BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC),

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. mendukung pembahasan bab- bab berikutnya, yaitu matriks, analisis multivariate,

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA)

PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK)

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Unit Analisis dan Ruang Lingkup Penelitian. yang berupa data deret waktu harga saham, yaitu data harian harga saham

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input

KAJIAN METODE BOOTSTRAP DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN MODEL ARMA (p,q)

PERAMALAN BANYAKNYA OBAT PARASETAMOL DAN AMOKSILIN DOSIS 500 MG YANG DIDISTRIBUSIKAN OLEH DINKES SURABAYA

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Software Eviews Versi 4.1 dan Microsoft Office Excel Gambar 2 Plot IHSG.

BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN. Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan.

III. METODE PENELITIAN

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

Metode Variasi Kalender untuk Meramalkan Banyaknya Penumpang Kereta Api

PENERAPAN MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) UNTUK PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA PEKANBARU TUGAS AKHIR

Model Peramalan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Nikkei 225 dengan Pendekatan Fungsi Transfer

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. A. Data dan Sumber Data Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian arsip yaitu suatu penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan

IV. METODE PENELITIAN

Analisis Peramalan Banyaknya Permintaan Darah di Surabaya Menggunakan Metode

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman Online di:

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

Oleh : Dwi Listya Nurina Dosen Pembimbing : Dr. Irhamah, S.Si, M.Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk berkunjung ke suatu negara. Permintaan pariwisata biasanya diukur dari segi

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI

PENDEKATAN VECTOR ERROR CORRECTION MODEL UNTUK ANALISIS HUBUNGAN INFLASI, BI RATE DAN KURS DOLAR AMERIKA SERIKAT

IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data

Peramalan Penjualan Pipa di PT X

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan

PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN DI AGROWISATA KUSUMA BATU MENGGUNAKAN METODE ANALISIS SPEKTRAL. Oleh: Niswatul Maghfiroh NRP.

III. METODE PENELITIAN

Sedangkan model fungsi transfer bentuk kedua adalah sebagai berikut :

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

PERBANDINGAN MODEL PADA DATA DERET WAKTU PEMAKAIAN LISTRIK JANGKA PENDEK YANG MENGANDUNG POLA MUSIMAN GANDA ABSTRAK

III. METODELOGI PENELITIAN. Dalam penelitian yang berjudul Analisis Determinan Nilai Aktiva Bersih Reksa

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan

4 BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN EVALUASI. lebih dikenal dengan metode Box-Jenkins adalah sebagai berikut :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek

BAB 3 MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO

99.9. Percent maka H 0 diterima, berarti residual normal

Prediksi Laju Inflasi di Kota Ambon Menggunakan Metode ARIMA Box Jenkins

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI

III. METODE PENELITIAN. bentuk runtut waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam

BAB III METODE PENELITIAN

PEMODELAN DATA TIME SERIES DENGAN METODE BOX-JENKINS

BAB III METODE PENELITIAN

PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR)

Peramalan merupakan alat bantu yang penting dalam penyusunan rencana yang efektif dan efisien. Pada

PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III PEMODELAN DATA IHSG DAN LAJU INFLASI INDONESIA MENGGUNAKAN VECTOR AUTOREGRESSIVE WITH EXOGENOUS VARIABLE (VARX)

BAB II LANDASAN TEORI. nonstasioneritas, Autocorrelation Function (ACF) dan Parsial Autocorrelation

Pemodelan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Menggunakan ARFIMA

PEMODELAN DAN PERAMALAN PENUTUPAN HARGA SAHAM PT. TELKOM DENGAN METODE ARCH - GARCH

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN KOMBINASI TREND DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA DATA JUMLAH PENUMPANG KERETA API (Studi Kasus : KA Argo Muria)

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

BAB II LANDASAN TEORI

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah

PENENTUAN MODEL TERBAIK UNTUK PERAMALAN DATA SAHAM CLOSING PT. CIMB NIAGA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE ARCH-GARCH

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah data sekunder yang

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan atau coumpouding. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

model Seasonal ARIMA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Pemodelan Space Pemasangan Iklan di Surat Kabar Harian X dengan Metode ARIMAX dan Fungsi Transfer

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)

METODE PENELITIAN. Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang

PREDIKSI RETURN PORTOFOLIO MENGGUNAKAN METODE KALMAN FILTER

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 nilai tukar kurs euro terhadap rupiah

