yaitu tidak ada hubungan yang signifikan (p>0,5) antarvariabel dalam grup maupun antarcabang olahraga. Persamaan dengan penelitian ini, antara lain (a) mengukur komposisi tubuh, (b) mengukur asupan zat gizi, dan (c) pengukuran terhadap kekuatan otot. Perbedaan dengan penelitian ini, yaitu (a) pengukuran terhadap pengetahuan gizi, (b) subjek adalah atlet wanita cabang olahraga basket dan softball, serta (c) penelitian dilakukan di Amerika Serikat. 4. Penelitian Persentase Lemak Tubuh, Somatotype dengan Kelincahan Atlet Pencak Silat Kategori Tanding Pelatihan Daerah (Pelatda) Daerah Istimewa hubungan antara asupan lemak, persentase lemak tubuh, dan somatotype terhadap kelincahan atlet pencak silat di Pelatda Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah analitik cross sectional dengan rancangan observasional. Hasil yang diperoleh yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan lemak dengan persentase lemak tubuh, somatotype dan kelincahan. Terdapat hubungan signifikan antara persentase lemak tubuh dengan komponen endomorphy (r=0,881) dan
11 hubungan signifikan antara persentase lemak tubuh dan komponen mesomorphy (r=0,557). Persamaan dengan penelitian ini adalah mengukur asupan lemak dan mengukur komposisi lemak tubuh. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu (a) dilakukan pengukuran somatotype, (b) dilakukan pengukuran kelincahan, serta (c) subjek yang diteliti adalah atlet pencak silat