BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) industri adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga, kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja atau perbuatan yang tidak selamat.kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan(simanjuntak,2000). Dampak dari tidak diterapkannya K3 di suatu perusahaan dapat mengakibatkan beberapa kerugian diantaranya terhadap karyawan dapat mengakibatkan luka ringan hingga mengakibatkan fatality bisa berupa cacat ataupun kematian. Trauma yang diakibatkan dari kecelakaan. Terhadap keluarga kesedihan, berkurangnya sumber pendapatan keluarga. Terhadap perusahaan rusaknya citra perusahaan yang sudah terbentuk.terhadap lingkungan pencemaran terhadap lingkungan, rusaknya ekosistem yang ada(johlin, 2014). 1
Sebanyak 2,3 Juta orang meninggal setiap tahun karena penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan. 2,35 juta orang meninggal setiap tahun dari kecelakaan kerja. 160 Juta orang mengidap penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan non fatal per tahun. 103 juta orang mengalami kecelakaan kerja non fatal per tahun. Ini berarti bahwa setiap 15 detik seorang pekerja meninggal dari kecelakaan kerja atau penyakit. Setiap 15 detik, 151 pekerja mengalami kecelakaan kerja. Kematian dan cidera mengambil jumlah yang sangat banyak di negara negara berkembang, dimana sebagian besar penduduknya terlibat dalam kegiatan berbahaya seperti pertanian, konstruksi, perikanan dan pertambangan (ILO, 2014). Menurut (Enduro, 2006) menyatakan bahwa data tentang kecelakaan kerja secara umum dapat digambarkan sebagai berikut. Di Singapura 6,3 per 1000 pekerja di tahun 1998 (data dari aposho-kohsa). Di Malaysia, angka kecelakaan tercatat 16 tiap 1000 pekerja pada tahun 1994 dan 11 per 1000 pekerja pada tahun 2000 (Regional Conference on OSH).Di Thailand terdapat sekitar 769 orang meninggal dalam kecelakaan kerja tahun 2003, atau bertambah lebih dari 18 persen dibandingkan dengan tingkat kecelakaan pada tahun 2002. Data kecelakaan kerja di Indonesia sebanyak 14.519 kasus kecelakaan kerja dengan jumlah korban 14.257 orang. Dari data tersebut diketahui penyebab terjadinya kecelakaan kerja beragam diantaranya terbentur, terpukul, terjepit, jatuh dari ketinggian, tergelincir, terpapar, tersengat arus listrik. Dari data yang penulis dapatkan jumlah kecelakaan kerja terbanyak berada di propinsi Jawa Timur yakni sebanyak 6.304 kasus kecelakaan kerja dengan jumlah korban sebanyak 6.096 orang. Di peringkat kedua kecelakaan terbanyak 2
berada di propinsi Jawa Tengah sebanyak 1.892 kasus kecelakaan kerja dengan jumlah korban sebanyak 3.107 orang, (ditjen PPK, Pusdatinaker 2014). Berdasarkan data jamsostek, angka kecelakaan kerja di Indonesia dalam lima tahun terakhir ini cendrung meningkat, pada tahun 2011 terdapat 99.491 kas kasus atau rata-rata 414 kasus kecelakaan kerja perhari, sedangkan tahun sebelumnya hanya 98.711 kasus kecelakaan kerja, tahun 2009 terdapat 96.314 kasus, tahun 2008 terdapat 94.736 kasus, dan tahun 2007 terdapat 83.714 kasus. Menurut direktur pelayanan PT. Jamsostek Djoko Sungkono mengungkapkan hal ini berdasarkan meningkatnya jumlah klaim kecelakaan kerj yakni Rp 504 miliar pada tahun 2011, dari Rp 401,2 miliar pada tahun 2010. Pada tahun 2009 sebesar Rp.328,5 miliar, tahun 2008 sebesar Rp 297,9 miliar dan tahun 2007 hanya 219,7 miliar.angka kecelakaan kerja di Indonesia cukup tinggi.hal ini disebabkan masih lemahnya kedispilinan dan kesadaran pekerja. Penggunaan alat pelindung diri (APD) sudah seharusnya dilakukan, karena terdapat temuan bahaya di perusahaan yang ada di Indonesia bahwa 60% tenaga kerja cedera kepala karena tidak menggunakan helm pengaman, 90% tenaga kerja cedera wajah karena tidak menggunakan alat pelindung wajah, 77% tenaga kerja cedera kaki karena tidak menggunakan sepatu pengaman, dan 66% tenaga kerja cedera mata karena tidak menggunakan alat pelindung mata (BPJS ketenagakerjaan, 2013). Kerugian yang di sebabkan oleh kecelakaan ada dua macam, yaitu kerugian ekonomi dan kerugian non ekonomi. Kerugian ekonomi berupa kerugian yang langsung dapat ditaksir dengan menggunakan uang, kerugian non ekonomi antara lain adalah rusaknya citra perusahaan (Suma mur, 2009). 3