BAB 2 LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC), prosedur pembentukan model Vector Error Correction (VEC), dan aplikasi model Vector Error Correction (VEC) pada penutupan indeks harga saham JKSE, KOSPI, NIKKEI, dan PSEI. A. Model Vector Error Correction (VEC) Model Vector Error Correction (VEC) adalah suatu metode untuk menganalisis data runtun waktu pada model Vector Autoregressive (VAR) yang stasioner pada differencing pertama dan memenuhi uji kointegrasi (Lutkephol,2005: 246). Dari model VAR (p) yang memiliki variabel yang tidak stasioner. Bentuk umum VAR (p) adalah sebagai berikut (Lutkepohl,2005: 14): (3. 1) Dengan = vektor yang memuat variabel pada waktu ke-t = parameter VARorde p = vektor yang memuat variabel pada waktu ke-t-p Dari persamaan (3.1) dapat dinotasikan dalam bentuk VEC sebagai berikut (Lutkepohl,2005: 248): (3. 2) 27

dimana Rank matriks digunakan untuk menentukan banyak kombinasi linear y t yang bersifat stasioner, selanjutnya rank matriks disimbolkan dengan r. Jika 0 <r <K, maka terdapat r vektor kointegrasi atau r kombinasi linear yang stasioner dari y t. Matriks selanjutnya dapat difaktorisasi menjadi Π=αβ, dengan α dan β adalah matriks berukuran K x r, dimana β merupakan matriks koefisien jangka panjang dan mengandung vektor kointegrasi atau matriks kointegrasi dan α merepresentasikan matriks koefisien dari variabel yang memenuhi persamaaan linear (Lutkepohl,2005: 248). Dari persamaan (3.1) dan (3.2) dapat dibentuk persamaan VEC sebagai berikut (Lutkepohl,2005: 248): (3. 3) dengan didefinisikan matriks kovarian dengan white noise = differencing operator Π = matriks koefisien kointegrasi = vektor yang memuat variabel pada waktu t-1 y t Γ i u t = vektor yang memuat variabel pada waktu ke-t = parameter VEC dengan i= 1,2,3,..p-1 = vektor error 28

Pada model VAR(1) bivariate yang mengandung kointegrasi dengan nilai kointegrasi 1 akan berbentuk(lutkepohl,2005: 258). Model VAR (1) bivariate nilai kointegrasi1 dapat dinotasikan sebagai berikut (Lutkepohl,2005: 260): * + * + * + * + Sehingga model VEC dengan nilai kointegrasi1 dapat dinotasikan (Lutkepohl,2005: 260): * + * + dimana * + Estimasi parameter merupakan penduga nilai dari parameter populasi dengan menggunakan nilai dari sampel. Model VEC memuat proses perhitungan untuk mendapatkan nilai parameter dari model VEC. B. Prosedur Pembentukan dengan Analisis Model Vector Error Correction (VEC) Analisis model VEC merupakan analisis runtun waktu yang sering digunakan untuk menganalisis jangka panjang suatu data. Prosedur yang dilakukan dalam metode tersebut adalah 1. Identifikasi Model a. Stasioneritas Langkah awal yang dilakukan dalam pembentukan model VEC adalah mengidentifikasi data dengan plot data runtun waktu. Pembuatan plot runtun waktu dilakukan untuk menduga kestasioneran data. Selanjutnya kestasioneran dapat diuji denganuji transformasi Box-Cox untuk mengetahui stasioner dalam 29

varians dan uji unit root salah satu metode menggunakan uji Augmented Uji Dickey Fuller (ADF).Adapun hipotesisnya: H 0 : data stasioner H 1 : data tidak stasioner Data dikatakan mengandung unit root jika nilai ADF lebih kecil dari nilai kritis dari tabel ADF. Jika data mengandung unit root maka data dapat dilakukan differencing sampai data stasioner/ tidak mengandung unit root. b. Uji Kointegrasi Johansen Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang antar variabel. Konsep kointegrasi dikemukakan pertama kali oleh Engle dan Granger (1987). Tahun 1988 dikembangkan oleh Johansen dan disempurnakan oleh Johansen dan Juselius di tahun 1990. Pada konsep kointegrasi yang dipaparkan Johansen jika dua variabel yang tidak stasioner sebelum differencing namun stasioner pada differencing pertama, besar kemungkinan akan terjadi kointegrasi atau hubungan jangka panjang. Salah satu menguji kointegrasi adalah dengan uji Johansen. Uji kointegrasi digunakan untuk variabel yang terintegrasi pada orde 1 dan orde 0.Hipotesis yang digunakan pada uji kointegrasi Johansen yaitu H 0 : H 1 :,dengan r=0,1, k-1(terdapat nilai kointegrasi) (tidak terdapat nilai kointegrasi) 2010: 220). Untuk menguji hipotesis ini dapat menggunakan statistik uji trace (Rosadi, 30

