I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kenyamanan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana yang diamanatkan di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006). Tenaga kesehatan berperan dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Indonesia masih mengalami masalah sumber daya manusia kesehatan baik dalam hal jumlah, sebaran, kualitas maupun pengaturan kewenangannya (Lestari, 2014). Dokter atau dokter gigi adalah salah satu komponen utama pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat, serta mempunyai peranan yang sangat penting karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan yang diberikan (Longkutoy dkk., 2008). Salah satu unsur utama dalam sistem pelayanan kesehatan yang prima adalah tersedianya pelayanan medis oleh dokter dan dokter gigi dengan kualitas yang terpelihara sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Undang- Undang penyelenggaraan praktik kedokteran telah mengatur bahwa setiap dokter dan dokter gigi wajib mengacu pada standar, pedoman dan prosedur yang berlaku sehingga masyarakat mendapat pelayanan medis yang profesional dan aman. Salah satu pengaturan dalam UU Praktik Kedokteran yang dimaksud adalah pengaturan tentang rekam medis yaitu pada Pasal 46 dan 47 (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006). Dokter yang merawat pasien memiliki kewajiban dan bertanggungjawab 1
2 atas kelengkapan dan keakurasian pengisian rekam medis (Longkutoy dkk., 2008). Menurut Rahmasari (2014) tidak semua dokter gigi membuat rekam medis gigi secara lengkap bahkan masih ada yang tidak membuatnya. Rekam medis menurut Undang-Undang No. 29 tahun 2004 adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identifikasi pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Murniwati, 2012). Menurut Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI (2007) rekam medis merupakan data tertulis pada kartu yang berisi informasi lengkap dan akurat tentang identitas pasien, diagnosis, perjalanan penyakit, proses pengobatan dan tindakan medis serta dokumentasi hasil pemeriksaan. Rekam medis gigi minimal memuat identitas pasien, pemeriksaan fisik intraoral dan ekstraoral yang dilengkapi dengan odontogram, diagnosis, tindakan pengobatan, pelayanan lain yang diberikan kepada pasien dan persetujuan atas informed consent (Murniwati, 2012). Berdasarkan Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran Gigi, data-data penting yang perlu dicatat dan dirangkum dalam blangko sehingga berfungsi sebagai check list agar selalu dapat diperiksa sehingga tidak terlewatkan adalah identitas pasien, keadaan umum pasien, odontogram, data perawatan Kedokteran Gigi dan nama dokter gigi yang merawat. Penulisan nomenklatur gigi disarankan menggunakan dua digit dari FDI (Federation Dentaire International). Semua keadaan gigi dan terapi yang dilakukan dicatat secara jelas dan teliti, sehingga dapat dibedakan dan diketahui secara pasti keadaan gigi dan jenis tindakan yang dilakukan. Rekam medis juga merupakan alat bukti yang sah menurut hukum (Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI,
3 2007). Rekam medis mempunyai aspek hukum kedisiplinan dan etik petugas kesehatan, kerahasiaan, keuangan, mutu serta manajemen rumah sakit audit medik, dan memiliki banyak kegunaan untuk berbagai macam kepentingan (Hanafiah dan Amir, 2007). Membuat rekam medis merupakan kewajiban seorang dokter gigi terhadap pasiennya sebagai bukti tentang pelayanan kesehatan gigi yang telah diberikan kepada pasien. Sampai saat ini dikalangan praktisi Kedokteran Gigi belum ada keseragaman cara penulisan nomenklatur gigi maupun istilah catatan yang digunakan untuk mencatat tindakan medis yang dilakukan, sehingga sering timbul keraguan saat rekam medis dibaca oleh sejawat lain. Hal ini menimbulkan kesalahpahaman saat catatan medis tersebut dimanfaatkan oleh sejawat lain dalam suatu proses hukum (Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, 2007). Rekam medis harus dibuat segera dan dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan. Rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan (Pasal 46 ayat (3) UU Praktik Kedokteran) (Eny dan Rachmani, 2010). Berdasarkan Panduan Akademik 2014/2015 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (2013), pendidikan Kedokteran Gigi di Indonesia merupakan pendidikan akademik profesional yang mencakup pendidikan dan pelatihan untuk memperoleh ilmu pengetahuan bidang Kedokteran Gigi, keterampilan klinik, termasuk sikap sebagai seorang dokter gigi yang profesional. Salah satu program studi yang terdapat di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada adalah Profesi Dokter Gigi yang kemudian disebut sebagai Program