International Labour Organization(ILO) mencatat bahwa setiap tahunnya Indonesia mendapatkan 99.000 kecelakaan dengan 70% di antaranya menyebabkan kematian dan cacat seumur hidup. Kecelakaan kerja Indonesia telah membuat Indonesia merugi hingga Rp. 280 Triliun.ILO mendata kecelakaan kerja menimbulkan kerugian negara setidaknya 4% dari Produk Domestik Bruto (PDB).Jika keselamatan kerja bisa ditangani lebih baik, pemerintah memperkirakan separuh dari kerugian, atau sebesar Rp 140 triliun, dapat dicegah (Rosidi, 2012). Dampak kecelakaan kerja adalah suatu peristiwa yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja yang berakibat pada kerugian. Dampak terjadinya kecelakaan kerja dapat menimbulkan kerugian materi dan kerugian non materi. Kerugian materi diantaranya berupa ekonomi karyawan yang semakin berkurang, kehilangan pekerjaan. Sedangkan untuk kerugian non materi diantaranya cidera, luka dan bahkan sampai cacat atau meninggal (Julmadi, 2014). Hazard Identification, Risk Assessment dandetermining Control (HIRADC) merupakan elemen penting dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja karena berkaitan langsung dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya yang digunakan untuk menentukan objektif dan rencana K3 (Prihatiningsih, dkk, 2014). Di industri terkait yang akan dilakukan penelitian seperti bengkel superban motor untuk setiap tahunnya ada kasus yang diakibatkan kecelakaan kerja seperti kaki tertimpah alat berat untuk membongkar ban, tangan terbeset alat bekerja untuk memasang ban seperti obeng dan kunci-kunci lainnya. Namun, pekerja menganggap hal ini termasuk kategori biasa saat bekerja tetapi 4
apabila hal ini terjadi secara berulang-ulang akan membahayakan diri pekerja seperti akan terjadi kecacatan pada tubuh pekerja apabila kecelakan ini tidak segera ditanggulangi. Sebagian besar pekerja di bengkel superban motor pernah mengalami kecelakaan kerja diantaranya 5 kasus kaki tertimpah ban motor yang diturunkan dari mobil, 3 kasus tanganterkena alat-alat yang digunakan untuk membongkar ban motor dan sisanya hampir 10 orang dengan tidak menggunakan sepatu sehinggakaki pekerja yang tidak menggunakan sepatu terkena kawat atau obeng yang berantakan.hal ini akan meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan kerja pada pekerja bengkel superban motor. Superban adalah bengkel ban motor yang bergerak dibidang jasa bongkar pasang ban motor. Superban memiliki 20 (dua puluh) karyawan setiap cabang.superban memiliki 2 (dua) cabang di Jakarta pusat. Superban bengkel motor merupakan bengkel yang baru berdiri kurang 10 tahun sehingga belum memiliki manajemen keselamtan dan kesehatan kerja yang baik. Superban bengkel motor mempekerjakan karyawan setiap harinya berhubungan dengan alat-alat berat diantaranya alat untuk membongkar ban, kunci-kunci yang digunakan untuk bekerja. Hal ini memiliki risiko kecelakaan terhadap karyawan yang bekerja di superban bengkel motor tersebut. 1.2 IDENTIFIKASI MASALAH Dari latar belakang di atas maka identifikasi masalah dapat di lihat berdasarkan: a. Belum adanya penilaianmanajemen risiko yang terdapat di superban bengkel ban motor. 5
b. Belum adanya identifikasi bahaya dari penanggung jawab dan pekerja sehingga dapat mengakibatkan peluang terjadinya kecelakaan. c. Belum adanya identifikasi risiko dari penanggung jawab bengkel dan pekerja sehingga dapat mengakibatakna kerugian pada pekerja. Dari belum diterapkannya keselamatan dankesehatan kerja (K3) di superban bengkel tersebut maka telah terjadi kasus kecelakaan kerja diantaranya kaki tetimpah ban motor, tangan terbesit, tangan tersayat, kaki robek terkena alat-alat dongkrak ban motor yang diletakkan di sembarang tempat. Hal ini memicu angka kecelakaan kerja yang meningkat apabila tidak pihak penanggung jawab dan para pekerja yang tidak menguasai manajemen risiko di lokasi kerja. 1.3 PEMBATASAN MASALAH Agar penelitian ini terarah dan berfokus serta tidak meluasnya objek penelitian yang akan diamati, maka peneliti hanya membatasi ruang lingkup penelitian dengan hanya meneliti Gambaran Identifikasi Bahaya dan Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di superban bengkel ban motor tahun 2016. 1.4 PERUMUSAN MASALAH Bagaimana Gambaran Identifikasi Bahaya dan Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di superban bengkel ban motor tahun 2016. 6
1.5 TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Untuk mengetahuigambaran identifikasi bahaya dan risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di superban bengkel ban motor tahun 2016. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan yang ada di superban bengkel ban motor tahun 2016. b. Mengidentifikasi bahaya yang terjadi di lokasi kerja superban bengkel ban motor tahun 2016. c. Mengidentifikasi Risiko di lokasi kerja superban bengkel motor tahun 2016 1.6 MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi penulis a. Dapat memperoleh ilmu tentang manajemen risiko yang terdapat di bengkel tahun 2016. b. Sebagai aplikasi yang telah didapat dari bangku perkuliahan dan untuk menambah pengetahuan atau wawasan tentangsistem manajemen risiko yang diterapkan disetiap perusahaan. 2. Bagi Institusi Pendidikan a. Hasil penelitian diharapkan bisa menjadi bahan referensi. b. Sebagai bahan tambahan pengetahuan tentangsistem manajemen risiko pekerja di superban bengkelban motor tahun 2016. 7
3. Bagi Instansi Penelitian a. Diharapkan mendapat informasi sebagai bahan untuk studi perbandingan sekaligus dapat dilakukan pengembangan penelitian lebih lanjut. b. Diharapkan menjadi bahan informasi sehingga karyawan mengetahui bagaimana cara mempertanggung jawabkan kesehatannya dalam bekerja. 8