dengan T k r = banyak pengamatan = lag input pada model VEC = nilai kointegrasi = nilai eigen terbesar terbesar ke i dan menguji hipotesis ini dapat menggunakan statistik uji maximum eigen value (Rosadi, 2010: 220): untuk r= 0, 1,, k-1 Kriteria keputusan adalah tolak H 0 jika LR tr > nilai kritis taraf nyata 5%. c. Penentuan Lag Optimal Untuk memilih orde lag p dapat digunakan kriteria informasi (information criteria) yaitu Hannan Quinn Criteria (HQC) yang dapat didefinisikan sebagai dengan p T k = orde pada model VEC = banyak pengamatan = laginput pada model VEC ( ) = estimator varian kovarian error Dengan nilai p dipilih sebagai p yang meminimalkan kriteria informasi dalam interval 1,, p max atau dengan kata lain kriteria informasi dipilih yang terkecil (Rosadi, 2011: 20). 31

2. Estimasi Parameter Parameter model VEC adalah Π, Γ, dan dalam proses estimasi digunakan model maximum likelihood estimation (Lutkepohl,2005:294). Penggunaan estimasi maximum likelihood pada model VEC sangat kompleks untuk dikerjakan secara manual. Oleh karena itu pengerjaan estimasi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan software. Sehingga diperoleh maksimum dari ln L adalah atau ekuivalen dengan meminimumkan determinan α dan β (Lutkepohl, 2005: 295). Uji signifikansi parameter dapat dilakukan dengan uji hipotesis sebagai berikut : H o : = 0 dengan i = 1,2, p-1 (parameter VEC tidak signifikan) H 1 : 0 (parameter VEC signifikan) Statistik uji yang digunakan sebagai berikut: dengan = estimator parameter VEC = standar error estimator Kriteria keputusan yang digunakan adalah H 0 ditolak jiak t >t α/2df, df = n- n p dimana n menunjukkan banyak data dan n p adalah banyakdata pada orde p yang dipakai atau H 0 ditolak jika p-value < α. 32

3. Uji Kesesuaian Model Model dikatakan memadai jika error (u t ) memenuhi proses white noise yang tidak berkorelasi (independen). Untuk mendeteksi suatu proses white noise pada analisis error dilakukan uji autokorelasi error dengan menyajikanplot ACF/ PACF dan uji normalitas (Lutkepohl, 2004: 127) a. Uji Autokorelasi error Hipotesisi yang digunakan untuk menguji autokorelasi error yaitu H 0 : E(u t, u t-1 ) = 0 dengan (tidak terdapat korelasi pada error) H 1 : minimal terdapat satu E(u t, u t-1 ) 0 (terdapat korelasi pada error) Dengan menyajikan plot residu dengan asumsi jika terdapat plot keluar garis kritis maka H 0 ditolak (Wei, 2006 : 110) b. Uji Normalitas Error Asumsi lain yang harus dipenuhi adalah uji kenormalan error. Uji kenormalan dilakukan untuk mengetahui error berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan dilakukan dengan menggunakan uji Jerque-Bera (JB). Hipotesis yang digunakan sebagai berikut (Lutkepohl, 2004: 129): H 0 : error berdistribusi normal H 1 : error tidak berdistribusi normal statistik uji yang digunakan yaitu (Rosadi, 2010: 111): Kriteria keputusan adalah H 0 ditolak jika p-value < α atau JB> χ 2 (K). Dengan n dalah banyak data. 33

