BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit, menurut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut:

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut:

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

PENGENDALIAN VEKTOR NYAMUK OLEH KELOMPOK 2

Proses Penularan Penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Nyamuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh 4 spesies plasmodium, yaitu

BAB II KAJIAN TEORI. Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit (Protozoa)


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anopheles spp. Sebagai Vektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes agypti yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. malaria berasal dari bahasa Itali Mal = kotor, sedangkan Aria = udara udara yang kotor.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah?

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi sirih (Piper bettle L.) adalah

BAB II LANDASAN TEORI

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

BAB II TINJAUAN PUSAKA. Mahoni merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat

Anti Nyamuk Bakar dan Kampanye Rumah Bebas Nyamuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Oleh : NIKEN KUSUMA DEWI K

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

BAB I PENDAHULUAN. volatile. Definisi minyak atsiri adalah senyawa yang pada umumnya berwujud

DEFINISI KASUS MALARIA

Musca domestica ( Lalat rumah)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB I PENDAHULUAN. hari berikutnya hujan lagi. Kondisi tersebut sangat potensial untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Aedes sp. ,

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Anatomi dan Morfologi Nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

GAMBARAN FAKTOR LINGKUNGAN DAERAH ENDEMIS MALARIA DI DAERAH BERBATASAN (KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN KABUPATEN TRENGGALEK)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang No. 41/1999 dan Undang-Undang No. 19/2004

C030 PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN MIMIKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP. Definisi penyakit malaria menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium. Development Goals (MDG s), lingkungan yang diharapkan pada masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 5. Kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakanlatihan Soal 5.2

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Iklim dan Cuaca Pesisir Selatan

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ARTIKEL VEKTOR MALARIA DIDAERAH BUKIT MENOREH, PURWOREJO, JAWA TENGAH. Enny Wahyu Lestari, Supratman Sukovvati, Soekidjo, R.A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Plasmodium. Malaria pada manusia dapat disebabkan oleh P. malariae, P.vivax, P.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

A. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera; genera termasuk Anopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan Haemagoggus untuk jumlah keseluruhan sekitar 35 genera yang merangkum 2700 spesies. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang; antarspesies berbeda-beda tetapi jarang sekali melebihi 15 mm.dalam bahasa Inggris, nyamuk dikenal sebagai Mosquito, berasal dari sebuah kata dalam bahasa Spanyol atau bahasa Portugis yang berarti lalat kecil. Penggunaan kata Mosquito bermula sejak tahun 1583. Kebiasaan makan nyamuk cukup unik karena hanya nyamuk betina dewasa yang menusuk manusia dan hewan lainnya. Sedangkan Nyamuk jantan hanya makan nektar tanaman..beberapa nyamuk betina memilih untuk makan hanya satu jenis binatang. Nyamuk betina mengigit manusia, hewan peliharaan, seperti sapi, kuda, kambing, dan sebagainya; semua jenis burung termasuk ayam; semua jenis binatang liar, termasuk rusa, kelinci, dan mereka juga mengigit darah ular, kadal, katak, dan sebagainya. Kebanyakan nyamuk betina harus mendapatkan darah yang cukup untuk makan sebelum ia dapat mengembangkan telur. Jika mereka tidak mendapatkan makanan darah ini, maka mereka akan mati tanpa meletakkan telur. Pada nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis panjang untuk menembus kulit mamalia (atau dalam sebagian kasus burung atau juga reptilia dan amfibi untuk menghisap darah. Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur dan oleh karena diet nyamuk terdiri dari madu dan jus buah, yang tidak mengandung protein, kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah. Agak rumit nyamuk betina dari satu genus, Toxorhynchites, tidak pernah menghisap darah. Larva nyamuk besar ini merupakan pemangsa jentik-jentik nyamuk yang lain. Nyamuk mengalami empat tahap dalam siklus hidup: telur, larva, pupa, dan dewasa. Tempo tiga peringkat pertama bergantung kepada spesies dan suhu. Hanya nyamuk betina saja yang menyedot darah mangsanya. dan itu sama sekali tidak ada