4 Akademik Profesional. Jenjang profesi ini juga dikenal sebagai Co-assisten, Coschap dan kepaniteraan. Kepaniteraan merupakan alih bahasa dari Clerkship Study Programme. Jenjang profesi atau kepaniteraan bisa ditempuh oleh mahasiswa yang telah lulus Sarjana Kedokteran Gigi. Mahasiswa kepaniteraan harus menyelesaikan requirement di sepuluh bagian yang berbeda, salah satunya adalah Klinik Prostodonsia. Setiap mahasiswa kepaniteraan termasuk Co-ass Prostodonsia harus mentaati tata tertib umum yaitu wajib membuat atau mengisi dan mengembalikan rekam medis secara benar dan lengkap sesuai dengan aturan yang berlaku serta wajib menjaga kerahasiaan pasien. Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Prof. Soedomo adalah unit penunjang fakultas yang menyelenggarakan kegiatan akademik profesional di tingkat profesi dan unit penyelenggaraan pelayanan dasar dan spesialistik di bidang kesehatan gigi dan mulut (Panduan Akademik 2013/2014 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, 2012). Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan diperoleh melalui suatu proses belajar terhadap suatu informasi yang diperoleh seseorang. Pengetahuan dapat juga diperoleh dari pengalaman yang langsung dialami maupun dari pengalaman orang lain. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari proses pendidikan atau edukasi (Nurjanatun, 2012). Landasan utama untuk dapat melakukan tindakan medis terhadap orang lain adalah ilmu pengetahuan, teknologi dan kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Pengetahuan yang dimiliki harus terus
5 menerus dipertahankan dan ditingkatkan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri (Longkutoy dkk., 2008). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka diperoleh suatu permasalahan yaitu: Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan mahasiswa kepaniteraan Prostodonsia dengan kelengkapan data pengisian dokumen rekam medis Kedokteran Gigi di RSGM Prof. Soedomo Yogyakarta? C. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis, penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan mahasiswa kepaniteraan Prostodonsia dengan kelengkapan data pengisian dokumen rekam medis Kedokteran Gigi di RSGM Prof. Soedomo Yogyakarta belum pernah dilakukan. Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini adalah penelitian oleh Gunawan (2013) yang berjudul Gambaran Rekam Medis Gigi Puskesmas Bahu Kota Manado Ditinjau dari Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran Gigi. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa rata-rata kelengkapan identitas pada rekam medis gigi pasien yang ada di Puskesmas Bahu masih sangat kurang dan belum lengkap seperti tidak terdapat catatan kesehatan umum pasien, catatan odontogram dan tabel jadwal kunjungan. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah pengetahuan mahasiswa kepaniteraan Prostodonsia dan kelengkapan data pengisian dokumen rekam medis kedokteran gigi.
6 D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara pengetahuan mahasiswa kepaniteraan Prostodonsia dengan kelengkapan data pengisian dokumen rekam medis Kedokteran Gigi di RSGM Prof. Soedomo Yogyakarta. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai hubungan antara pengetahuan mahasiswa kepaniteraan Prostodonsia dengan kelengkapan data pengisian dokumen rekam medis Kedokteran Gigi di RSGM Prof. Soedomo Yogyakarta. 2. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa kepaniteraan Prostodonsia dalam penggunaan dokumen rekam medis Kedokteran Gigi di RSGM Prof. Soedomo Yogyakarta.