4. Peramalan Data Ketepatan model yang digunakan untuk meramal data periode yang akan datang dapat dihitung dengan Mean Absolute Percentage (MAPE) yaitu (Makridakis, 1999: 110) dengan 100% Y t = data akual F t = data ramalan Semakin kecil nilai MAPE mengindikasikan data hasil peramalan mendekati nilai aktual. Nilai MAPE yang kecil dapat diasumsikan kurang dari 10% (Makridakis, 1999: 110). Adapun skema pemodelan dengan menggunakan model VEC disajikan pada Gambar 3.1 berikut: Gambar 3. 1 Skema Model VEC 34

C. Analisis Data Menggunakan Model Vector Error Correction (VEC) Data yang digunakan pada analisis model adalah variabel Y 1 yaitu data penutupan pada indeks saham gabungan Jakarta (JKSE), Y 2 yaitu indeks saham gabungan Jepang (NIKKEI), Y 3 yaitu indeks saham Korea Selatan (KOSPI), dan Y 4 indeks saham Filiphina (PSEI). Data diambil dari www.yahoo.finance.com yang merupakan data sekunder pada periode 15 Maret 2012 10 Januari 2017 sebanyak 1195 (data selengkapnya dapat dilihat di lampiran 1 halaman 60) yang berupa data mingguan. Plot data empat indeks saham dapat ditunjukkan pada gambar 3.2 Gambar 3. 2 Plot Data Indeks Sahan,JKSE, KOSPI, NIKKEI, dan PSEI periode 15 Maret 2012-10 Januari 2017 Plot data JKSE, KOSPI, NIKKEI, dan PSEI mengalami kenaikan dan penurunan secara bersamaan dipertengahan tahun 2013. Kejadian yang serupa 35

juga dialami pada akhir tahun 2014 dan awal tahun 2016. Pada indeks saham PSEI mengalami penurunan. Sehingga dapat diduga dari plot tersebut antar empat saham saling memiliki pengaruh. Gambar 3. 3 Hasil Plot Box- Cox pada Y 1, Y 2, Y 3, dan Y 4 Nilai estimasi Y 1, Y 2, Y 3, dan Y 4 yang diperoleh dari Box- Cox pada gambar 3.3 dengan nilai pada masing- masing saham yang dihasilkan menunjukkan angka sebesar 0,00. Nilai yang didapatkan tidak mendekati angka satu maka data cenderung tidak stasioner dalam varian. Ketidakstasioneran dalam varian dapat diatasi dengan transformasi. 36

Gambar 3. 4 Hasil Plot Transformasi Box- Cox pada Y 1, Y 2, Y 3, dan Y 4 Data Y 1, Y 2, Y 3, dan Y 4 setelah ditransformasi dapat dilihat pada gambar 3.4 yang memiliki nilai pada Y 1 sebesar 1,23, Y 2 sebesar 0,87, Y 3 sebesar 1,19, Y 4 sebesar 1,28 dan rounded value sebesar 1,00. Nilai yang mendekati angka satu maka dapat diartikan bahwa data Y 1, Y 2, Y 3, dan Y 4 stasioner dalam varian. Uji stasioner yang dapat digunakan adalah uji Augmented- Dickey Fuller (ADF) dan differencing untuk mengetahui data keempat saham stasioner dalam rata- rata. Hasil ADF yang didapat ditunjukkan pada table 3.1 dan 3.2: Tabel 3. 1 Tabel Hasil Uji ADF dengan e-views Variabel Nilai ADF Nilai Kritis Keterangan 1% 5% 10% Y 1-1.519808-3.4387-2.8644-2.5683 Tidak Stasioner Y 2-0.833823-3.4387-2.8644-2.5683 Tidak Stasioner Y 3-4.020811-3,4344-2.8644-2.5683 Stasioner Y 4-0.580868-3.4387-2.8644-2.5683 Tidak Stasioner 37