hubungannya dengan makan. Sebab, pada kenyataanya, baik jantan maupun betina makan cairan nektar bunga. sebab nyamuk betina memberi nutrisi pada telurnya. telur-telur nyamuk membutuhkan protein yang terdapat dalam darah untuk berkembang. Fase perkembangan nyamuk dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa sangat menakjubkan. Telur nyamuk biasanya diletakkan pada daun lembab atau kolam yang kering. Pemilihan tempat ini dilakukan oleh induk nyamuk dengan menggunakan reseptor yang ada di bawah perutnya. reseptor ini berfungsi sebagai sensor suhu dan kelembaban. setelah tempat ditemukan, induk nyamuk mulai mengerami telurnya. telur-telur itu panjangnya kurang dari 1 mm, disusun secara bergaris, baik dalam kelompok maupun satu persatu. beberapa spesies nyamuk meletakkan telur-telurnya saling menggabung membentuk suatu rakit yang bisa terdiri dari 300 telur. Selesai itu, telur berada pada masa periode inkubasi (pengeraman). pada periode ini, inkubasi sempurna terjadi pada musim dingin. Selesai setelah itu larva mulai keluar dari telurnya semua hampir dalam waktu yang sama. sampai siklus pertumbuhan ini selesai secara keseluruhan, larva nyamuk akan berubah kulitnya sebanyak 2 kali. Selesai berganti kulit, nyamuk berada pada fase transisi. Fase ini dinamakan fase pupa. Pada fase ini, nyamuk sangat rentan terhadap kebocoran pupa. Agar tetap bertahan, sebelum pupa siap untuk perubahan kulit yang terakhir kalinya, 2 pipa nyamuk muncul ke atas air. pipa itu digunakan untuk alat pernafasan. Nyamuk dalam kepompong pupa yang cukup dewasa dan siap terbang dengan semua organnya seperti antenaa, belalai, kaki, dada, sayap, perut, dan mata besar yang menutupi sebagian besar kepalanya. lalu kepompong pupa disobek di atas. Tingkat ketika nyamuk yang telah lengkap muncul ini adalah tingkat yang paling membahayakan. Nyamuk harus keluar dari air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga hanya kakinyalah menyentuh permukaan air. Kecepatan ini sangatlah penting, meskipun angin tipispun dapat menyebabkan kematiannya. Akhirnya, nyamuk tinggal landas untuk penerbangan perdananya setelah istirahatsekitar setengah jam. Beragam jenis nyamuk berfungsi sebagai vektor atau pembawa protozoa, virus, dan tidak sedikit pula pembawa larva cacing yang dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit pada manusia. Cara hidup dan cara menusuk - nya pun berbeda-beda. Beberapa genus nyamuk yang mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita adalah Anopheles, Aedes, dan Culex.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dalam penyusunan makalah ini penyusun merumuskan permasalahan ke dalam beberapa point di bawah ini: 1. Bagaimana toxonomi, morfologi, dan epidemiologi nyamuk Anopheles? 2. Bagaimana bionomik/prilaku nyamuk Anopheles? 3. Bagaimana pengendalian nyamuk Anopheles? C. Tujuan pembuatan makalah Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan tersebut di atas, penulisan makalah ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui toxonomi, morfologi, dan epidemiologi nyamuk Anopheles 2. Mengetahui bionomik/prilaku nyamuk Anopheles 3. Mengetahui pengendalian nyamuk Anopheles BAB II