Variabel Y 1, Y 2, dan Y 4 nilai nilai ADF > nilai kritis pada taraf nyata 1%, 5%, dan 10%. Pada variabel Y 3 nilai nilai ADF < nilai kritis pada taraf nyata 1%, 5%, dan 10% dapat dilihat pada tabel 3.1. Pada plot ACF dan PACF yang ditunjukkan pada lampiran 2, 4, 6, dan 8 halaman 89, 91, 93, dan 95, mengindikasikan bahwa data belum stasioner dalam rata- rata karena lag pada plot ACF dan PACF keluar dari garis kritis. Berdasarkan tabel 3.1 dan plot ACF dan PACFvariabel Y 1, Y 2, dan Y 4 disimpulkan tidak stasioner dalam rataan dan harus dilakukandifferencingpada Y 1, Y 2, dan Y 4. Tabel 3. 2 Hasil ADF pada differencing pertama Variabel Nilai Nilai Kritis Keterangan ADF 1% 5% 10% Y 1-17.03758-3.4387-2.8644-2.5683 Stasioner Y 2-16.44089-3.4387-2.8644-2.5683 Stasioner Y 3-16.88168-3.4387-2.8644-2.5683 Stasioner Y 4-17.39049-3.4387-2.8644-2.5683 Stasioner Pada tabel 3.2 variabel Y 1, Y 2, Y 3 dan Y 4 nilai nilai ADF > nilai kritis pada taraf nyata 1%, 5%, dan 10%.Data yang telah differencing pertama dapat dilihat pada plot ACF dan PACF yang ditunjukkan pada lampiran 2, 5, 7, dan 9 halaman 90, 92, 94, dan 96, mengindikasikan bahwa data stasioner dalam rata- rata karena lag pada plot ACF dan PACF tidak keluar dari garis kritis. Berdasarkan hasil ADF tabel 3.2 pada differencing pertama variabel Y 1, Y 2,Y 3,dan Y 4 disimpulkan data stasioner dalam rataan pada differencing pertama. Selanjutnya untuk menentukan orde dari model maka akan ditentukan Lag Optimal dapat direpresentasikan dari nilai Hannan Quinn Criteria (HQC). 38

Tabel 3. 3 Hasil Lag Optimal HQC Lag HQ 0-10.23627 1-24.95341 2-24.95347* 3-24.92878 4-24.91700 5-24.89335 6-24.86306 7-24.84846 8-24.82452 Berdasarkan tabel 3.3 dapat direpresentasikan bahwa HQC pada lag 2 memiliki nilai terkecil dari lag lainnya. Dapat disimpulkan bahwa lag optimal pada keempat indeks saham terdapat pada lag 2. Hasil penentuan orde lag dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 102. Selanjutnya akan dilakukan uji kointegrasi pada lag 2. Uji kointegrasi dilakukan dengan metode Johansen. Tabel 3. 4 Hasil Uji Kointegrasi Johansen pada eviews H 0 rank=r H 1 rank>1 LR trace Nilai Kritis = 5% Max-eigen statistic Nilai Kritis = 5% 0 0 64,23822 47,21 29,263223843 27,07 1 1 34,9750 29,68 23,174729277 20,97 2 2 11,800267832 15,41 10,8956147061 14,07 3 3 0,9046531259 3,76 0,90465312591 3,76 Pada tabel 3.4 yang ditunjukkan pada lampiran 18 halaman 101 dapat direpresentasikan bahwa nilai trace statistic dan maximum eigen statistic memiliki nilai yang lebih besar dari nilai kritis dengan taraf nyata 5%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat nilai kointegrasi 1 pada data tersebut. 39

Model yang dapat digunakan untuk merepresentasikan adanya nilai kointegrasi adalah model VEC. Tabel 3. 5 Hasil Estimasi Parameter dan Uji Signifikansi Model VEC orde 2 dengan Nilai Kointegrasi 1 Parameter Estimator p-value Keterangan Parameter Estimator p-value Keterangan 0,071123 0,02887 Signifikan -0,032949 0,0288 Signifikan -0,039212 0,04222 Signifikan 0,00936 0,04212 Signifikan -0,06211 0,02200 Signifikan -0,016077 0,02195 Signifikan -0,010258 0,03025 Signifikan 0,027233 0,03018 Signifikan -0,011321 0,01979 Signifikan -0,047091 0,0198 Signifikan -0,099118 0,02895 Signifikan 0,026927 0,02895 Signifikan 0,031783 0,01509 Signifikan 0,014219 0,01509 Signifikan -0,003547 0,02074 Signifikan -0,039415 0,02074 Signifikan 0,056798 0,03801 Signifikan 0,077185 0,03796 Signifikan -0,118258 0,05559 Signifikan 0,059802 0,05552 Signifikan 0,031676 0,02897 Signifikan 0,013904 0,02893 Signifikan 0,051764 0,03983 Signifikan 0,094664 0,03978 Signifikan 0,079863 0,02775 Signifikan -0,012509 0,02791 Signifikan 0,029944 0,04059 Signifikan 0,041315 0,04082 Signifikan 0,031429 0,02116 Signifikan 0,060101 0,02128 Signifikan 0,085778 0,02908 Signifikan -0,051574 0,02925 Signifikan Berdasarkan tabel 3.5 yang ditunjukkan pada lampiran 18 halaman 108 diperoleh masing- masing parameter nilainya kurang dari 0,05. Berdasarkan hasil estimasi parameter yang telah diperoleh, maka didapat persamaan model VEC orde2 dengan nilai kointegrasi 1 sebagai berikut: Persamaan VEC orde 2 dengan nilai kointegrasi 1 menyertakan koefisien sebagai berikut: 40

Autocorrelation Partial Autocorrelation atau dapat ditulis dengan masing masing model VAR orde 2 dengan nilai kointegrasi 1 sebagai berikut: Setelah dilakukan estimasi parameter dilakukan uji kesesuaian model dengan pengujian error independensi dan uji normalitas. Pengujian error independensi dengan menyajikan plot ACF dan PACF dari residu data: Autocorrelation Function for Y1 (with 5% significance limits for the autocorrelations) Partial Autocorrelation Function for Y1 (with 5% significance limits for the partial autocorrelations) 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0-0,2-0,4-0,6-0,8-1,0 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0-0,2-0,4-0,6-0,8-1,0 2 4 6 8 10 12 14 16 Lag 18 20 22 24 26 28 30 2 4 6 8 10 12 14 16 Lag 18 20 22 24 26 28 30 Gambar 3. 5 Plot ACF dan PACF error pada Data Y 1 41

Autocorrelation Partial Autocorrelation Autocorrelation Partial Autocorrelation Pada gambar 3.5 menunjukkan plot ACF dan PACF hasil error pada data Y 1 yang dimodelkan dengan model VEC orde 2 tidak ada garis plot yang keluar dari garis kritis. Dapat disimpulkan model VEC orde 2 kointegrasi 1 sesuai dengan data Y 1. Autocorrelation Function for Y2 (with 5% significance limits for the autocorrelations) Partial Autocorrelation Function for Y2 (with 5% significance limits for the partial autocorrelations) 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0-0,2-0,4-0,6-0,8-1,0 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0-0,2-0,4-0,6-0,8-1,0 2 4 6 8 10 12 14 16 Lag 18 20 22 24 26 28 30 2 4 6 8 10 12 14 16 Lag 18 20 22 24 26 28 30 Gambar 3. 6 Plot ACF dan PACF error pada Data Y 2 Pada gambar 3.6 menunjukkan plot ACF dan PACF hasil error pada data Y 2 yang dimodelkan dengan model VEC orde 2 tidak ada garis plot yang keluar dari garis kritis. Dapat disimpulkan model VEC orde 2 nilai kointegrasi 1 sesuai dengan data Y 2. Autocorrelation Function for Y3 (with 5% significance limits for the autocorrelations) Partial Autocorrelation Function for Y3 (with 5% significance limits for the partial autocorrelations) 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0-0,2-0,4-0,6-0,8-1,0 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0-0,2-0,4-0,6-0,8-1,0 2 4 6 8 10 12 14 16 Lag 18 20 22 24 26 28 30 2 4 6 8 10 12 14 16 Lag 18 20 22 24 26 28 30 Gambar 3. 7 Plot ACF dan PACF error pada Data Y 3 Pada gambar 3.7 menunjukkan plot ACF dan PACF hasil error pada data Y 3 yang dimodelkan dengan model VEC orde 2 tidak ada garis plot yang keluar 42