PEMBAHASAN A. Klasifikasi Nyamuk Anopheles Nyamuk Anopheles sp adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Di dunia kurang lebih terdapat 460 spesies yang sudah dikenali, 100 diantaranya mepunyai kemampuan menularkan malaria dan 30-40 merupakan host dari parasite Plasmodium yang merupakan penyebab malaria di daerah endemis penyakit malaria. Di Indonesia sendiri, terdapat 25 spesies nyamuk Anopheles yang mampu menularkan penyakit Malaria. Anopheles gambiae adalah paling terkenal akibat peranannya sebagai penyebar parasit malaria dalam kawasan endemik di Afrika, sedangkan Anopheles sundaicus adalah penyebar malaria di Asia. a. Taksonomi Kingdom Phylum Kelas Ordo Family : Animal : Arthropoda : Insecta : Diphtera : Culicidae Sub Family : Anophelini Genus Spesies : Anopheles : Anopheles sp Beberapa spesies Anopheles yang penting sebagai vektor malaria di Indonesia antara lain : a. Anopheles sundauicus Spesies ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Bali. Jentiknya ditemukan pada air payau yang biasanya terdapat tumbuh tumbuhan enteromopha, chetomorpha dengan kadar garam adalah 1,2 sampai 1,8 %. Di Sumatra jentik ditemukan pada air tawar seperti di Mandailing dengan ketinggian 210 meter dari permukaan air laut dan Danau Toba pada ketinggian 1000 meter. b. Anopheles aconitus Di Indonesia nyamuk ini terdapat hampir di seluruh kepulauan, kecuali Maluku dan Irian. Biasanya terdapat dijumpai di dataran rendah tetapi lebih banyak di daerah kaki gunung pada ketinggian 400 1000 meter dengan persawahan bertingkat. Nyamuk ini merupakan vector pada daerah daerah tertentu di Indonesia, terutama di Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali. c. Anopheles barbirostris

Spesies ini terdapat di seluruh Indonesia, baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Jentik biasanya terdapat dalam air yang jernih, alirannya tidak begitu cepat, ada tumbuh tumbuhan air dan pada tempat yang agak teduh seperti pada tempat yang agak teduh seperti pada sawah dan parit. d. Anopheles kochi Spesies ini terdapat diseluruh Indonesia, kecuali Irian. Jentik biasanya ditemukan pada tempat perindukan terbuka seperti genangan air, bekas tapak kaki kerbau, kubangan, dan sawah yang siap ditanami. e. Anopheles maculatus Penyebaran spesies ini di Indonesia sangat luas, kecuali di Maluku dan Irian. Spesies ini terdapat didaerah pengunungan sampai ketinggian 1600 meter diatas permukaan air laut. Jentik ditemukan pada air yang jernih dan banyak kena sinar matahari. f. Anopheles subpictus Spesies ini terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Nyamuk ini dapat dibedakan menjadi dua spesies yaitu : 1) Anopheles subpictus subpictus Jentik ditemukan di dataran rendah, kadang kadang ditemukan dalam air payau dengan kadar garam tinggi. 2) Anopheles subpictus malayensis Spesies ini ditemukan pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Jentik ditemukan pada air tawar, pada kolam yang penuh dengan rumput pada selokan dan parit. g. Anopheles balabacensis Spesies ini terdapat di Purwakarta, Jawa Barat, Balikpapan, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan. Jentik ditemukan pada genangan air bekas tapak binatang, pada kubangan bekas roda dan pada parit yang aliran airnya terhenti. b.. Morfologi Anopheles Morfologi nyamuk anopheles berbeda dari nyamuk culex. a) Telur anopheles diletakkan satu persatu di atas permukaan air sehingga seperti membentuk perahu yang bagian bawahnya konveks, bagian atasnya konkaf dan mempunyai sepasang pelampung pada lateral. b) Larva anopheles tampak mengapung sejajar dengan permukaan air, spirakel pada posterior abdomen, tergel plate pada tengah sebelah dorsal abdomen dan sepasang bulu palma pada lateral abdomen. c) Pupa anopheles mempunyai tabung pernafasan berbentuk seperti trompet yang lebar dan pendek, digunakan untuk mengambil oksigen dari udara d) Nyamuk dewasa pada jantan memiliki ruas palpus bagian apikal berbentuk gada (club form) pada betina ruasnya mengecil. Sayap bagian pinggir (kosta dan vena I )

ditumbuhi sisik-sisik sayap berkelompok membentuk belang hitam putih, ujung sayap membentuk lengkung. Bagian posterior abdomennya melancip. Malaria merupakan penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, malaria disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali. Sampai sekarang dikenal 4 jenis plasmodium, yaitu : a. plasmodium falciparum sebagai penyebab Malaria Tropika. b. plasmodium vivaks sebagai penyebab penyakit Malaria Tertiana. c. plasmodium malariae sebagai penyebab penyakit Malaria Quartana. d. plasmodium ovale yang menyebabkan penyakit Malaria yang hampir serupa dengan Malaria Tertiana. Dalam daur hidupnya Plasmodium mempunyai 2 hospes, yaitu vertebrata dan nyamuk. Siklus aseksual didalam hospes vertebrata dikenal sebagai skizogoni dan siklus seksual yang terbentuk sporozoit disebut sebagai sporogoni. 1) Skizogoni Sporozoit infektif dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles, dimasukkan kedalam aliran darah hospes vertebrata (manusia) melalui tusukkan nyamuk, dalam waktu 30 menit memasuki sel parenkim hati, mulai stadium eksoeritrositik dari daur hidupnya. Di dalam sel hati parasit tumbuh skizon. 2) Sporogoni Sporogoni terjadi didalam nyamuk. Gemetosit yang masuk bersama darah, tidak dicernakan bersama sel sel darah lain. Pada Mikrogametosit jantan titik kromatin membagi diri menjadi 6 8 inti yang bergerak ke pinggir parasit. Di pinggir beberapa filament dibentuk seperti cambuk dan mempunyai gerakan aktif, yaitu yang menjadi 6 8 mikrogametber inti tunggal, didesak keluar akhirnya lepas dari sel induk. Proses ini disebut sebagai aksflagelasi. Sementara makrogametosit betina menjadi matang sebagai makrogamet terdiri atas sebuah badan dari sitoplasma yang berbentuk bulat dengan sekelompok kromatin ditengah. Pembuahan (fertilisasi) terjadi karena masuknya satu mikrogamet kedalam mikrogamet untuk membentuk Zigot. c. Bionomik ( Perilaku Nyamuk ) Bionomik nyamuk mencakup pengertian tentang perilaku, perkembangbiakan, umur, populasi, penyebaran, fluktuasi musiman, serta faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi berupa lisan fisik (musim. kelembaban. angin. matahari, arus air). lingkungan kimiawi (kadar gram, PH) dan lingkungan biologik seperti tumbuhan bakau, gangang vegetasi disekitar tempat perindukan dan musim alami. Sebelum mempelajari aspek perilaku nyamuk atau makhluk hidup lainnya harus disadari bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan biologik selalu ada variasinya. Variasi

tingkah laku akan terjadi didalam spesies tunggal baik didaerah yang sama maupun berbeda. Perilaku binatang akan mengalami perubahan jika ada rangsangan dari luar. Rangsangan dari luar misalnya perubahan cuaca atau perubahan lingkungan baik yang alami manpun karena ulah manusia. a. Perilaku saat menghisap darah Hanya nyamuk betina yang sering menghisap darah nyamuk Anopheles sering menghisap darah diluar rumah dan suka menggigit diwaktu senja sampai dini hari (Eksofagik) serta mempunyai jarak terbang sejauh 1,6 Km sampai dengan 2 Km. Waktu antara nyamuk menghisap darah yang mengandung Gametosit sampai mengandung sporozoit dalam kelenjar liurnya, disebut masa tunasekstrinsik. Sporozoit adalah bentuk infektif. Untuk terjadi penularan penyakit malaria harus ada empat faktor yaitu: 1. Parasit (agent / penyebab penyakit malaria) 2. Nyamuk Anopheles (vektor malaria) 3. Manusia (host intermediate) 4. Lingkungan (environment) b. Perilaku pada waktu hinggap dan beristirahat Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang sebenarnya selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah. Meskipun pada umumnya nyamuk memilih tempat yang teduh, lembab dan aman untuk beristirahat tetapi apabila diteliti lebih lanjut tiap species ternyata mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Ada spesies yang halnya hinggap tempattempat dekat dengan tanah (AnAconitus) tetapi ada pula species yang hinggap di tempattempat yang cukup tinggi (An.Sundaicus). Pada waktu malam ada nyamuk yang masuk kedalam rumah hanya untuk menghisap darah orang dan kemudian langsung keluar. Ada pula yang baik sebelum maupun sesudah menghisap darah orang akan hinggap pada dinding untuk beristirahat. Nyamuk Anopheles lebih suka hinggap di batang-batang rumput, di alam atau luar rumah (Eksofilik) yaitu tempat-tempat lembab, terlindung dari sinar matahari, gelap. c. Perilaku pada saat berkembang biak (Breeding Place) Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat untuk berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya. Nyamuk Anopheles dapat berkembang biak ditempat-tempat yang airnya tergenang seperti sawah, irigasi yang bagian tepinya banyak ditumbuhi rumput dan tidak begitu deras airnya.