Autocorrelation Partial Autocorrelation dari garis kritis. Dapat disimpulkan model VEC orde 2 kointegrasi 1 sesuai dengan data Y 3 Autocorrelation Function for Y4 (with 5% significance limits for the autocorrelations) Partial Autocorrelation Function for Y4 (with 5% significance limits for the partial autocorrelations) 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0-0,2-0,4-0,6-0,8-1,0 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0-0,2-0,4-0,6-0,8-1,0 2 4 6 8 10 12 14 16 Lag 18 20 22 24 26 28 30 2 4 6 8 10 12 14 16 Lag 18 20 22 24 26 28 30 Gambar 3. 8 Plot ACF dan PACF error data Y 4 Pada gambar 3.8 menunjukkan plot ACF dan PACF hasil error pada data Y 3 yang dimodelkan dengan model VEC orde 2 tidak ada garis plot yang keluar dari garis kritis. Dapat disimpulkan model VEC orde 2 nilai kointegrasi 1 sesuai dengan data Y 3 Selain dilakukan uji error autokorelasi independen, dilakukan pula uji normalitas. Hipotesis yang digunakan pada uji normalitas yaitu H 0 : error berdistribusi normal H 1 : error tidak berdistribusi normal Uji normalitas menggunakan uji Jerque-Bera (JB). Kriteria keputusanuntuk uji normalitas adalah tolak H o jika atau nilai Pada uji normalitas yang ditunjukkan pada lampiran 22 halaman 105 diperoleh nilai p-value sama dengan 1,6541. Nilai p- value tersebut lebih besar dari 0,05, sehingga H 0 diterima dan dapat disimpulkan error berdistribusi normal. 43

Hasil kesesuaian model menunjukkan bahwa model tersebut memenuhi asumsi error autokorelasi independen dan normalitas error, sehingga model tersebut layak digunakan untuk peramalan. Peramalan menggunakan model VEC orde 2 dengan nilai kointegrasi 1 dapat diambil sampel pada data Y 1, Y 2, Y 3, dan Y 4 mulai pada periode 5 januari 2017-3 Maret 2017. Tabel 3. 6 Data Hasil Peramalan dan Data Aktual Penutupan Indeks Saham JKSE 5 Januari 2017-3 April 2017 Y 1 Periode Data Data Aktual Ramalan 03/04/2017 5653,48584 5735,053768 6653,326878 27/03/2017 5568,105957 5663,774681 9152,504752 20/03/2017 5567,133789 5583,621071 271,8304677 13/03/2017 5540,432129 5570,372952 896,4528819 06/03/2017 5390,676758 5711,200256 102735,3128 27/02/2017 5391,214844 5408,933262 313,9423364 20/02/2017 5385,905762 5004,960344 145119,4115 13/02/2017 5350,932129 5275,418528 5702,303936 06/02/2017 5371,668945 5291,56316 6416,93679 30/01/2017 5360,76709 5301,975973 3456,395438 23/01/2017 5312,839844 5293,786406 363,0334996 16/01/2017 5254,311035 5294,110541 1584,000678 10/01/2017 5272,98291 5289,647542 277,7099597 06/01/2017 5316,36377 5293,4535 524,8804715 05/01/2017 5347,021973 5278,028667 4760,076273 MSE 24019,00989 root of MSE 154,9806758 MAPE 1,7498% ε 2 44

Gambar 3. 9 Plot Data Ramalan dan Data Aktual Penutupan Indeks Saham JKSE Periode 5 Januari 2017 3 April 2017 Peramalan data Y 1 dapat dilihat pada tabel 3.6dan gambar 3.9. Pada tabel 3.6 menunjukkan bahwa data dari hasil peramalan menggunakan model VEC orde 2 dan nilai kointegrasi 1 mendekati data aktual. Hal ini dapat dibuktikan pada MAPE 1,7498 %. Oleh karena itu, model VEC orde 2 dengan nilai kointegrasi 1 dapat melakukan peramalan dengan baik pada data Y 1. Tabel 3. 7Data Hasil Peramalan dan Data Aktual Penutupan Indeks Saham NIKKEI periode 5 Januari 2017-3 April 2017 Y 2 Periode Data Aktual Data Ramalan 03/04/2017 18664,63086 17635,0229 1060093 27/03/2017 18909,25977 17943,8864 931946 20/03/2017 19262,5293 17229,486 4133265 13/03/2017 19521,58984 17462,3628 4240416 06/03/2017 19604,60938 18531,7102 1151113 27/02/2017 19469,16992 18451,9939 1034647 20/02/2017 19283,53906 18328,8459 911439 13/02/2017 19234,61914 18298,9363 875502 06/02/2017 19378,92969 18176,2813 1446363 30/01/2017 18918,19922 18253,3297 442051 23/01/2017 19467,40039 18173,1773 1675013 16/01/2017 19137,91016 18297,06 707029 ε 2 45