d. Epidemiologi Untuk menentukan apakah nyamuk anophelini yang hidup di alam bebas berfungsi sebagai vektor malaria adalah dengan jalan menemukan stadium sporozoit dari plasmodium di kelenjar liur nyamuk. Cara untuk menemukan sporozoit ini adalah dengan membedah nyamuk betina. Untuk menentukan vektor di suatu daerah endemik malaria, perlu diketahui beberapa faktor, antara lain: - Kebiasaan nyamuk anophelini mengisap darah manusia. - Umur nyamuk betina yang lebih dari 10 hari. - Kepadatan nyamuk anophelini melebihi spesies lain. - Hasil percobaan di laboratorium menunjukkan kemampuan mengembangkan plasmodium menjadi stadium sporozoit bila nyamuk betina diinfeksi. e. Pengendalian Nyamuk Anopheles 1. Pengendalian yang mungkin dan sudah di lakukan Nyamuk Anopheles dewasa ini banyak sekali metode pengendalian vector dan binatang pengganggu yang telah dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia. Dari berbagai metode yang telah dikenal dapat dikelompokkan sebagai berikut. 1) Pengendalian dengan cara menghindari/mengurangi kontak atau gigitan nyamuk Anopheles. a. Penggunaan kawat kasa pada ventilasi. Dimana keadaan rumah ventilasi udara dipasangi atau tidak dipasangi kawat kasa ini berfungsi untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah. b. Menggunakan kelambu pada waktu tidur. Kebiasaan menggunakan kelambu pada tempat yang biasa di pergunakan sebagai tempat tidur dan di gunakan sesuai dengan tata cara penggunaan kelambu untuk tempat tidur dan waktu penggunaan kelambu saat jam aktif nyamuk mencari darah. c. Menggunakan zat penolak (Repellent). Untuk kebiasaan penggunaan repellent yang digunakan pada saat atau waktu nyamuk menggigit atau pada waktu akan tidur malam atau pada waktu lain di malam hari. 2) Pengendalian dengan cara genetik dengan melakukan sterelisasi pada nyamuk dewasa. 3) Pengendalian dengan cara menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan, yang termasuk kegiatan ini adalah :

a. Penimbunan tempat-tempat yang dapat menimbulkan genangan air. b. Pengeringan berkala dari satu sistem irigasi. c. Pengaturan dan perbaikan aliran air. d. Pembersihan tanaman air dan semak belukar. e. Pengaturan kadar garam misalnya pada pembuatan tambak ikan atau udang. 4) Pengendalian Cara Biologi. Pengendalian dengan cara ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alaminya (predator) atau dengan menggunakan protozoa, jamur dan beberapa jenis bakteri serta jenis-jenis nematoda. 5) Pengendalian Cara Fisika-Mekanik. Pengendalian dengan Fisika-Mekanik ini menitik beratkan usahanya pada penggunaan dan memanfaatkan faktor-faktor iklim kelembaban suhu dan caracara mekanis. 6) Pengendalian dengan cara pengolaan lingkungan (Environmental management). Dalam pengendalian dengan cara pengelolaan lingkungan dikenal dua cara yaitu. a. Perubahan lingkungan (Environmental Modivication). Meliputi kegiatan setiap pengubahan fisik yang permanen terhadap tanah, air dan tanaman yang bertujuan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan nyamuk tanpa menyebabkan pengaruh yang tidak baik terhadap kuwalitas lingkungan hidup manusia. Kegiatan ini antara lain dapat berupa penimbunan (filling), pengertian (draining), perataan permukaan tanah dan pembuatan bangunan, sehingga vektor dan binatang penganggu tidak mungkin hidup. b. Manipulasi Lingkungan (Environment Manipulation) Sehingga tidak memungkinkan vektor dan binatang pengganggu berkembnang dengan baik. Kegiatan ini misalnya dengan merubah kadar garam (solinity), pembersihan tanaman air atau lumut dan penanaman pohon bakau pada pantai tempat perindukan nyamuk sehingga tempat itu tidak mendapatkan sinar matahari. 2. Pengendalian Dengan Cara Kimia (Chemical Control) Pengendalian dengan cara kimia (Chemical Control) ini disebut juga pengendalian dengan menggunakan pestisida. Pestisida adalah suatu zat kimia yang dapat membunuh vektor dan binatang pengganggu. Disamping pengendalian secara langsung kepada vektor, pengendalian secara kimiawi juga bisa dilakukan terhadap tanaman yang menunjang kehidupan vektor dan binatang penggangu dengan menggunakan herbisida. Penggunaan pestisida untuk mengendalikan vektor dan binatang pengganggu memang sangat efektif tetapi

dapat menimbulkan masalah yang serius karena dapat merugikan manusia dan lingkungannya. 3. Pemanfaatan Ekstrak Daun Zodia Zodia merupakan tanaman asli Indonesia yang berasal dari daerah Irian (Papua). Oleh penduduk setempat tanaman ini biasa digunakan untuk menghalau serangga, khususnya nyamuk apabila hendak pergi ke hutan, yaitu dengan cara menggosokkan daunnya ke kulit. Selain itu tanaman yang memiliki tinggi antara 50 cm hingga 200 cm (rata-rata 75 cm) di percaya mampu mengusir nyamuk dan serangga lainnya dari sekitar tanaman. Oleh sebab itu, tanaman ini sering di tanam di pekarangan ataupun di pot untuk menghalau nyamuk. Aroma yang dikeluarkan oleh tanaman zodia cukup wangi. Biasanya tanaman ini mengeluarkan aroma apabila tanaman tergoyah oleh tiupan angin hingga di antara daunnya saling menggosok maka keluarlah aroma yang wangi. Saat ini sebagian masyarakat menyimpan tanaman zodia pada pot didalam ruangan sehingga selain memberikan aroma yang khas, juga aromanya dapat menghalau nyamuk didalam ruangan. Namun demikian tidak berarti bahwa nantinya di dalam ruangan terdapat bangkai nyamuk sebagai akibat dari tanaman ini, nyamuk hanya terusir karena tidak menyukai aroma dari tanaman ini. Penyimpanan tanaman juga sering diletakkan disekitar tempat angin masuk ke dalam ruangan, nyamuk yang hendak masukpun terhalau. f. Repellent Repellent adalah substansi yang digunakan untuk melindungi manusia dari gangguan nyamuk dan serangga pengigit lainnya. Secara umum repellent dibagi menjadi 2 kategori, yakni repellen kimia dan Repellen alami. Repellen kimia misalnya DEET (N, N diethyl-m- Toluamide). Repellen alami dapat digunakan peptisida nabati. Peptisida nabati menimbulkan residu relative rendah pada bahan makanan dan lingkungan serta dianggap lebih aman dari pada pestisida sintesis. Pestisida nabati dapat diperoleh melalui tumbuhan penghasil insektisida nabati. Insektisida nabati adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama insekta. Tumbuhan yang biasa digunakan sebagai insektisida nabati salah satunya dlingo. Bagian tumbuhan yang digunakan rimpangnya, rimpang dlingo dapat digunakan dalam dua bentuk yaitu berbentuk tepung dan minyak. Rimpang dlingo mengandung minyak yang dapat digunakan sebagai bahan insektisida yang berkerja sebagai repellen (penolak serangga) tanaman lainnya bisa menggunakan pyrethrum, serai, zodia, gerainium, rosmery, soga, bitung, babandotan. Repellent digunakan dengan cara menggosokkan pada tubuh atau menyemprotkan pada pakaian. Oleh karena itu repellen mempunyai syarat.