10/01/2017 19287,2793 18292,7404 989108 06/01/2017 19454,33008 18420,5176 1068768 05/01/2017 19520,68945 18522,9764 995431 MSE 1805182,058 root of MSE 1343,570637 MAPE 6,3272 % Gambar 3. 10 Plot Data Ramalan dan Data Aktual Penutupan Indeks Saham NIKKEI periode 5 Januari 2017 3 April 2017 Peramalan data Y 2 dapat dilihat pada tabel 3.7 dan gambar 3.10. Pada tabel 3.7 menunjukkan bahwa data dari hasil peramalan menggunakan model VEC orde 2 dan nilai kointegrasi 1 mendekati data aktual. Hal ini dapat dibuktikan pada MAPE 6,3272 %. Oleh karena itu, model VEC orde 2 dengan nilai kointegrasi 1 dapat melakukan peramalan dengan baik pada data Y 2. Tabel 3. 8 Data Hasil Peramalan dan Data Aktual Penutupan Indeks Saham KOSPI periode Januari 2017-3 April 2017 Y 3 Periode Data Data Aktual Ramalan 03/04/2017 2151,73 2293,52 20104,4041 27/03/2017 2160,23 2228,29 4632,1636 20/03/2017 2168,95 2204,58 1269,4969 13/03/2017 2164,58 2203,37 1504,6641 06/03/2017 2097,35 2200,24 10586,3521 27/02/2017 2078,75 2190,06 12389,9161 20/02/2017 2094,12 2184,47 8163,1225 ε 2 46

13/02/2017 2080,58 2183,24 10539,0756 06/02/2017 2075,08 2182,27 11489,6961 30/01/2017 2073,16 2180,27 11472,5521 23/01/2017 2083,59 2179,11 9124,0704 16/01/2017 2065,61 2075,32 94,2841 10/01/2017 2076,79 2063,69 171,61 06/01/2017 2048,78 2068,19 376,7481 05/01/2017 2049,12 2066,61 305,9001 MSE 8518,671325 root of MSE 92,2966485 MAPE 3,6073% Gambar 3. 11 Plot Data Ramalan dan Data Aktual Penutupan Indeks Saham KOSPI 5 periode Januari 2017 3 April 2017 Peramalan data Y 3 dapat dilihat pada tabel 3.8 dan gambar 3.11. Pada tabel 3.8 menunjukkan bahwa data dari hasil peramalan menggunakan VEC orde 2 dan nilai kointegrasi 1 mendekati data aktual. Hal ini dapat dibuktikan pada MAPE 3,6073%. Oleh karena itu, model VEC orde 2 dengan nilai kointegrasi 1 dapat melakukan peramalan dengan baik pada data Y 3. 47

Tabel 3. 9 Data Hasil Peramalan dan Data Aktual Penutupan Indeks Saham PSEI 5 periode Januari 2017-3 April 2017 Periode Data Data Aktual Ramalan 03/04/2017 7583,75 7507,05 5882,89 27/03/2017 7311,72 7587,06 75812,1 20/03/2017 7269,62 7508,72 57168,8 13/03/2017 7345,02 7453,17 11696,4 06/03/2017 7146,27 7445,68 89646,3 27/02/2017 7247,12 7417,28 28954,4 20/02/2017 7258,99 7450,3 36599,5 13/02/2017 7244,79 7446,32 40614,3 06/02/2017 7235,21 7435,56 40140,1 30/01/2017 7226,7 7365,03 19135,2 23/01/2017 7333,67 7364,18 930,86 16/01/2017 7232,66 7368,14 18354,8 10/01/2017 7238,52 7349,15 12239 06/01/2017 7276,34 7354,34 6084 05/01/2017 7248,2 7244,61 12,8881 MSE 36939,3 root of MSE 192,196 MAPE 2,222% Y 4 ε 2 Gambar 3. 12 Plot Data Ramalan dan Data Aktual Penutupan Indeks Saham PSEI periode 5 Januari 2017-3 April 2017 Peramalan data Y 4 dapat dilihat pada tabel 3.9 dan gambar 3.18. Pada tabel 3.9 menunjukkan bahwa data dari hasil peramalan menggunakan VEC orde 48

2 dan nilai kointegrasi 1 mendekati data aktual. Hal ini dapat dibuktikan pada MAPE 2,222%. Oleh karena itu, model VEC orde 2 dengan nilai kointegrasi 1 dapat melakukan peramalan dengan baik pada data Y 4. 49