a. Sifat fisio kimia seperti stabilitas, kompatibel (dengan bahan lain dalam formulasi) b. Efektif dan berefek lama sebagai repellen c. Bersifat spektrum luas (efek terhadap macam jenis serangga) d. Toksisitas rendah, tidak berbahaya, tidak menyebabkan iritasi e. Nyaman digunakan f. Tidak merusak pakaiaan, tahan air g. Sumber bahan banyak, teknologi industri sederhana, biaya rendah, harga terjangkau Efektifitas penggunaan repellen dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain komponen kimia bahan aktif, titik didih dan kecepatan penguapan, jenis serangga target, pemakai (lingkungan, kelembaban udara, temperature atmosfer, dan sirkulasi udara). Pengendalian nyamuk dengan Repellen mempunyai keuntungan misalnya digunakan secara perorangan dengan mudah, mencegah polusi lingkungan, dan toksistas rendah. BAB III KESIMPULAN A. Kesimpulan Nyamuk Anopheles sp adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Di dunia kurang lebih terdapat 460 spesies yang sudah dikenali, 100 diantaranya mepunyai kemampuan menularkan malaria dan 30-40 merupakan host dari parasite Plasmodium yang merupakan penyebab malaria di daerah endemis penyakit malaria. Di Indonesia sendiri, terdapat 25 spesies nyamuk Anopheles yang mampu menularkan penyakit Malaria. Morfologi nyamuk anopheles berbeda dari nyamuk culex. - Telur anopheles diletakkan satu persatu di atas permukaan air sehingga seperti membentuk perahu yang bagian bawahnya konveks. - Larva anopheles tampak mengapung sejajar dengan permukaan air. - Pupa anopheles mempunyai tabung pernafasan berbentuk seperti trompet yang lebar dan pendek, digunakan untuk mengambil oksigen dari udara - Nyamuk dewasa pada jantan memiliki ruas palpus bagian apikal berbentuk gada (club form) pada betina ruasnya mengecil. Sayap bagian pinggir (kosta dan vena I ) ditumbuhi sisik-sisik sayap berkelompok membentuk belang hitam putih, ujung sayap membentuk lengkung. Bagian posterior abdomennya melancip. Bionomik nyamuk mencakup pengertian tentang perilaku, perkembangbiakan, umur, populasi, penyebaran, fluktuasi musiman, serta faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi berupa lisan fisik (musim. kelembaban. angin. matahari, arus air). lingkungan kimiawi (kadar gram, PH) dan lingkungan biologik seperti tumbuhan bakau, gangang vegetasi disekitar tempat perindukan dan musim alami. - Perilaku saat menghisap darah

Hanya nyamuk betina yang sering menghisap darah nyamuk Anopheles sering menghisap darah diluar rumah dan suka menggigit diwaktu senja sampai dini hari (Eksofagik) serta mempunyai jarak terbang sejauh 1,6 Km sampai dengan 2 Km. - Perilaku pada waktu hinggap dan beristirahat Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang sebenarnya selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah. - Perilaku pada saat berkembang biak (Breeding Place) Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat untuk berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya. Nyamuk Anopheles dapat berkembang biak ditempat-tempat yang airnya tergenang seperti sawah, irigasi yang bagian tepinya banyak ditumbuhi rumput dan tidak begitu deras airnya. - Epidemiologi Untuk menentukan apakah nyamuk anophelini yang hidup di alam bebas berfungsi sebagai vektor malaria adalah dengan jalan menemukan stadium sporozoit dari plasmodium di kelenjar liur nyamuk. Cara untuk menemukan sporozoit ini adalah dengan membedah nyamuk betina. Untuk menentukan vektor di suatu daerah endemik malaria, perlu diketahui beberapa faktor, antara lain: - Kebiasaan nyamuk anophelini mengisap darah manusia. - Umur nyamuk betina yang lebih dari 10 hari. - Kepadatan nyamuk anophelini melebihi spesies lain. - Hasil percobaan di laboratorium menunjukkan kemampuan mengembangkan plasmodium menjadi stadium sporozoit bila nyamuk betina diinfeksi. B. Saran Pengendalian Nyamuk Anopheles dengan cara menghindari/mengurangi kontak atau gigitan nyamuk Anopheles. - Penggunaan kawat kasa pada ventilasi. - Menggunakan kelambu pada waktu tidur. - Menggunakan zat penolak (Repellent). - Pengendalian dengan cara genetik dengan melakukan sterelisasi pada nyamuk dewasa. - Penimbunan tempat-tempat yang dapat menimbulkan genangan air. - Pengeringan berkala dari satu sistem irigasi. - Pengaturan dan perbaikan aliran air. - Pembersihan tanaman air dan semak belukar. - Pengaturan kadar garam misalnya pada pembuatan tambak ikan atau udang.